Sirrul Asrar, yang arti harfiahnya rahasianya rahasia, mengungkap informasi yang paling tidak diketahui manusia di muka bumi ini. Sebenarnya frasa ini lebih tepat dimaknai sebagai rahasia dari segala rahasia kehidupan, yang oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani secara spesifik mengarah pada asal mula penciptaan manusia dan alam semesta, serta hakikat keduanya.
Hakikat manusia dijelaskan dengan detail dari segi fisik dan spiritual, serta hal ihwalnya. Ada tiga hal tentang manusia yang menjadi pusat kajian, yaitu dari mana berasal, dimana dan bagaimana kini, serta kemana akan berpulang.
Tentang asal mula kehidupan manusia di sini, tentu saja hal-hal yang dijelaskan di sini berdasarkan dalil-dalil dogmatis, tidak menyangkut teori sains, misalnya evolusi. Dari awal, kitab sirrul asrar langsung menukik ke awal mula penciptaan di alam akhirat, meliputi siapakah manusia, apakah alam semesta, dan bagaimana itu semua diciptakan?
Tentang keberadaan manusia di bumi, ia bukanlah produk evolusi. Manusia diciptakan spesial dengan kemampuan berpikir, berperasaan, dan mentransformasikan hal itu kepada manusia lainnya, sebuah ciri khas yang berbeda dari makhluk-makhluk hasil evolusi. Sebuah hadis qudsi dari Abu Dawud, Rasulullah bersabda: “Dan yang pertama Allah ciptakan adalah ruhku, dan yang pertama Allah ciptakan adalah cahayaku, dan yang pertama Allah ciptakan adalah pena, dan yang pertama Allah ciptakan adalah akal”.
Ini berarti bahwa ruh, ilmu, dan akal adalah unsur inheren yang sudah built in ketika manusia diciptakan. Pada bab pertama kitab sirrul asrar ini, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menegaskan, alam semesta berawal dari sebuah substansi yang bernama Nur Muhammad. Ini adalah ruh Nabi Muhammad saw yang tercipta dari pancaran keindahan cahaya Ilahi. Dalam hadis qudsi disebutkan: Khalaqtu muhammadan awwalan min nuuri wajhi. “Aku menciptakan Muhammad perama kali dari cahaya wajah-Ku”.
Allah menciptakan Nur Muhammad 2.000 tahun sebelum menciptakan Nabi Adam, dan penciptaan itu menjadi alasan Allah menciptakan alam semesta ini. Ketika Nabi Adam dinikahkan dengan ibunda Hawa di alam Surga, ia diperintahkan oleh Allah membacakan salawat kepada Nabi Muhammad saw sebagai mahar.
Perihal Nur Muhammad ini menjadi realitas spiritual yang telah dipahami dengan baik oleh orang-orang sufi dan diistilahkan sebagai al-haqiqah al-muhammadiyah. Pemahaman ini diturunkan dalam rasa, yang dilatih dengan ritual-ritual tasawuf, yang dikenal dengan tarikat. Tujuannya agar mencapai tingkat ma’rifatullah, sehingga semua amal hanya dilandasi ketaatan kepada Allah.
Setelah Nur Muhammad berusia 4.000 tahun, Allah menciptakan arasy dari inti cahaya Muhammad. Dari inti cahaya ini pula Allah menciptakan semua entitas lain di bumi. Nur Muhammad ini menjadi bibit dari semua ruh manusia yang kemudian disemayamkan alam lahut dalam bentuk terbaik dan hakiki. Setelahnya ruh-ruh itu dimasukkan ke dalam jasad manusia satu per satu yang dilahirkan oleh rahim wanita-wanita di dunia.
Sejak diciptakan, ruh manusia mengalami proses yang berjenjang-jenjang dan menjalani interaksi dengan Tuhan dan antar ruh itu sendiri. Semua ruh yang turun ke dunia sebelumnya telah mengakui bahwa Allah swt adalah Tuhan semesta alam. Kemudian sebelum dipaketkan dengan jasad manusia, ruh itu mengalami semacam distraksi menjadi empat layer. Ruh al-Qudsi adalah ruh asli di alam laut yang kemudian menjadi ruh utama manusia yang nanti akan kembali kepada Allah swt. Yang kedua Ruh Sulthoni, adalah ruh yang memiliki lapisan cahaya di alam jabarut dan ditempatkan di mata hati manusia. Yang ketiga ruh Rawani, yaitu ruh yang memiliki lapisan cahaya di alam malakut. Berikutnya adalah ruh Jismani, adalah ruh yang memiliki lapisan cahaya di alam mulki atau alam terendah bagi ruh, yang kemudian ditempatkan di dalam jasad antara daging dan darah. Wallahu a’lam.
