Prabowo Subianto telah dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia ke-8 di usia 73 tahun. Kini, ia memimpin lebih dari 281 juta rakyat Indonesia yang tersebar di 17 ribu pulau. Semoga tidur malam pertamamu dan seterusnya sebagai Presiden nyenyak. Kursi Presiden yang sudah lama sekali diidamkan itu bisa terbukti nyaman dan empuk. Anda akan tercatat dalam sejarah sebagai orang yang paling gigih memperjuangkan hasrat untuk menjadi Presiden.
Saya kagum dengan keuletan Prabowo dalam memperjuangkan cita-citanya. Sejak tahun 2004, ia telah merintis pecalonan dari Partai Golkar. Setelah gagal, ia membangun partai sendiri, berjuang dengan gigih, hingga mengalami tiga kali kegagalan. Pada pencalonan keempat di tahun 2024, barulah kursi Presiden itu bisa diraih. Kekuasaan besar memang harus diraih dengan usaha dan pengorbanan yang besar. Prabowo berhasil menyusun peta jalan yang bisa dijadikan pelajaran berharga.
Membaca rekam jejak Prabowo, seharusnya ia tidak mengalami gegar budaya dengan posisi barunya. Sejak muda, ia sudah hidup di lingkungan Istana Kepresidenan. Sebagai menantu Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun, tentu ia sangat paham dengan corak kehidupan di lingkaran istana. Warna-warni kehidupan politik memang terus berkembang dari waktu ke waktu. Namun, prinsip dasar dalam seni mengelola kekuasaan tetap sama. Kapan harus bertahan dan mengabaikan, kapan harus melawan dan menumpas dengan kejam. Semua ada hitung-hitungannya, dipertimbangkan dengan matang tanpa amarah.
Sebelum masuk ke dalam lingkaran keluarga Presiden Soeharto, Prabowo adalah anak seorang begawan ekonomi yang banyak mengenyam pendidikan dari berbagai negara maju. Prabowo pernah bersekolah di Kuala Lumpur, Swiss, Inggris dan Amerika. Pendidikan akademisnya ia selesaikan di Akademi Militer Magelang. Setamat dari situ ia langsung menjadi perwira hingga pensiun dengan pangkat jenderal bintang 3. Sebuah pencapaian prestisius bagi seorang prajurit.
Prabowo adalah satu dari sedikit orang Indonesia yang menjalani takdir hidupnya dengan keistimewaan. Ia bisa bersekolah di sekolah-sekolah bagus dari berbagai negara maju. Masuk Akademi Militer juga menjadi kebanggaan bagi banyak orang. Apalagi bisa berkarir dengan cemerlang selama menjalani profesi prajurit. Bagaimanapun juga, ia (saat itu) adalah anak mantu seorang jenderal bintang lima. Panglima tertinggi di 4 kesatuan: darat, laut, udara, kepolisian. ”Siapa yang berani nyolek?” Kira-kira seperti itulah marwahnya di dalam lingkungan keprajuritan.
Jika membandingkan Prabowo dengan orang-orang muda seusianya dulu, dia adalah pemuda yang sangat beruntung. Mungkin, ia tidak pernah punya cerita tentang naik mikrolet, kesulitan membayar sewa kos, berhutang makan di warung Tegal, atau malu setengah mati saat ditagih untuk bayar hutang oleh pemilik warung rokok. Bisa jadi, dia juga tidak pernah frustasi karena gagal mengajak anak gadis pemilik rumah kos untuk mau menonton film India di layar tancap. Saat remaja, kulit tangan dan kakinya bisa jadi terawat karena steril dari penyakit kudis akibat tertular kawan seasrama yang biasa mandi bareng dengan air jamban yang mampat salurannya.
Kini, di usia yang cukup senja, Prabowo didaulat menjadi Presiden Indonesia ke-8. Dalam komunitas kaum beragama, terutama Islam, usia di atas kepala 7 adalah masa pertobatan. Biasanya mereka akan meninggalkan banyak urusan duniawi dan bersiap diri menghadapi kehidupan yang lebih indah. Usia 70 tahun adalah batas akhir bagi karir seorang guru besar di dunia pendidikan. Bisa jadi, batasan itu tidak berlaku, sepanjang tidak ada aturan yang membatasinnya.
