Sabtu, 24 Mei 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

The Decision Book

Oleh Siti Khotijah
3 Januari 2022
di Nukilan
A A
The Decision Book

The Decision Book (Foto: Jakarta Book Review)

POLA ALIRAN

APA YANG MEMBUAT ANDA BAHAGIA?

Lebih dari dua ribu tahun yang lalu, Aristoteles sampai pada sebuah kesimpulan, yang paling diinginkan oleh manusia adalah kebahagiaan. Pada 1961, psikolog AS, Mihaly Csikszentmihalyi menulis, “Sekalipun kebahagiaan itu berusaha mencari jalannya sendiri, seluruh tujuan lainnya—kesehatan, keindahan, uang, atau kekuasaan—hanya dihargai lantaran kita berharap hal itu bisa membuat kita bahagia.” Csikszentmihalyi mencari istilah yang menggambarkan kondisi perasaan yang bahagia. la menyebutnya “mengalir”. Namun, kapankah kita berada “dalam aliran”?

Csikszentmihalyi mewawancarai lebih dari seribu orang tentang faktor-faktor yang membuat mereka bahagia. Hasilnya, terdapat lima kesamaan dari seluruh jawaban responden. Kebahagiaan atau “aliran” terjadi ketika kita:

  • Benar-benar fokus pada sebuah aktivitas
  • Berada dalam sesuatu yang menjadi pilihan sendiri
  • Tidak menghadapi tantangan yang terlalu kecil (membosankan) dan tidak pula yang terlalu besar (menekan)
  • Sebuah tujuan yang jernih, dan mendapatkan hasilnya
  • Mendapat tanggapan segera

Csikszentmihalyi menemukan orang-orang yang berada “dalam aliran” tidak hanya memiliki perasaan puas yang dominan, melainkan juga seolah lupa waktu dan lupa pada diri sendiri karena mereka tenggelam dalam sesuatu yang tengah dikerjakan. Musisi, atlet, aktor, dokter, dan seniman mengatakan saat-saat yang paling membahagiakan adalah ketika mereka tenggelam dalam aktivitas yang tidak jarang melelahkan. Ini benar-benar berseberangan dengan pandangan umum bahwa kebahagiaan berkaitan erat dengan relaksasi.

BACA JUGA:

The Power Of Azan

The Culture Code

Scouting For Boys

Transisi, Memahami Proses Perubahan dalam Hidup

JENDELA JOHARI

YANG DIKETAHUI ORANG TENTANG ANDA

Kita tidak bisa benar-benar mengenal kepribadian kita secara utuh. Namun, kita bisa menyadari, bagian kepribadian mana yang kita tampakkan kepada dunia. Jendela Johari (“Johari” berasal dari singkatan nama pertama penemunya, Joseph Luft dan Harry Ingham) adalah salah satu pola yang paling menarik untuk menggambarkan interaksi manusia. Sebuah jendela berkisi empat mewakili empat jenis kesadaran personal.

  1. Kuadran ini menggambarkan karakteristik dan pengalaman yang kita sadari sebagai bagian dari diri kita dan sesuatu yang ingin kita sampaikan kepada orang lain.
  2. Kuadran “tersembunyi” ini menggambarkan hal-hal yang kita ketahui tentang diri kita, tetapi tidak ingin kita tampakkan kepada orang lain. Ukurannya berkurang seiring semakin tingginya jalinan kepercayaan yang kita bangun dengan orang lain.
  3. Ada hal-hal yang tidak kita ketahui tentang diri kita, tetapi dilihat jelas oleh orang lain. Dan ada hal-hal yang kita anggap menggambarkan diri kita dengan jelas, tetapi diterjemahkan secara berbeda oleh orang lain. Dalam kuadran ini, tanggapan bisa mencerahkan, tetapi juga menyakitkan.
  4. Ada aspek dalam diri kita yang tersembunyi dari kita maupun orang lain. Dengan kata lain, kita lebih kompleks dan multifaset ketimbang yang kita kira. Dari waktu ke waktu, sesuatu yang misterius muncul ke permukaan dari alam bawah sadar kita, Misalnya, dalam mimpi.

Pilihlah kata-kata sifat (ceria, tidak bisa diandalkan, dll.) yang menurut Anda mewakili diri Anda dengan baik. Kemudian, mintalah orang lain (teman, kolega) untuk memilih kata sifat yang mewakili diri Anda. Masukkanlah kata sifat itu ke dalam kisi jendela yang sesuai.

