Aku Hanya Merasa Depresi
Mendengar suara-suara halusinasi, melihat hal-hal khayalan, dan melukai diri sendiri bukanlah sebuah penyakit. Seperti sebuah flu ringan yang membuat tubuh kita sakit, rasa depresi yang ringan pun membuat mental kita sakit.
Sejak kecil aku adalah orang yang introver dan pemalu. Meskipun kini ingatanku sudah samar-samar, jika membaca kembali buku harian yang pernah kutulis, aku bukanlah tipe orang yang positif dan sepertinya aku terus-menerus merasakan depresi. Depresi yang aku derita mulai bertambah serius ketika duduk di bangku SMA. Saat itu, aku tak suka belajar, aku juga tak bisa melanjutkan pendidikan ke universitas dan masa depanku tampaknya suram. Maka, aku pun berpikir bahwa wajar saja jika aku merasa depresi pada saat itu.
Namun, ternyata depresi yang aku rasakan tetap sama bahkan setelah aku mengubah hal-hal yang ingin aku ubah (seperti menurunkan berat badan, masalah universitas, percintaan, dan pertemanan). Depresi yang aku rasakan juga tidak terus-menerus terasa sejak awal, tapi perasaanku selalu naik dan turun. Ada hari di mana aku tertidur sambil menangis. Ada hari di mana aku tertidur dengan perasaan senang. Jika aku merasa stres, pencernaanku tidak berjalan dengan baik. Jika aku merasa depresi, aku pun menangis. Aku pun perlahan semakin menjadi gelap sambil memikirkan bahwa aku memang seseorang yang diliputi depresi sejak awal.
Rasa takut dan tidak nyaman saat aku berhadapan dengan orang lain pun semakin besar. Aku sering merasa cemas dan tidak nyaman saat berada di dalam situasi yang tidak familier bagiku, tetapi aku rasa aku bisa berakting seolah aku tidak merasakan kecemasan itu. Maka dari itu, aku merasa bahwa diriku baik-baik saja dan terus memacu diriku untuk menghadapi semua itu. Akan tetapi, lama-kelamaan aku merasa sudah tidak bisa lagi menahan semua rasa depresi dan cemas itu. Akhirnya, aku pun memutuskan untuk berkonsultasi pada ahlinya. Meski aku merasa sangat tegang dan takut, aku menguatkan tekadku dan masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
P: Apa yang membuat Anda datang ke sini?
A: Hm…. Bagaimana ya. Saya hanya merasa depresi. Apakah saya harus menjelaskannya dengan lebih detail?
P: Kalau Anda bisa menjelaskannya dengan lebih detail tentu akan lebih baik.
A: (membuka catatan yang ada di ponselku dan mengatakan apa yang selama ini telah aku tulis) Saya sering sekali membanding-bandingkan diri saya dengan orang lain, akibatnya, saya sering memperlakukan diri saya dengan kurang baik. Kemudian, sepertinya rasa percaya diri saya sangat rendah.
P: Apakah Anda pernah memikirkan hal apa yang kira-kira bisa menjadi penyebab utamanya?
A: Rasa percaya diri yang rendah mungkin dimulia dari lingkungan keluarga saya. Sejak kecil, ibu saya selalu bilang ‘keluarga kita ini miskin, miskin, tidak punya uang’ dan saya tumbuh besar sambil terus mendengar hal itu. Rumah saya pun termasuk sempit untuk ditinggali oleh keluarga yang terdiri dari lima orang. Di lingkungan rumah saya terdapat apartemen dengan nama yang sama dengan apartemen tempat keluarga saya tinggal. Apartemen yang satunya itu adalah apartemen yang luas. Suatu hari, ibu teman saya menanyakan di mana saya tinggal, apakah di apartemen yang luas atau yang sempit. Mendengar pertanyaan itu, saya terkejut dan bingung. Sejak saat itu, rasanya saya menjadi malu untuk mengatakan di mana rumah saya.
