Bermula dari seringnya dimintai saran untuk mengadapi tantangan hidup, baik melalui tatap muka atau lewat surat elektronik. Kemudian berlanjut menjawab pertanyaan lewat situs media sosial, Haemin Sunim menikmati perasaan yang timbul ketika terhubung dengan orang lain.
Biksu Zen dan mantan dosen di perguruan tinggi liberal arts di Massachusetts ini padahal menjawab pesan dengan sederhana, lugas dan singkat. Kadang-kadang ia menulis untuk menjawab pertanyaan hidup yang memang benar terjadi. Kadang-kadang juga sebagai pengingat pribadi ketika ia menemukan pola pemikiran menarik saat sedang mengaplikasikan hidup berkesadaran atau terkoneksi dengan orang lain. Seringnya, ia membahas makna melambatkan diri di tengah kehidupan modern kita yang begitu sibuk, juga seni mempertahankan hubungan yang harmonis dan menumbuhkan rasa sayang kepada diri sendiri.
Cuitannya di Twitter dan tulisan Facebook mendapatkan respon dari banyak orang. Baik berupa meminta saran dan ada juga yang menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi karena berkat membaca tulisannya, seorang perempuan tidak jadi bunuh diri. Haemin Sunim juga mendapat pesan dari petinggi sebuah perusahaan yang memberitahu, bahwa hatinya merasa damai setelah mengalami membaca pesan-pesan yang ia tulis.
Kumpulan tulisan
Buku ini merupakan kumpulan tulisan-tulisannya yang dibukukan penerbit dan diterbitkan kali pertama pada 2012. Pernah berada dalam daftar buku paling laris selama 41 pekan dan terjual lebih dari tiga juta ekspemplar dalam tiga tahun. The Things You Can See Only When You Slow Down juga sudah diterjemahkan dalam bahasa Mandarin, Jepang, Thailand, Prancis dan Inggris.
Buku ini terbagi dalam delapan bab yang membahas bermacam aspek kehidupan, mulai dari cinta dan pertemanan hingga pekerjaan dan cita-cita. Serta bagaimana praktik hidup berkesadaran mampu membantu kita dalam macam-macam aspek.
Menariknya, dalam setiap bab buku ini diawali dengan esai, yang kemudian diikuti dengan beberapa baris pesan singkat yang berisi saran dan petuah yang ditujukan langsung kepada kita semua, untuk dihayati satu demi satu, dan untuk dihayati ulang dan camkan supaya kata-kata itu mampu menemani pada saat kita merasa khawatir atau putus asa, dan mengingatkan bahwa kita tidak sendiri.
Esai singkat
Lalu, selanjutnya pembaca juga akan menemui pada masing-masing bab dilanjutkan dengan esai lebih singkat, diikuti beberapa baris panduan meditasi singkat. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi berwarna karya Youngcheol Lee. Tujuan ilustrasi-ilustrasi dalam buku ini sebagai selingan menenangkan, sesuatu untuk direnungkan lama-lama sebagaian mestinya panduan meditasi.
Berhenti Sejenak dan Bertanya, ”Apakah memang dunia yang terlalu sibuk, atau malah batin saya”.
Haenim Sunim membeberkan, kita biasanya menganggap ”batin” dan ”dunia” tidak saling berkaitan. Apabila seseorang bertanya di mana batin kita berada, sebagian besar orang akan menunjuk kepala atau jantung, tetapi tidak pernah menunjuk pohon ataupun langit. Kita merasakan adanya batas jelas antara apa yang ada di dalam batin kita dan apa yang terjadi di dunia luar. Dibandingkan dengan dunia luar yang begitu luas, batin yang bersemayam di dalam tubuh kita terasa kecil, rapuh, dan terkadang tidak berdaya.
Dalam ajaran Buddha, batas antara batin dan dunia luar begitu tipis, penuh lubang, dan sesungguhnya hanyalah sekedar ilusi. Bukanlah dunia yang secara objektif merasakan kebahagiaan atau kesedihan dan menimbulkan perasaan yang sama dalam diri kita. Namun, perasaan itu asalnya dari batin kita yang memproyeksikan pengalaman subyektifnya kepada dunia luar. Menurut penulis, dunia tidak semata-mata berisi rasa suka dan duka saja; dunia memang seperti ini adanya. Singkatnya, ketika batin penuh kebahagiaan dan kasih, dunia juga akan penuh kebahagiaan dan kasih. Saat batin berisi pikiran negatif, dunia juga akan terlihat negatif. Ketika kita merasa sangat sibuk dan pontang-panting, ingat bahwa kita memiliki kuasa. Saat kita beristirahat, dunia juga ikut istirahat.
