EMPAT CARA ALLAH MEMANGGIL HAMBA
“Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Shad [38]: 46)
Ada banyak cara Allah memanggil hamba-Nya, tetapi tidak jarang kita tidak merasakan panggilan itu, atau merasa dipanggil, tetapi tidak taat memenuhinya. Misalnya, banyak orang kaya, tetapi tidak segera pergi haji dengan alasan merasa belum ada panggilan atau merasa belum terpanggil. Hal yang harus dipahami ialah Allah telah memanggil, persoalan Anda belum merasa terpanggil itu menggambarkan dan sekaligus pengakuan bahwa kalbu Anda belum bisa mendengar.
Ada dua sebab orang tidak bisa melihat, yaitu matanya buta sehingga ia tidak bisa melihat atau karena tidak ada sinar sama sekali sehingga mata yang sehat tidak bisa melihat. Dalam konteks ini, jelas-jelas sinarnya ada, tetapi mata hatinya tidak berfungsi secara benar dan maksimal. Adakah orang hidup tanpa hati? Itulah mengapa buta hati lebih berbahaya daripada buta mata. Jika buta mata masih bisa dituntun. Namun, jika buta hati, semua kebenaran akan ditolak.
Setidaknya ada empat cara Allah memanggil hamba-Nya. Pertama, panggilan azan—dekat dan jelas, serta murah dan mudah—untuk menunaikan shalat di awal waktu dan secara berjemaah di masjid. Kedua, panggilan berhaji ke Tanah Suci—jauh dan mahal, serta lama dan lelah—untuk shalat di Masjidil Haram, sai, tawaf, dan wukuf di Arafah. Ketiga, panggilan kematian kemudian dikuburkan. Keempat, panggilan kiamat. Semua menjadi tidak berdaya, kecuali hamba yang mencintai dan dicintai Allah.
Karena itu, marilah kita persiapkan semua panggilan itu melalui jalan yang paling mudah terlebih dahulu, yakni melalui azan sebelum berhaji, melalui haji sebelum mati, dan melalui wafat sebelum kiamat. Saat kiamat nanti, setiap kita akan diperlihatkan amalan-amalan yang pernah kita perbuat. Semua orang pada hari itu akan dihidupkan kembali bersama amalannya.
Selagi belum terlambat, sebelum kita wafat, marilah kita belajar mendengarkan azan dengan sungguh-sungguh, belajar menaati azan sebelum menaati amalan lain yang lebih berat persyaratannya, dan meningkatkan belajar mengumandangkan azan untuk memakmurkan masjid di sekitar kita. Ingat, Allah lebih berkuasa dibandingkan kita. Jadi, tidak ada pilihan lain, kecuali menaati apa yang telah menjadi kehendak-Nya. “Allah lebih berkuasa kepadamu daripada kamu kepada-Nya.”
1. Panggilan Azan untuk Shalat Berjemaah
Panggilan azan adalah panggilan yang paling ringan, yang selayaknya paling mudah kita lakukan. Sebelum kita pergi ke Tanah Suci, sebaiknya sering berlatih terlebih dahulu pergi ke rumah Allah di masjid-masjid terdekat di sekitar rumah kita Makmurkanlah masjid di sekitar rumah kita terlebih dahulu sebelum memakmurkan masjid Allah di Tanah Suci, agar kita lebih siap lahir dan batin, lebih khusyuk dan menjiwai, dan insya Allah akan menjadi haji yang mabrur.
Panggilan azan tidak berbiaya, hanya butuh kemauan dan kesadaran kalbu kita. Tidak butuh tenaga yang besar, hanya putuh kecerdasan pikiran kita. Berhitunglah dan sadarlah bahwa panggilan azan hanya benar-benar membutuhkan kemauan hati kita. Jangan angkuh dan menyombongkan diri atas panggilan Allah. Bersegeralah memenuhi panggilan azan sebelum semuanya terlambat. Ingatlah, kita tidak tahu kapan batas usia kita.
2. Panggilan Haji ke Tanah Suci
Jika azan dilakukan setiap hari sebanyak lima kali, panggilan haji ini terjadi hanya sekali dalam setahun. Untuk umat Islam Indonesia, panggilan ini relatif mahal dan memakan waktu yang cukup lama. Harus izin kantor bagi yang menjadi pegawai, harus meninggalkan perniagaan bagi yang berprofesi sebagai pengusaha, bahkan harus antre sampai 5-10 tahun.
Apakah usia kita masih ada jika harus menunggu sekian lama? Karena itu, bagi kita yang dikaruniai rezeki, gunakanlah untuk umrah terlebih dahulu yang tidak perlu antre bertahuntahun. Coba pikirkan! Untuk memenuhi panggilan ke Tanah Suci ini, betapa repot dan banyak variabelnya. Sementara untuk panggilan azan yang mudah didapatkan malah kita abaikan., Betapa murka Allah kepada hamba yang tidak menggunakan akalnya. “Pilar seseorang adalah akalnya. Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.”