POLA DISONANSI KOGNITIF

MENGAPA ORANG TETAP MEROKOK PADAHAL MEREKA TAHU ITU TIDAK SEHAT?

Tidak jarang, ada kesenjangan besar antara yang kita pikirkan dan yang kita lakukan. Ketika kita sudah tahu perbuatan itu buruk, salah, dan tidak etis, tetapi tetap kita lakukan, itu menandakan kesadaran kita buruk. Psikolog Leon Festinger menggunakan istilah “disonansi kognitif” untuk menggambarkan kondisi pikiran ketika tindakan kita tidak sejalan dengan yang kita yakini. Sebagai contoh, saat kita membuat keputusan yang salah, tetapi kita tidak mau mengakuinya.

Akan tetapi, mengapa sulit sekali menyadari kesalahan? Mengapa kita bahkan bertindak jauh hingga membela perbuatan kita ketika dikonfrontasi tentang kekeliruan ini? Alih-alih meminta maaf, kita malah memunculkan salah satu sifat manusia yang lebih tidak disukai lagi: menjustifikasi diri sendiri. Tindakan ini tidak lain merupakan mekanisme protektif yang memungkinkan kita tidur di malam hari dan terbebas dari keraguan diri. Yang kita lihat hanyalah yang kita inginkan. Dan kita mengabaikan segala yang berlawanan dengan pandangan kita. Kita mencari dalih untuk memperkuat pendirian kita.

Namun, bagaimana kita mengatasi disonansi atau ketidakselarasan ini? Caranya dengan mengubah perilaku atau sikap kita.

Bangsa yang besar tidak ubahnya manusia besar. Apabila ia melakukan kesalahan, ia menyadarinya. Setelah, menyadarinya, ia mengakuinya. Setelah mengakuihya, ia mengoreksinya. la memandang orang-orang yang menunjukkan kesalahannya sebagai guru paling mulia—Lao Tzu.

POLA YANG TAK TERBAYANGKAN

KEPERCAYAAN YANG TIDAK BISA ANDA BUKTIKAN

Pola-pola dalam buku ini menjelaskan bagaimana segala sesuatu saling berhubungan, bagaimana seharusnya tindakan kita, dan apa yang harus dan tidak boleh kita lakukan. Namun, apakah pola-pola itu mencegah kita melihat segala sesuatu seba gammana adanya?

Pada abad ke-18, Adam Smith mengingatkan kita akan bahaya apabila kita dihanyutkan oleh cinta kepada sistem yang abstrak. Dua abad kemudian, Albert Einstein menerima Nobel karena menyadari pola-pola dan sistem yang logis pada hakikatnya adalah persoalan keyakinan. Sejarawan sains dan filsuf Thomas Kuhn berhujah biasanya sains hanya berfungsi meneguhkan pola-polanya, dan bereaksi masa bodoh apabila—sebagaimana yang sering terjadi—pola-pola itu tidak sejalan dengan realitas. Boleh jadi, bukan wawasan ini yang membuatnya menerima Nobel. Namun, justru itulah yang membuatnya mendapat gelar profesor dari sebuah universitas elite.

Tidak jarang, kita berkeyakinan kuat terhadap pola-pola yang kita anggap berstatus sebagai realitas. Contoh tepatnya adalah bukti ontologis tentang eksistensi Tuhan, yang dieksplorasi Kant dalam falsafahnya. la berpendapat jika kita sanggup membayangkan wujud sesempurna Tuhan, Dia pasti ada. Penerimaan pola sebagai realitas juga bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, jika kita diberi tahu umat manusa itu serakah dan egoistis, pola perilaku ini mungkin saja terinternalisasi dan ditiru (tanpa disadari).

Saya benci realitas Namun, realitas tetap tempat terbaik untuk mendapatkan steak yang lezat—Woady Alien.

POLA UFFE ELBAK

UPAYA MENGENAL DIRI SENDIRI

Jika Anda ingin memperoleh pemahaman umum tentang diri sendiri dan orang lain, barometer opini publik Uffe Elbaek merupakan titik tolak yang tepat. Pola ini menampakkan karakter dan kecenderungan perilaku. Jangan lupa, Anda selalu menjadi target empat perspektif berikut ini.