Ketika Kehidupan Mengecewakan, Istirahatlah Sejenak
Tidak selalu hidup ini berisi hal-hal menyenangkan. Terkadang peristiwa getir justru kita alami. Ketika kepercayaan hancur, ketika harapan terhempas, ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita, ada baiknya sebelum melakukan apa pun, kita berhenti sejenak dan beristirahat.
Kata penulis, jika memungkinkan biarkan teman-teman terdekat menemani kita sambil makan dan minum bersama sambil perlahan-lahan menceritakan kisah pengkhianatan, kekecewaan, dan perasaan sakit hati yang lama tersimpan. Pergi ke bioskop entah sendiri atau dengan sahabat baik. Carilah lagu yang menyentuh hati kita. Putar berkali-kali dan nyanyikan lagu itu berulang-ulang, seperti sedang menyanyi untuk para jiwa yang terluka. Pergilah sendirian. Hanya ada kita dan jalanan.
Haemin Sunim menyarankan, setelah menyendiri selama beberapa saat, pergilah ke tempat sakral pribadi. Pejamkan mata dan jernihkan batin kita. Meski mungkin kita tidak terlalu spiritual, mintalah agar hati kita penuh kasih sayang dan biarkan rasa penerimaan itu merengkuh kita
Seni Membina Hubungan Baik
Sebenarnya, kita sudah cukup beruntung jika memiliki keluarga dan teman yang baik menyayangi kita apa adanya dan sungguh-sungguh memedulikan kesehatan kita. Pastinya kita merasa aman dan secara emosional tenang, bahkan saat sedang menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, jika memiliki rumah impian, mobil mahal, dan tubuh sempurna, kita tetap tidak akan merasa bahagia jika memiliki masalah dalam hubungan kita.
Sebenarnya, kita sudah cukup beruntung jika memiliki keluarga dan teman yang baik menyayangi kita apa adanya dan sungguh-sungguh memedulikan kesehatan kita. Pastinya kita merasa aman dan secara emosional tenang, bahkan saat sedang menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, jika memiliki rumah impian, mobil mahal, dan tubuh sempurna, kita tetap tidak akan merasa bahagia jika memiliki masalah dalam hubungan kita.
Berikut beberapa pesan penulis yang bisa menjadi bahan renungan pembaca; Saat buta akan amarah, kita akan mengambil pilihan yang nantinya akan kita sesali. Pergi dari ruangan sebelum menghancurkan hubungan dengan orang lain merupakan tanda kedewasaan; Kita hidup di antara hubungan yang tak terbatas, keluarga, teman, kolega, tetangga, dan banyak lagi. Hidup akan terasa indah apabila hubungan kita juga indah; Bahagia sendiri tidak akan bertahan lama.
Fokus kepada diri sendiri
Secara halus, buku ini mengajak pembaca untuk fokus kepada diri sendiri serta apa yang di depan kita. Seperti; keberadaan keluarga dan kolega yang selalu membantu, pemandangan yang saban hari kita lewati tapi tidak pernah kita perhatikan, kisah-kisah sahabat yang tidak kita hiraukan sebelumnya. Nah, di tengah-tengah jeda itu, keseluruhan hidup kita akan nampak jelas.
Buku ini juga seperti pengingat bahwa kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang harus kita gapai dengan usaha keras. Namun, kebijaksanaan akan muncul dengan sendirinya saat kita melambatkan diri dan menyadari aoa yang ada. Semakin kita sadar banyak hal di masa kini, kita akan menyadari bahwa ada pengamat yang diam dalam diri kita. Di tengah kesunyian, sang pengamat menyaksikan yang ada di dalam dan di luar diri kita.
Saran penulis, hendaklah kita berkawan dengan pengamat hening itu. Biarkan semua pikiran dan bayangan dalam benak kita lenyap dan rasakan kehadiran pengamat itu dalam keheningan. Jika kita melihat wajah pengamat hening itu, kita telah menemukan wajah sejati kita, wajah yang sudah ada sebelum kita lahir.
Judul : The Things You Can See Only When You Slow Down
Penulis : Haemin Sunim
Halaman : 265 halaman
Penerbit : POP, imprint KPG
ISBN : 978-602-481-365-9