Sabtu, 17 Mei 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Godaan Menjadikan Al-Quran sebagai Kitab Ideologi

Nazir Khan tampaknya berniat membenturkan isme-isme dengan nilai-nilai Islam. Menjadikan Islam sebagai ideologi baru?

Oleh Taufik Rahman
26 November 2024
di Resensi
A A

Jumat pekan lalu Mas Jalal membagikan sebuah buku digital. Judulnya menarik, Ihdina al-Shirath al-Mustaqim: The Straight Path. How Surah Al-Fatihah Addresses Modern Ideologies. Ditulis oleh Dr. Nazir Khan MD FRCPC yang diperkenalkan buku itu sebagai seorang dokter medis, ahli saraf klinis, teolog Islam, dan spesialis dalam ilmu Al-Quran. Ia adalah asisten profesor di Universitas McMaster dan kandidat doktor dalam teologi Islam di Universitas Nottingham.

Ia menghafal Al-Quran semasa mudanya, memiliki sertifikasi (ijazah) dalam semua sepuluh bacaan Al-Quran melalui jalur transmisi mayor dan minor, dan juga telah menerima sertifikasi dalam enam kitab Hadits serta berbagai karya teologi Islam. Ia adalah peneliti senior di Yaqeen Institute dan menjabat sebagai Presiden pendiri Yaqeen Institute di Kanada.

Ideologi modern yang dikritik Khan dalam buku ini adalah ateisme, materialisme, deisme, sekularisme, politeisme, naturalisme, relativisme, progresivisme, liberalisme, dan postmodernisme. Kesepuluh isme itu dibongkar kelemahannya oleh Khan, lalu mengajukan alternatif dari tafsir Surat Al-Fatihah. Penjelasannya sedemikian bersemangat, menggebu-gebu, penuh  retorika, dan agak cenderung simplifikatif. Agak khas gaya mubalig. Di bagian awal buku, Khan memberikan summary mengenai bagaimana ayat per ayat dari QS Al-Fatihan merespons ideologi-ideologi modern tersebut:

Al-hamdulillah Respons untuk Ateisme:

Jika Anda mengenali sesuatu sebagai berkat, Anda harus mengenali Sang Pemberi Berkat.

Ateisme: Ideologi yang menolak kepercayaan akan keberadaan Tuhan
Rabbil alamin Respons untuk Materialisme:

Kita memiliki Tuhan yang memelihara kita sehingga kita dapat memenuhi tujuan moral kita, kita bukan sekadar kumpulan partikel.

Materialisme:

·         “Tidak ada yang ada selain materi.”

·         “Tidak ada yang penting selain materi (yaitu, harta benda dan kekayaan materialistis).”

Al-Rahman al-Rahim Respons untuk Deisme:

Sang Pencipta yang paling penyayang tidak akan pernah

meninggalkan ciptaan-Nya tanpa bimbingan.

Deisme:  Kepercayaan kepada Tuhan yang menciptakan dunia tetapi tidak terlibat di dalamnya dan tidak memberikan petunjuk atau menjawab doa.
Maliki yaum al-din Respons untuk Sekularisme:

Semua otoritas manusia bersifat ilusi dan cepat berlalu dan pada akhirnya akan lenyap di hadapan Penguasa sejati.

Sekularisme: The ideology that seeks to remove religion from the public domain and confine it to the private affairs of the individual.
Iyyaka na’budu Respons untuk Politeisme:

We worship God alone rather than the idols of man’s making.

Polyieisme: Kepercayaan pada, atau penyembahan, lebih dari satu Tuhan
Iyaaka nasta’in Respons untuk Naturalisme:

We use natural means but ultimately place our trust, hope, and reliance in the Creator.

Naturalisme: Kepercayaan filosofis bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan melalui sifat dan kekuatan alam tanpa perlu melibatkan campur tangan Tuhan atau penjelasan supernatural.
Ihdinā al-sirāt

.. al-mustaqīm

Respons untuk Relativisme:

The truth is singular, and the correct path of guidance to God is the one that He has revealed.

Relativisme: Doktrin yang menyatakan bahwa nilai moral dan klaim kebenaran berbeda antara budaya dan masyarakat, dan tidak ada jawaban yang benar secara mutlak
Sirāt alladhīna an ʿamta ʿalayhim Respons untuk Progresivisme:

We take our moral instruction from the way of the prophets and righteous exemplars of the past.

Progresivisme: Gagasan bahwa manusia saat ini tercerahkan secara moral dan bahwa orang-orang di masa lalu secara moral lebih rendah dan terbelakang.
Ghayri al-maghdūbi ʿalayhim Respons untuk Liberalisme

Kita tidak mengikuti cara orang-orang yang mengaku mengejar kebenaran tetapi mengabaikan keadilan.