“Dan apabila kamu menyeru untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.” (QS. al-Ma’idah [5]: 58)
3. Ranggilan Nyawa Lepas dari Raga
Apakah Anda mengira bisa hidup selamanya? Apakah Anda tidak melihat bagaimana orang-orang hebat pun tidak bisa melawan ajal? Bagaimana artis kaya dan tenar pun akhirnya meninggal dunia? Presiden terkuat dan perkasa pun tidak berdaya saat ajalnya tiba. Perampok dan penjahat pun tewas tidak lagi beringas? Masih kurangkah pelajaran atas semua itu? Apakah Anda mengira negeri akhirat itu tidak ada? Apakah Anda mengira siksa neraka itu isapan jempol belaka?
Coba pertanyaannya kita balik. Bagaimana jika ternyata negeri akhirat itu ada, sedangkan Anda sudah terlanjur wafat? Bagaimana jika ternyata neraka jahanam itu ada, sementara Anda sudah terlanjur tidak bernyawa? Coba pikirkan dengan logika, lebih beruntung orang yang percaya negeri akhirat itu ada atau orang-orang yang tidak percaya? Lebih beruntung mana, orang-orang yang percaya neraka jahanam itu ada atau mereka yang percaya neraka tidak pernah ada?
Sangat jelas jawabannya. Kalaupun negeri akhirat tidak ada, neraka jahanam tidak ada, berarti tidak ada yang disiksa. Namun, bila ternyata negeri akhirat ada dan neraka jahanam ada, yang beruntung adalah mereka yang selama di dunia percaya bahwa negeri akhirat itu ada, neraka jahanam itu ada kemudian mereka mempersiapkannya.
Sebelum semuanya terlambat, mari kita penuhi panggilan azan, mari kita menabung kebaikan dan menabung biaya untuk memenuhi panggilan ke Tanah Suci. Sebaik-baik bekal menghadap Allah adalah takwa. Ingatlah, hartamu diberikan Allah untuk keperluan yang baik bagi dirimu di dunia dan di akhirat. Artinya, jika Anda sudah punya mobil dan rumah berarti tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak pergi ke Tanah Suci, tidak ada alasan merasa belum dipanggil.
Belum dipanggil berbeda artinya dengan belum terpanggil. jika belum dipanggil, sang pemanggil belum bertindak. Jika belum terpanggil, berarti mata hatimu yang buta dan tuli. Bagaimana kalbumu dan pikiranmu jika melihat orang yang hidup sederhana, tidak punya mobil, dan sehari-hari hanya berjalan kaki, tetapi sudah pergi umrah dan haji, sementara Anda belum melakukannya? Apakah hati Anda tidak bergetar? Apakah Anda masih menyalahkan Sang Pemberi Rezeki?
Apakah Anda masih merasa pandai dan cerdas jika ada orang yang menurut Anda bodoh sudah pergi umrah berkali-kali, sementara Anda belum sama sekali? Lantas di manakah kepandaian Anda? Di mana amalan Anda? Bagaimana definisi cerdas dan pandai yang Anda punyai? Mana bukti dan faktanya? Sudahkan hati Anda benar-benar telah bersih? Sudahkah otak Anda benar-benar cerdas? Marilah kita jadikan visi dan cita-cita bahwa semakin cepat kita pergi umrah semakin mulia, semakin cepat kita mendaftar haji semakin baik. Semoga sebelum ajal tiba, semua itu bisa menjadi nyata.
4. Panggilan Hari Kiamat dan Hari Kebangkitan
Inilah panggilan dengan tingkatan tertinggi dan teratas, Tak ada satu pun yang bisa menghindar. Jika panggilan ajal hanya dilakukan satu per satu, tetapi untuk panggilan ini semua umat akan dipanggil secara serentak. Suami-istri, kakak-adik, kakek-nenek, mertua-besan, keponakan-sepupu, paman-bibi, semua orang yang kita cintai dan kita benci akan dihancurkan dan dibangkitkan kembali sesuai dengan amalannya.
Iman seseorang tidak akan diterima tanpa amal saleh, sedangkan amal seseorang tidak akan diterima tanpa iman. Persiapkanlah sebelum semua itu terjadi, penyesalan di kemudian hari tiada arti. Persiapkanlah semua itu secar, cermat dan lebih cepat. Semakin cepat kita dalam bersiap, siap maka akan semakin baik. Waktu tidak akan pernah bisa diputar dan diulang kembali dan waktu tidak akan bisa dibaya dan dipunyai lagi jika ajal dan kiamat telah menghampiri kita,
Azan center, pondok pesantren, madrasah, pengajian rutin, dekat dengan ustadz, dengan kiai, dengan ulama, dekat dengan masjid, dekat dengan anak yatim dan kaum duafa, pergi memenuhi panggilan azan untuk segera menunaikan shalat di awal waktu dan berjemaah bersama umat Islam lainnya, segera pergi umrah dan mendaftar haji, merupakan upaya terbaik untuk mempersiapkan semua itu.
EMPAT CARA UMAT MEMELUK ISLAM
Empat cara orang memeluk Islam ialah sebagai berikut.