  • Bagaimana Anda memandang diri sendiri?
  • Pandangan seperti apa yang Anda inginkan terhadap diri sendiri?
  • Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri Anda?
  • Pandangan seperti apa yang diinginkan orang lain terhadap Anda?

LANJUTKANLAH DENGAN LANGKAH-LANGKAH BERIKUT INI!

  • Tanpa meluangkan waktu untuk berpikir, tentukanlah jawaban pertanyaan berikut ini dalam skala satu hingga sepuluh. Berapakah nilai Anda sebagai anggota tim, dan sebagai individu? Apakah Anda lebih memperhatikan isi ataukah bentuk? Mana yang lebih penting, tubuh atau pikiran? Apakah Anda merasa lebih global daripada lokal? Gunakan pena untuk menghubungkan garis.
  • Sekarang, gunakan pena dengan beberapa warna untuk membuat tanda pada skala yang menunjukkan pandangan yang Anda inginkan tentang diri Anda sendiri.
  • Tentukan sumbu-sumbu Anda sendiri (kaya-miskin, gembira-sedih, ekstrovert-introvert).

Camkanlah, Anda hanya membuat gambaran sekilas. Dan jangan lupa, jumlah sumbu harus selalu sepuluh (tidak boleh sepuluh poin lokal dan sepuluh poin global).

POLA ENERGI

APAKAH ANDA HIDUP DI SINI DAN SEKARANG?

Dari dulu orang mengatakan kita harus hidup “di sini dan sekarang”, Namun, bagaimana? Seorang penulis asal Swiss, Pascal Mercier, berkata, “Keliru jika kita berkonsentrasi pada saat ini dan di sini. Itu menjadi tindak kekerasan yang tidak beralasan sebab pembuktian pemahaman hanya pada hal-hal esensial. Yang terpenting adalah bergerak secara pasti dan tenang. Sesuaikan kadar humor dan melankoli kita.”

Ini adalah pertanyaan netral, berapa banyak waktu yang Anda luangkan untuk memikirkan masa lalu, untuk masa sekarang, dan untuk masa depan? Atau, jika diutarakan dengan kalimat berbeda, seberapa seringkah Anda berpikir tentang kehidupan Anda selama ini, dengan sedih atau rasa syukur? Seberapa seringkah Anda merasa benar-benar memusatkan pikiran pada sesuatu yang tengah Anda kerjakan di momen tertentu? Seberapa seringkah Anda membayangkan seperti apa masa depan Anda dan seberapa seringkah Anda khawatir tentang sesuatu yang terbentang di hadapan Anda?

Tiga contoh yang ditunjukkan Hala diagram berikut ini juga bisa mewakili nilai budaya. Yaitu, kekuatan kenangan—Eropa yang penuh nostalgia, kekuatan impian—AS “Negeri Peluang”, dan kekuatan realitas—Asia yang rajin.

Anda tidak bisa mengubah masa lalu.

Namun, Anda bisa menghancurkan masa sekarang

dengan kekhawatiran akan masa depan.

KOMPAS POLITIK

PARTAI POLITIK YANG ANDA PILIH

Meskipun kita cenderung masih memandang politik dalam pengertian “kanan” dan “kiri”, sebenarnya polarisasi ini terlalu sederhana untuk menggambarkan lanskap politik masa kini yang kompleks.

Pembagian politik masa lalu yang tegas mungkin telah menjadi kabur. Namun, ada pola-pola untuk mengukur pandangan dan sikap para pemilih. Salah satu alat yang paling terkenal disebut kompas politik. Anda bisa memplot posisi politik Anda pada pola ini. Sumbunya adalah kanan-kiri dan liberal-otoritarian.

Harap diingat, sumbu kanan-kiri tidak berhubungan dengan orientasi politik dalam pengertian tradisional, melainkan dengan kebijakan ekonomi. Kiri adalah nasionalisasi, kanan adalah privatisasi. Sedangkan sumbu liberal-otoriter berkaitan dengan hak individual. Liberal adalah semua hak berada di tangan individu. Otoriter adalah negara berkuasa untuk mengontrol warga negaranya.

Pada gambar sebelah kanan, Anda dapat menemukan contoh positioning lima politisi terkenal menurut politicalcompass.org. Tanyakan pada diri Anda: Di mana Anda berada? Di mana posisi Anda sepuluh tahun yang lalu?

Perang tidak menentukan siapa yang benar, hanya siapa yang pergi—Jessie Woodrow Wilson Sayre.