A: Apakah ada hal lain yang Anda ingat selain hal itu?
P: Tentu saja ada banyak. Meskipun tidak baik untuk mengatakan hal ini, tapi ayah saya sering sekali memukul ibu saya. Walau katanya itu adalah pertengkaran suami istri, tetap saja hal itu adalah kekerasan. Kalau saya mengingat kembali kenangan masa kecil saya, yang teringat adalah saat Ayah memukuli Ibu beserta saya dan saudara-saudara saya. Setelah membuat rumah jadi berantakan, Ayah pergi keluar rumah pada dini hari. Kami tertidur sambil menangis dan ketika pagi datang, kami harus berangkat ke sekolah dan meninggalkan rumah dalam kondisi berantakan.
P: Perasaan apa yang Anda rasakan?
A: Tragis? Sedih? Saya merasa seperti ada banyak rahasia bertumpuk yang hanya bisa diketahuj oleh saya dan keluarga saya. Saya merasa semua permasalahan itu adalah sesuatu yang harus ditutupi. Kakak saya sering menyuruh saya tutup mulut, begitu juga saya pada adik saya. Lalu, penyebab rendahnya rasa percaya diri saya, selain dari kondisi keluarga, saya rasa juga mungkin disebabkan oleh hubungan saya dengan kakak saya.
P: Hubungan dengan kakak Anda?
A: Iya. Kasih sayang kakak pada saya adalah kasih sayang bersyarat. Jika saya tidak belajar atau jika berat badan saya naik atau jika saya tidak melakukan sesuatu dengan benar, kakak perempuan saya pasti memarahi, mengganggu, dan bahkan merendahkan saya. Karena selisih usia kami cukup besar, saya harus selalu menuruti kata-kata kakak saya. Saya juga terikat pada kakak saya dalam hal ekonomi. Kakak selalu membelikan saya pakaian, sepatu, tas, dan lain-lain. Tapi, itu adalah titik kelemahan saya. Jika saya melawan atau tidak mendengarkan kata-kata kakak saya, saya harus mengembalikan semua itu padanya.
P: Apa Anda tidak mau melepaskan diri dari itu semua?
A: Saya ingin melepaskan diri saya dari itu semua. Saya rasa itu seperti sebuah hubungan yang salah. Kakak memiliki sifat yang kurang baik. Dia selalu melarang saya melakukan sesuatu, sementara dia sendiri melakukan hal itu. Dia sering tidur di luar rumah, menginap di tempat lain. Tapi, dia selalu melarang saya melakukan hal itu. Dia sering memakai pakaian saya, sementara saya tidak boleh memakai pakaian kakak saya. Tetapi, hal yang sulit adalah meskipun saya membenci kakak saya, saya juga merasa takut jika suatu hari nanti kakak saya marah dan berhenti memperhatikan saya lagi.
P: Apakah Anda telah melakukan usaha-usaha tertentu untuk melepaskan diri dari hubungan yang tidak sehat seperti itu?
A: Hm…. Setelah saya memasuki usia dewasa, saya mulai bekerja paruh waktu. Saya bertekad untuk mulai mandiri secara ekonomi. Saya bekerja paruh waktu setiap hari, bahkan di akhir pekan hingga akhirnya sedikit demi sedikit saya mulai mandiri secara ekonomi.
P: Bagaimana dengan kemandirian secara mental?
A: Hal itu sangat sulit. Jika tidak bermain dengan saya, kakak saya hanya bisa bermain dengan pacarnya. Tentu saja kakak saya merasa nyaman dengan pacarnya karena pacarnya itu paham dengan sifatnya dan bisa menyesuaikan diri dengan kakak saya. Suatu hari, ketika sedang bermain bersama saya, kakak saya_berkata, “Tidak seru bermain dengan orang lain, bermain denganmu adalah yang paling seru dan paling nyaman.” Saat itu saya merasa tidak habis pikir dan untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri untuk mengatakan perasaan saya yang sebenarnya. Saya mengatakan bahwa saya tidak nyaman berada bersama kakak saya.
