Kebahagiaan adalah hasil akhir dari suatu proses penaklukan. Secara umum inilah yang dijelaskan Bertrand Russel dalam buku The Conquest of Happiness. Di Indonesia, buku ini diterbitkan oleh Renebook dengan judul Filosofi Hidup Bahagia.
Ketika orang bisa menaklukkan imajinasinya yang liar tentang kesempurnaan, maka kebahagiaan sudah di tangan. Bahagia tidak datang begitu saja tanpa perang batin yang sengit. Kemenangan seorang individu melawan ilusinya tentang hidup ideal tergantung kemampuan dirinya berkompromi dengan keadaan.
Setiap orang harus mengolah aspek-aspek di dalam diri dan sekitarnya untuk mencapai titik tercukupi secara batiniah. Pada dasarnya kondisi ideal tidak pernah tercapai dalam hidup, maka terdapat dua hal yang akan sangat signifikan dalam proses ini, yaitu usaha dan kepasrahan.
Penulis buku ini, Bertrand Russell, adalah pemenang hadiah Nobel dalam bidang sastra tahun 1950. Seperti para pemikir filosofis pada umumnya, kata-katanya agak sulit dipahami, minimal tak bisa dibaca cepat.
Russel lahir di Trellech, Wales, Inggris 18 Mei 1872 dan sudah yatim piatu pada usia empat tahun. Kedua orang tuanya meninggal hanya berselang dua tahun, pada 1876. Dalam keadaan yatim piatu ia diasuh oleh kakeknya yang juga meninggal 2 tahun kemudian. Dalam hidupnya yang pahit, perenungannya melahirkan banyak gagasan filosofis hingga menempatkannya menjadi salah satu orang paling brilian pada masanya, dan ide-idenya masih relevan hingga saat ini.
Kembali ke tema, antara manusia dan kebahagiaan terdapat banyak hal yang berpotensi mendekatkan atau menjauhkan keduanya. Misalnya kecintaan pada harta dan kekuasaan, yang diasumsikan sebagai sumber kebahagiaan. Jika dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang menerima kenyataan, maka hal itu akan menyebabkan orang menjadi tidak bahagia.
Hidup ini, kata Russel, memberi situasi-situasi yang tidak dapat dihindari tetapi harus dipecahkan. Sebagian lagi adalah rintangan yang tak mungkin ada solusinya, seperti kematian atau penyakit akut. Semua itu tak dapat dihindari, namun yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kemampuan untuk menerimanya.
Di dunia ini tidak ada kepuasan yang hakiki. Tetapi dalam skala tertentu orang bisa disebut bahagia, sebagaimana yang dirasakan Russel sendiri. “Saya ribadi menganggap tidak ada alasan yang kuat dan masuk akal untuk tidak bahagia. Orang bjaksana akan bahagia sebagaimana lingkungan sekitarnya bahagia,” tandasnya di halaman 18.
Pemikiran Russel mengenai kebahagiaan lahir dari masa mudanya yang pahit hingga hampir bunuh diri. Ia belajar matematika sebagai pelarian atas kegalauannya, hingga pada suatu ketika ia menyadari apa yang sebetulnya ia inginkan dan berhenti memaksakan diri mengejar idealisasinya.
Konsepsinya yang baru tentang hidup nyaman menyelamatkannya dari jurang frustasi dan membalikkannya menjadi salah satu orang terbahagia.
Ia mengkritik pandangan yang menganggap hidup itu menyedihkan, seperti dalam buku The Modern Temper karya Lord Byron: “Tidak ada kesenangan yang diberikan dunia seperti yang bisa direnggutnya. Ketika cahaya akan tenggelam dalam kebusukan perasaan yang suram adanya”.
Russel mengingatkan, jika orang hanya berfokus pada apa yang hilang dalam hidupnya, misalnya tentang kegagalan dan perpisahan, maka semangat hidup dipertaruhkan. Namun jika orang memusatkan perhatian ke luar dan menyadari betapa beruntungnya dia sesungguhnya, maka hidup menjadi lebih sederhana dan indah.
Kebahagiaan adalah sebuah kondisi psikologis sempurna yang sebagian besar aspeknya bergantung pada diri sendiri, meski keberadaannya dapat dipengaruhi oleh keadaan eksternal. “Saya yakin, ketidakbahagiaan itu sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam memandang kehidupan dunia, etika yang keliru, dan kebiasaan hidup yang salah,” tandasnya.
Terdapat suasana psikologis tertentu yang dapat menjadi sebab-sebab datangnya kegalauan. Dalam buku ini Russel membahas beberapa kondisi yang biasa terjadi, seperti kondisi persaingan, takut pada kebosanan, rasa lelah, dengki, perasaan berdosa, perasaan dizalimi, takut pada judgment orang banyak, dan kondisi byronik (mengacu pada karakter pada karya-karya Lord Byron yang cenderung kelam, melankolis, sinis dan angkuh).
Sebenarnya secara subyektif perasaan itu dapat direkayasa dengan mengisinya dengan kehangatan cinta, keluarga, pekerjaan, gairah hidup, minat impersonal, usaha keras dan sikap pasrah. Setiap orang dapat mendiagnosis situasi batinnya, lalu membuat sendiri solusi atas segala permasalahan tersebut.
Judul Buku: Filosofi Hidup Bahagia
Sub Judul : Bagaimana menemukan kebahagiaan, melawan rasa stress dan menjadi manusia paling bahagia
Judul Asli : The Conquest of Happiness
Penulis : Bertrand Russell
Penerbit : Renebook
Cetakan I : Februari 2020
Tebal: 256 halaman
ISBN : 978-602-1201-88-6