Harapan untuk Presiden
Sebagai salah satu dari 281 juta penduduk Indonesia, tentu boleh saya menyampaikan harapan kepada Presiden Prabowo. Harapan yang mudah sekali untuk diwujudkan.
Sebagai Kepala Negara, Anda akan selalu mendapat keistimewaan dalam menggunakan jalan raya. Saya, juga warga negara lain yang rutin membayar pajak untuk membiayai kebutuhan Presiden dan para pembantunya, rela minggir, mengalah demi mendahulukan Anda. Tidak penting kami ikhlas atau tidak, karena undang-undang memang membolehkan.
Keistimewaan itu, sejatinya, tidak berlaku bagi para pembantu presiden. Namun, mereka kerap menirunya. Berkendara dengan plat nomor khusus milik negara, menggunakan pengawal bermotor besar, membunyikan sirine yang memekakkan telinga, lalu menyuruh kami minggir untuk mendahulukan mereka di tengah kemacetan. Itu tidak terjadi pada saat jam kerja, bahkan di jalanan tempat wisata pada hari libur pun perilaku buruk itu terjadi, mereka selalu merasa istimewa. Perbuatan itu sungguh menyakitkan hati.
Selanjutnya, konon, luas kawasan hutan Indonesia sebesar 105,86 juta hektare (data tahun 2023). Untuk itulah Indonesia sering dijuluki sebagai paru-paru dunia. Namun, jika membaca data laju deforestasi di Indonesia sepanjang 2023 saja mencapai 1,18 juta hektare per tahun. Rasannya, kok, miris, sampai kapan kami bisa menghirup udara bersih jika sumber oksigen yang tersisa ini sudah mulai terancam musnah oleh keserakahan.
Harapan lainnya adalah soal keleluasaan beribadah. Saya bukan seperti Anda yang masih punya hasrat kuat untuk mengurus negara di usia senja. Saya ingin menikmati sisa umur dengan beribadah di tempat ibadah dengan tenang. Dambaan yang sama juga disuarakan oleh warga lain, meski mereka berbeda cara dan pilihan agama. Kami memilih jalan pertobatan dan ingin beribadah di tempat ibadah yang kami bangun sendiri dengan damai.
Namun, keinginan sederhana itu kerap terganjal oleh ulah sebagian warga yang gemar melarang pihak lain untuk beribadah. Pada daerah yang penduduknya mayoritas beragama X sering melarang ibadah warga lain yang bergama Y. Sebaliknya juga demikian. Aksi larang-melarang, bubar-membubarkan itu sering terjadi kepada orang yang sedang beribadah, bukan kepada mereka yang sedang membangun pabrik narkoba. Di mana jaminan keamanan negara yang konstitusinya menjamin kebebasan warga dalam beragama menurut keyakinan masing-masing?
Pak Presiden Prabowo, khusus mengenai masalah korupsi, saya tidak akan ”mengajari ikan berenang”. Anda pasti paham, bahkan khatam hingga tidak perlu lagi belajar. Jika Anda mampu menghentikan praktik korupsi, maka akan banyak sekali kemaslahatan yang bisa diwujudkan.
Mungkin, kehidupan Anda di masa muda dulu lebih beruntung. Sekarang, mumpung sedang menggenggam kekuasaan dan memiliki sisa umur, ayolah berbuat kebajikan yang akan menjadi warisan terbaik dan akan dikenang oleh 280 juta rakyat Indonesia. Wujudkan harapan agar anak-anak muda Indonesia kelak bisa menjalani hidup dengan keistimewaan seperti yang pernah Anda dapatkan di masa lalu. Asupan nutrisi dan gizi mereka baik, kualitas pendidikan dan kesehatan membaik, biaya pendidikan terjangkau dan tidak terjerat pinjaman online yang kerap mencekik leher.
Pak Presiden Prabowo, jabatan yang saat ini tergenggam adalah impian masa lalu yang Anda perjuangkan selama puluhan tahun dengan susah payah. Agar ia tidak sia-sia, maka bangunlah Indonesia dengan kebajikan yang melebihi standar biasa-biasa saja. Anda tentu bukan presiden planga plongo, seperti gambaran tentang presiden lain yang pernah disematkan oleh salah satu menteri Anda.
Bacaan terkait
Kabinet Prabowo yang Gemuk dan Akomodatif
Jokowi dan Prabowo: Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
Ulasan Pembaca 4