Saya bergabung dengan The Asia Foundation (TAF) pada April 2010 dan lulus pada April 2025. Mengapa saya menggunakan kata “lulus” daripada pensiun? Karena selama ini saya lebih banyak belajar sambil menjalankan berbagai tanggung jawab di TAF. Setiap bulan, saya menerima beasiswa dengan skema lengkap, seperti insentif bulanan, jaminan kesehatan, serta fasilitas ekstra saat bepergian, mulai dari tiket pesawat dengan standar baik, penginapan di hotel berbintang, hingga mobil sewaan yang nyaman untuk perjalanan dinas.
TAF dan Ilmu Pengetahuan
TAF berdiri pada tahun 1954 dan kini hadir di 17 negara. Lembaga ini dikenal luas karena tradisi baiknya dalam menciptakan dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Tak heran jika di dalamnya banyak ilmu pengetahuan yang berwujud buku maupun dalam diri orang-orang yang ada di dalamnya. Suasana kerja di TAF memang mampu mendorong seseorang untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka di lapangan. Tidak heran jika banyak orang pintar yang bergabung di dalam gerbong ini.
Saya memiliki definisi tersendiri tentang siapa yang disebut orang “pintar.” Jika banyak orang menganggap bahwa orang pintar itu identik dengan gelar akademik, atau kemampuan menulis karya ilmiah yang terpublikasi di jurnal internasional bereputasi, itu bukanlah gambaran saya. Bagi saya, orang pintar adalah mereka yang memiliki pemahaman mendalam tentang suatu masalah, tahu akar penyebab dan solusi dari setiap persoalan yang dihadapi dalam program yang sedang dikelolanya.
Seni Mengelola Program
Para pengampu program di TAF akan mengetahui betul target perubahan yang ingin dicapainya, memahami intervensi yang akan dilakukan, tahu kapan harus bertindak, dengan siapa mereka akan bekerja, dan sejauh mana mereka mampu memanfaatkan seluruh kekuatan sumber daya yang dimiliki. Tidak cukup hanya memahami, tetapi mereka juga harus mampu menerapkan semua pengetahuan tersebut dengan selalu membangun sinergi bersama para mitra di lapangan. Bisa dengan pemerintah, CSO, atau langsung dengan warga.
Ibarat sedang menempuh sebuah perjalanan, anak-anak TAF yang tengah menjalankan suatu program selalu waspada akan keberadaan mereka. Terkadang mereka harus berhenti di sebuah pengkolan, sekadar untuk mengubah rute perjalanan atau membangun strategi perbekalan baru, agar tujuan bisa lebih cepat dan mudah dicapai. Kesadaran itu mampu membimbing mereka dalam memanfaatkan setiap peluang, mengatasi tantangan, dan mengelola kelemahan menjadi kekuatan. Mereka akan berusaha bekerja dengan penuh kesadaran dan kelenturan. Itulah sedikit gambaran yang saya tangkap ketika bekerja, eh, bersekolah bersama AnakTAF.
Ketika saya menyatakan bahwa di TAF banyak orang pintar, itu bukan karena gelar atau titel akademik yang tertulis panjang di dalam kartu nama. Penilaian saya lebih didasarkan pada kemampuan seseorang dalam memahami setiap detail masalah yang dihadapi, lalu bagaimana membangun strategi untuk menyelesaikannya. Memahami akar masalah adalah kunci. Untuk itu, peta jalan yang bisa memandu setiap individu agar mencapai tujuan sangat diperlukan. Jika berhasil, maka alhamdulillah; jika pun belum berhasil, maka masing-masing paham di mana letak kelemahan dan tantangan berikutnya.
Saya selalu kagum dengan cara anak-anak TAF ketika menjelaskan sebuah program yang mereka kerjakan. Pengetahuan mereka solid bersumber dari akar masalah yang berbasis data, sehingga mereka mampu menguatkan argumen mereka. Isu-isu yang ditangani bisa terkait dengan isu hukum, demokrasi, tata kelola pemerintahan, ekonomi, masalah perempuan, hingga isu lingkungan. Meskipun kompleks, mereka mampu menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kadang penjelasan mereka bisa membuat pendengarnya terperangah, sedih, bahkan marah.
Dalam hal pengelolaan sistem keuangan di internal TAF, patut diacungi jempol. Sistem yang terus dikembangkan ini selalu berinovasi untuk memastikan akuntabilitas yang tinggi, dengan standar audit yang transparan dan terpercaya. Jika ada yang menganggap bahwa sistem keuangan di TAF rumit, itu mungkin hanya karena belum terbiasa. Disiplin dalam pertanggungjawaban setiap rupiah yang digunakan adalah hal yang tak bisa ditawar, tidak peduli siapa pun yang menggunakannya. Alhamdulillah, saya dapat mengadaptasi dan bersyukur karena terhindar dari perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip tersebut.
Jenis Kelamin Bukan Penghalang
Selama hampir 15 tahun di TAF, lembaga ini selalu dipimpin oleh perempuan. Tiga perempuan hebat terpatri di dalam kepala dan batin saya. Mereka adalah Robin Bush, Sandra Hamid, dan Hana Satryo. Karakter kepemimpinan mereka telah memberikan kesan mendalam, bahwa di dunia ini tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan, kecuali jenis kelamin dan fungsi reproduksi. Selebihnya, kita semua sama. Ibarat sedang berperang, ketiga pemimpin perempuan ini seperti menerapkan prinsip Seni Perang Sun Tzu: Mereka cermat dalam mengambil tindakan. Kapan harus menyerang ataupun bertahan, dan ketika saatnya tiba, mereka akan menyerang dengan kekuatan penuh hingga musuh tumbang.
Berkat peran ketiganya, semua prasangka negatif tentang pemimpin perempuan pun hilang dari kepala saya. Saya memiliki standar sederhana dalam menakar kualitas kepemimpinan seseorang. Selama seseorang telah berhasil menjadi contoh baik sesuai dengan nilai-nilai yang kita anut bersama, maka bagi saya mereka adalah paripurna. Bagi saya, bekerja bersama ketiga perempuan hebat ini adalah rahmat dan kebahagiaan; saya akan terus mensyukurinya.
Teguh pada Nilai
Kekuatan utama TAF yang membuatnya bisa bertahan dan berkembang hingga kini adalah komitmennya yang teguh pada nilai-nilai dan prinsip organisasi. Di TAF, setiap individu akan terus didorong, diingatkan, dan diawasi agar bisa terus belajar menghormati setiap perbedaan yang ada pada diri orang lain. Nilai kemanusiaan dan akuntabilitas akan selalu menjadi prinsip dasar yang harus dijunjung tinggi secara bersama-sama. Di sini, setiap orang akan berupaya untuk selalu dihargai sesuai marwah kemanusiaannya yang alami, terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya.
Saya bersyukur bahwa selama 15 tahun terakhir ini bisa ikut mendayung perahu besar ini menuju pulau impian bersama dengan yang lain. Tak bisa dipungkiri, dalam perjalanan ini penuh dengan tantangan. Bisa berupa angin kencang atau ombak besar hingga membuat perahu tergoncang. Namun, saya bangga telah berhasil melewatinya. Terima kasih kepada AnakTAF yang selalu memberi pemakluman atas segala kekhilafan. Saya bersyukur pernah menjadi bagian dari sejarah hidup yang tercatat di sekolah ini.
Bacaan terkait
Memikirkan Ulang Tata Kelola Perusahaan
Menjadi Pemimpin, Menjadi Kekuatan untuk Kebaikan
Indonesia (Bisa) Menggapai Keberlanjutan