POLA PERFORMA PRIBADI

KAPAN ANDA HARUS BERGANTI PEKERJAAN?

Banyak orang yang tidak bahagia dengan pekerjaannya. Namun, bagaimana ketidakpuasan itu diukur? Pola ini membantu Anda mengevaluasi situasi pekerjaan Anda.

Setiap malam selama tiga pekan, ajukanlah tiga pertanyaan berikut ini kepada diri Anda sendiri, dan masukkanlah jawabannya ke dalam pola dengan skala satu (“tidak sepadan sama sekali”) hingga sepuluh (“benar-benar sepadan”).

  • Harus. Hingga sejauh manakah tugas-tugas saya sekarang dilimpahkan atau dituntut kepada saya?
  • Sanggup. Hingga sejauh manakah tugas saya sesuai dengan kemampuan saya?
  • Ingin. Hingga sejauh manakah tugas saya sekarang selaras dengan yang benar-benar saya inginkan?

Setelah tiga pekan, analisislah bentuk “layar” yang Anda peroleh. Jika “bergerak”, berarti pekerjaan Anda menawarkan keragaman. Jika bentuknya selalu sama, tanyakanlah kepada diri Anda:

  • Apa yang saya inginkan?
  • Apa saya mampu melakukan yang saya inginkan?
  • Apa yang mampu saya lakukan?
  • Apakah saya menginginkan yang bisa saya lakukan

POLA BUATAN

MEMAHAMI MASA LALU UNTUK MENENTUKAN MASA DEPAN

Ketika menyangkut keputusan strategis, biasanya kita fokus pada masa depan. Impian kita terwujud di masa depan, dan harapan kita berkutat pada pemenuhan impian tersebut. Sebab kita merasa bisa menentukan masa depan. Namun, kita melupakan satu hal: masa depan dijembatani oleh masa lalu. Dengan demikian, masa lalu menjadi landasan untuk membangun masa depan.

Itulah sebabnya, pertanyaan pentingnya Bukanlah “Bagaimana saya membayangkan masa depan?” Akan tetapi, “Bagaimana saya menciptakan jembatan antara masa lalu (misalnya sebuah proyek) dengan masa depan?” Pola yang diilhami oleh sistem perencanaan visual yang dikembangkan oleh agen konsultasi The Grove ini membantu Anda menggali segala hal yang relevan dalam masa lalu dan yang bisa Anda lupakan. Juga apa pun yang seharusnya Anda bawa dari masa lalu untuk dimasukkan ke dalam masa depan.

Cara kerjanya sebagai berikut. Tentukanlah batas waktu—misalnya tahun lalu, masa sekolah, hari pernikahan, atau tanggal pendirian perusahaan hingga hari ini. Lalu, bawalah ingatan Anda ke awal periode tersebut. Anda bisa melakukannya sendirian atau berkelompok, Setelah itu, tambahkanlah tabel waktu berikut ini.

  • Target Anda (pada waktu itu)
  • Pelajaran yang Anda petik
  • Rintangan yang telah diatasi e
  • Keberhasilan
  • Orang-orang yang terlibat

Pola yang telah diisi akan menampakkan pentingnya koneksi dengan masa lalu.

Masa lalu hanyalah surga yang tidak bisa kita tinggalkan. —Jean Paul.

SendShareTweetShare
Sebelumnya

Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

Selanjutnya

Kenal Lebih Dekat JRR Tolkien, Author The Lord of The Rings

Siti Khotijah

Siti Khotijah

Redaktur Jakarta Book Review

TULISAN TERKAIT

The Power Of Azan

The Power Of Azan

18 April 2022
The Culture Code

The Culture Code

7 April 2022
Scouting for Boys

Scouting For Boys

5 April 2022
Transisi, Memahami Proses Perubahan dalam Hidup

Transisi, Memahami Proses Perubahan dalam Hidup

4 April 2022
Selanjutnya
Selanjutnya
Cover buku Lord Of The Rings Edisi 1

Kenal Lebih Dekat JRR Tolkien, Author The Lord of The Rings

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Mengenang Harry Wibowo: Jejak Langkah Aktivis-Pemikir yang Tak Pernah Mundur

Mengenang Harry Wibowo: Jejak Langkah Aktivis-Pemikir yang Tak Pernah Mundur

19 Mei 2025
Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

22 April 2025
Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

22 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025

© 2024 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In