Pada bagian lain kitab ini menjelaskan tentang dasar-dasar ajaran Islam, seperti salat, puasa, zakat, dan haji, berdasarkan sudut pandang sufistik (tasawuf). Terdapat 24 bab yang didasarkan pada 24 huruf dalam kalimat syahadat.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani dikenal sebagai sulthanul aulia atau pemimpin para wali, karena menjadi tempat berguru para alim pada masanya. Ilmu-ilmu itu diabadikan dalam kitab-kitab karyanya yang terkenal, di antaranya Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, Al-Fath al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani, Futuh al-Ghayb, dan kitab sirrul asrar yang resensinya anda baca ini. Syekh Abdul qadir lahir pada 30 Oktober 1077, di Iran dan meninggal 21 Februari 1166, di Bagdad, Irak. Dalam dunia tarekat, beliau dikenal sebagai pendiri tarikat Qadiriyah.
Kembali ke soal penciptaan, manusia itu merupakan penyatuan ruh dan jasad. Tetapi yang menjadi identitas abadi manusia adalah ruhnya. Jasad cenderung tertarik kepada hal-hal materialistik, cinta dunia, egois, malas ibadah, dan tidak suka ilmu. Sementara ruh cenderung sebaliknya, sehingga ruh akan tersiksa dalam jasad yang selalu membawanya kepada jauh dari Allah.
Di dunia ini manusia mempunyai ciri-ciri fisik yang hampir sama. Tetapi jiwanya berbeda-beda, bahkan jauh berbeda. Setiap kenaikan derajat spiritual memerlukan latihan, dan itu memerlukan tafakur. Tafakur ini merupakan dasar ajaran Islam yang pertama. Yang kedua adalah tobat. Hal ini berfungsi untuk mennyucikan diri agar batin mudah dilatih mencapai derajat lebih tinggi.
Tentang zakat dan sedekah, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan, semua zakat akan melalui tangan Allah sebelum sampai kepada kaum fakir. Tujuan zakat sejatinya adalah mencapai keridhaan Allah dengan menjalankan perintah-Nya. Tentang nasib kaum miskin, sebenarnya itu sudah dijamin Allah sendiri.
Firman Allah SWT, ”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan, apa saja yang kamu nafkahkan. Maka, sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS Ali Imran [3]: 62).
Setiap amal ibadah memiliki dimensi lahir dan batin atau syar’i dan hakiki. Puasa lahir dibatasi oleh waktu, dengan menjauhi makan, minum, dan hubungan seks, dari fajar hingga tenggelam matahari. Sedangkan puasa batin dijalani selama-lamanya, selama hidup di dunia hingga kehidupan di akhirat, dengan menjaga semua indra dan pikiran dari segala yang diharamkan. Inilah puasa yang sejati.
Syekh Abdul Qadir memberi panduan zikir, wirid, dan berkhalwat demi mencapai penyucian jiwa. Penyucian jiwa inilah yang dapat membuat manusia meraih maqam musyahadah atau dapat menyaksikan hakikat. Bila sudah begini, tak mustahil Allah memberikan sebagian rahasianya, seperti yang dikuasai oleh Syekh Abdul Qadiral-Jailani. Dalam manaqib disebutkan, Syekh Abdul Qadir dapat menghidupkan burung, menghidupkan orang mati, memetik buah apel dari langit, menaklukkan musuh dari jauh, terbang di angkasa, menaklukkan bangsa jin, berada di banyak tempat dalam waktu bersamaan, dan banyak lagi karamahnya.
Judul: Kitab Sirrul Asrar
Judul asli: Sirr al-asrar fi ma yahtaj Ilaih al-abra
Penulis: Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Penerbit: Turos Pustaka
Genre: Islam /Spiritual
Tebal: 268 halaman
Edisi: Cet 3, Agustus 2021
ISBN: : 978-623-7327-31-8