P: Lalu, bagaimana respons kakak Anda?
A: Sepertinya, dia sangat terkejut. Kemudian, saya baru tahu kalau dia menangis setiap malam selama beberapa hari. Sampai sekarang pun kalau membahas kembali tentang hal itu, pasti mata kakak saya memerah.
P: Bagaimana perasaan Anda ketika melihat kakak Anda seperti itu?
A: Meskipun saya merasa sedih, saya juga merasa lega. Walau sedikit, saya merasa menjadi lebih bebas.
P: Apakah setelah lepas dari hubungan yang rumit dengan kakak Anda itu masih belum ada peningkatan pada rasa percaya diri Anda?
A: Meski ada saat di mana rasa percaya diri saya muncul, saya rasa depresi dan tendensi saya masih tetap sama. Sepertinya ketergantungan saya pada kakak saya kini berpindah pada pacar saya.
P: Bagaimana biasanya Anda menjalin hubungan dengan kekasih Anda? Apakah Anda punya sifat di mana Anda terlebih dahulu mendekati orang yang Anda sukai?
A: Tidak. Sama sekali tidak. Kalau saya menyukai seseorang, saya selalu merasa bahwa orang itu akan menganggap saya sebagai orang yang mudah didekati. Maka dari itu, saya tidak pernah menunjukkan rasa suka saya terhadap seseorang. Saya juga tidak pernah berpikir atau berniat untuk mendekati atau bahkan menyatakan cinta pada seseorang. Jadi, saya selalu menjadi pihak yang pasif dalam menjalani hubungan dengan seseorang. Kalau ada orang yang menyukai saya, maka saya akan mencoba mengenalnya dengan lebih dekat, jika saya merasa cocok dengannya maka kami pun menjadi sepasang kekasih. Kira-kira seperti itu polanya.
P: Apakah ada saat di mana Anda tidak menjalin hubungan percintaan?
A: Sepertinya tidak banyak. Saya adalah tipe orang yang mempertahankan hubungan cinta dalam waktu yang cukup lama jika sudah menyukai seseorang. Selain itu, saya juga tipe orang yang bergantung pada pacar saya. Pacar saya pun sangat perhatian dan selalu menjaga saya. Tapi, meski pacar saya mencintai saya dan menerima saya apa adanya, selalu saja ada rasa tidak nyaman dan frustrasi dalam diri saya. Sebenarnya, saya tidak ingin memiliki rasa ketergantungan. Saya ingin menjadi orang yang mandiri dan bisa mengandalkan diri sendiri. Saya ingin hidup dengan baik, meskipun sendirian. Tapi, saya selalu merasa saya tidak bisa melakukan hal itu.
P: Bagaimana hubungan Anda dengan teman-teman? Waktu kecil, saya menganggap hubungan pertemanan adalah hal yang sangat penting. Aku tidak banyak berbeda dengan teman-teman sebaya saat itu. Tapi, pada waktu saya duduk di bangku SD dan SMP, saya sempat dijauhi oleh teman-teman. Sewaktu SMA juga saya tertinggal dari teman-teman di kelompok saya. Akibatnya, muncul rasa ketakutan dalam menjalin hubungan pertemanan dalam diri saya. Tapi, kemudian saya lebih memfokuskan dirj pada hubungan percintaan sehingga saya tidak terlalu menaruh perhatian pada teman, maupun urusan pertemanan.
P: Begitu, ya. Bagaimana dengan pekerjaan Anda sekarang? Apakah Anda merasa puas dengan pekerjaan Anda?
A: lya. Saya bekerja di bagian promosi dan pemasaran di sebuah penerbit. Saat ini saya bertugas memegang kendali atas media sosial milik penerbit tempat saya bekerja. Saya bertugas membuat konten, mengunggahnya, dan memastikan materinya tersebar dengan baik di media sosial. Pekerjaan ini menarik dan sesuai dengan kemampuan saya.