Liberalsme: Sebuah filsafat politik dan moral yang muncul dari pencerahan Eropa yang menekankan kebebasan individu sebagai nilai sosial tertinggi.
Wa-lā al-dāllīn Respons untuk Postmodernism: Kita juga tidak mengikuti cara orang-orang yang mengaku menegakkan keadilan namun mengabaikan kebenaran
Postmodernisme: Sebuah gerakan di bidang filsafat dan seni pada akhir abad ke-20 yang menolak kepercayaan pada kebenaran objektif atau narasi agung

Seluruh isme yang ia sebut sebagai ideologi itu didefinisikan berangkat dari kesadaran materialisme. Kritik dasarnya adalah ketidakpercayaan kepada hal ghaib, dan relativisme moralitas berbasis kesepakatan; hingga berpeluang terjadinya chaos of morality. Lalu, alternatif “Islam” sebagai jalan keluar dijelaskan juga dengan cara agak reduktif: kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, kembali kepada jalan yang lurus (al-shirath al-Mustaqim).

Saya langsung mendalami bagian tafsir “Ihdina al-shirath al-Mustaqim.” Khan, sebagaimana para penerjemah Al-Quran pada umumnya, memahami ayat ini sebagai doa agar dianugerahi “jalan yang lurus”.  Sehingga ada konsekuensi antonim mengenai adanya “jalan yang bengkok.” Ini terlihat dari terjemahan Khan atas al-shirath al-Mustaqim dengan the straight path.

BACA JUGA:

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

Al-shirath al-Mustaqim tampak ditempatkan sebagai idhafat atau na’at man’ut. Padahal dua-duanya berbentuk ism makrifat, dengan tanda alif dan lam di awal kata shirat dan mustaqim. Karena makrifat, jika dibuat potongan diksi dapat menjadi ihidina al-shirath; dan ihidina al-mustaqim. Tunjukilah kami sebuah jalan; Tunjukilah kami (keadaan) seorang yang beristikamah (kata “mustaqim” dalam ayat itu berbentuk isim fa’il/subjek; dengan tambahan sin dan ta menunjuk pada hal kesadaran dan kesengajaan. Mustaqim secara ilmu sharaf sebaiknya diterjemahkan orang-orang yang dengan penuh sadar dan sengaja berlaku—termasuk di dalamnya berpikiran dan berperasaan—lurus).

Sedangkan “al-shirath” dalam penjelasan Al-Raghib Al-Asfahani dalam al-Mufradat fi gharib al-Quran adalah “nilai-nilai kebenaran”. Memang dalam banyak kamus Arab, secara harfiah sering diartikan sebagai “jalan”; namun jalan yang sudah dipenuhi nilai-nilai (benar, baik, dan indah).

Dengan semangat menjelaskan sepuluh isme sebagai “jalan bengkok”; maka bangunan argumen-argumen selanjutnya adalah “menyalahkan” isme-isme, dan membenarkan Islam. Tak dapat dihindari bangunan dialognya menjadi bangunan apologetik. Lalu tergoda membangun kerangka ontologi, epistemologi, psikologi, dan moral society Islam, dalam sebuah bangunan pikiran ideologis.

Dalam banyak pengalaman, pendekatan membenturkan sebuah isme dengan nilai-nilai Islam sering kali menghasilkan bangunan pikiran menjadikan Islam sebagai ideologi baru, yang pada akhirnya akan mengalami “kekeringan”, “pembatasan”, dan “menghilangkan” universalitasnya.

Bacaan terkait

Ber-Islam: Hasil Ber-interaksi, bukan Ber-“transaksi” [Membaca  Mun’im Sirry]

Beragama secara Ilmiah?

Mengilmiahkan Islam Modern

Sejarah Dunia yang Disembunyikan

Kritik Hujjatul Islam terhadap Filsafat dalam Maqashid al-Falasifah

 

Topik: Al-Fatihahal-qurankitab ideologiNazir Khan
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Pesan Kakek untuk Sang Presiden

Selanjutnya

Dunia Sedang Shifting, Bukan Resesi

Taufik Rahman

Taufik Rahman

Sarjana Syariah IAIN Jakarta [Mazhab Ciputat], kini peneliti dan konsultan CSR di A+ CSR Indonesia, Bogor.

TULISAN TERKAIT

Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025
CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

15 April 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Dunia Sedang Shifting, Bukan Resesi

Dunia Sedang Shifting, Bukan Resesi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

22 April 2025
Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

22 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025
Ksatria JEDI Bernama Farhan Helmy dan Sepenggal Kisah tentang Pembiayaan Inovatif untuk Disabilitas dan Lansia

JEDI Knight Farhan Helmy and a Story of Innovative Financing for the Disability and Elderly

21 April 2025

© 2024 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In