1. Karena keturunan
2. Karena mendengar azan
3. Karena dakwah
4. Karena kesadaran
Tentu semuanya itu merupakan bagian dari jalan hidayah dan ridha Allah semata. Di negara yang penduduknya mayoritas muslim pemeluk agama Islam lebih banyak karena faktor keturunan. Sedangkan di negara yang mayoritas rakyatnya bukan muslim kecenderungan orang masuk Islam karena mendengarkan suara azan yang berkumandang lima kali dalam sehari semalam.
Itulah mengapa ilmu tentang azan menjadi penting untuk diperhatikan. Selain makna dan fadilatnya sangat penting bagi umat Islam, azan juga bisa berperan sebagai syiar agama Islam.
MUAZIN PERTAMA: BILAL BIN RABAH
Dari Abu Mahdzurah ra., Nabi saw. kagum dengan suara Bilal, lalu beliau mengajarkan azan. (HR. Ibnu Khuzaimah)
Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Bilal, berikan ketenangan kepada kami dengan shalat.” (HR. Abu Dawud).
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah al-Habasyi, biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin ar-Rasul. la berpostur tubuh tinggi, kurus, warna kulitnya cokelat, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat. Ibunya adalah sahaya milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga akhirnya ia mendengar Islam, lalu ia menemui Nabi dan mengikrarkan diri masuk Islam.
Umayyah bin Khalaf pernah menyiksa dan membiarkannya di tengah gurun pasir selama beberapa hari. Perutnya diikat sebuah batu besar dan lehernya diikat dengan tali, lalu orang-orang kafir menyuruh anak-anak mereka untuk menyeretnya di antara perbukitan Mekah. Saat diseret, Bilal selalu mengucapkan kata, “Ahad, Ahad” dan menolak mengucapkan kata kufur. Abu Bakar lalu memerdekakannya, Saat itu, Umar bin Khathab berujar, “Abu Bakar adalah seorang pemimpin kami dan dia telah memerdekakan seorang pemimpin kami.”
Rasulullah mempersaudarakannya dengan Abu Ruwaihah, Setelah hijrah, azan disyariatkan. Lalu Bilal mengumandangkan azan. la adalah muazin pertama dalam Islam karena ia memilikj suara yang cukup bagus. Ia pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di Baitul Mal. la tidak pernah absen mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Dalam perang Badar, ia melihat Umayyah bin Khalaf, orang yang dahulu pernah menyiksanya sewaktu di Mekah. Saat melihat Umayyah, ia berujar, “Aku tidak akan selamat jika Umayyah selamat.”
Kemudian ia meminta kepada beberapa orang pasukan kaum muslimin untuk membunuh Umayyah. Ketika itu Umayyah sedang meminta perlindungan kepada Abdurrahman bin Auf karena di antara mereka terikat sebuah perjanjian lama. Bilal akhirnya berhasil membunuh Umayyah berkat pertolongan beberapa orang pasukan kaum muslimin dan Abdurrahman juga mengalami luka-luka.
Pada saat pembebasan kota Mekah, Rasulullah menyuruh Bilal untuk mengumandangkan azan di belakang Ka’bah. Itulah azan yang pertama dikumandangkan di Mekah.
Rasulullah saw. pernah menceritakan Bilal, “Bilal adalah georang penunggang kuda yang hebat dari kalangan Habasyah” (HR. Ibnu Abi Syaibah dan Ibn Asakir).
Setelah Nabi meninggal, Bilal meminta izin kepada Abu Bakaf untuk meninggalkan Madinah dalam rangka untuk berjuang jalan Allah, Abu Bakar menyarankan agar Bilal tetap menetaf di Madinah. Bilal pun menetap di Madinah sampai akhirnya ia bergabung bersama pasukan yang diutus untuk membebaskan wilayah Syam.
la menolak untuk menjadi muazin pascawafatnya Rasulullah, ia meriwayatkan empat puluh empat hadis dari Nabi. Di antaranya, Rasulullah bersabda, “Hendaklah kalian menunaikan shalat malam (tahajud) karena shalat malam adalah tradisi orang-orang saleh sebelum kalian dan sesungguhnya shalat malam adalah amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dapat mencegah dari perbuatan dosa, mengampuni dosa-dosa kecil, dan menghilangkan penyakit dari badan.” (HR. Tirmidzi)
la meninggal di Damaskus tahun 20 H dan jasadnya dimakamkan di sana. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa jasadnya dimakamkan di Halb.
Semoga beliau dimasukkan ke dalam surga-Mu, ya Allah, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk, dia mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, dia mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”
Betapa banyak Bilal telah azan dan betapa banyak jemaah yang datang untuk memenuhi panggilan Allah melalui kumandang azannya dan sejumlah itu pula pahala yang telah diukirnya. Sangat beruntung Bilal sempat menjadi muazin pada zaman Rasulullah saw. yang penuh berkah dan penuh kenangan serta menjadi panutan muazin sepanjang zaman.