P: Apakah ada saat-saat di mana Anda memperoleh hasil yang baik?
A: lya, ada. Maka dari itu, saya berusaha bekerja lebih giat. Tapi, terkadang saya juga merasakan tekanan bahwa saya harus selalu memperoleh hasil yang baik.
P: Begitu, ya. Terma kasih Anda_sudah menceritakannya dengan terperinci. Meskipun saya harus melakukan berbagai macam pemeriksaan untuk mengetahui hasil yang tepat, saya melihat bahwa Anda memilik tendensi ketergantungan. Kedua ujung perasaan dalam diri manusia saling bersambungan satu sama lain. Maka, semakin besar tendensi ketergantungan, semakin Anda ingin lepas dari ketergantungan tersebut. Contohnya, ketika Anda berada bersama pacar Anda, maka Andaa merasakan keamanan dan kenyamanan, tapi di sisi lain Anda memiliki banyak keluhan dan ketidakpuasan yang terpendam. Jika Anda melepaskan diri dari pacar Anda, maka Anda bisa merasakan kebebasan dan kemandirian, tapi di sisi lain Anda juga kehilangan rasa aman dan kekosongan pun akan meliputi Anda.
Bahkan, mungkin saja sekarang ini Anda sedang bergantung pada pekerjaan Anda. Meski Anda bergantung pada pekerjaan Anda karena setiap kali memperoleh hasil yang baik Anda bisa mendapat pengakuan atas kemampuan Anda, rasa puas yang didapat dari hal itu tidak akan bertahan lama, sehingga mungkin akan ada masalah lain yang mengikutinya. Hal ini sama saja dengan berlari di dalam sebuah roda putar. Meski Anda sudah berusaha untuk melepaskan diri dari depresi, Anda mengalami kegagalan. Usaha dan kegagalan untuk melepaskan diri dari depresi ini terus berulang hingga akhirnya malah menjadi sumber bagi depresi yang lebih berat lagi.
A: Begitu, ya. (Mendengar perkataan psikiater tadi, aku merasa mendapat penghiburan dan merasa semuanya menjadi lebih jelas.)
P: Anda harus melakukan sebuah terobosan. Jika Anda ingin keluar dari roda putar depresi dan frustrasi, maka Anda harus berani mengambil sebuah tantangan, Anda harus berani melakukan hal baru yang sama sekali tidak terpikirkan oleh diri Anda sebelumnya.
A: Saya tidak tahu harus mulai dari mana.
P: Mulai sekarang, Anda harus mencoba mencari tantangan atau terobosan itu. Mulai dari hal yang kecil.
A: Oh ya, selain itu saya jadi sering mengunggah kehidupan yang palsu di media sosial saya. Saya tidak berpura-pura bahagia, saya hanya ingin terlihat spesial dengan banyak mengunggah foto tentang buku, pemandangan atau tulisan-tulisan indah. Sepertinya saya ingin menunjukkan bahwa jika orang-orang sudah mengenal saya, maka mereka akan merasakan bahwa saya adalah orang yang baik dan memiliki perasaan yang dalam. Selain itu, saya juga memandang dan menilai orang sesuai dengan kriteria saya sendiri. Padahal saya sendiri tidak pantas untuk menilai orang lain. Sungguh, rasanya sangat aneh.
P: jika saya menyimpulkan dari apa yang Anda katakan, Anda ini seperti seseorang yang ingin menjadi robot. Sepertinya, Anda ingin menjadi seseorang yang memiliki suatu standar tertentu yang tidak bisa diubah.
A: lya benar. Padahal itu kan sesuatu yang tidak mungkin.
P: Untuk minggu ini, bagaimana jika Anda mengisi lembar pemeriksaan yang akan saya berikan hari ini? (Lembar pemeriksaan adalah lembaran berisi 500 pertanyaan mengenai tes kepribadian dan gejala, serta skala penilaian perilaku).