Isu kesehatan mental kini menjadi sorotan para remaja. Coba simak kejadian berikut ini, seorang mahasiswa rantau ditemukan tergeletak tak bernyawa di pelataran sebuah hotel di bilangan Sleman, Yogyakarta. Orang-orang di sekitar tempat kejadian langsung berhamburan mencari tahu apa gerangan penyebab mahasiswa nahas ini menghembuskan nafas terakhirnya. Tak selang lama, pihak berwenang mengklarifikasi bahwa mahasiswa berlumur darah ini lompat dari rooftop hotel tempat dia dan teman-temannya mengikuti sebuah acara.
Iya, yang baru saja terjadi pada hari Sabtu, 8 Oktober 2022 ini adalah sebuah peristiwa bunuh diri. Sebuah puncak gunung es dari akumulasi ragam gangguan mental pada seseorang. Persis seperti yang terjadi pada kasus ini, pihak berwenang mengkonfirmasi bahwa lelaki muda malang ini menyimpan surat keterangan dari psikolog perihal gangguan kesehatan mental yang dideritanya.
Tidak hanya orang dewasa, banyak sekali remaja hari ini yang mengidap beragam gangguan mental. Sebab stigma yang selalu membayangi pengidap sebagai orang yang tak normal atau karena tidak mendapat penanganan yang tepat, banyak penyintas gangguan mental yang lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya. Lantas, apakah Islam mempunyai solusi terhadap isu darurat ini?
Kesehatan Mental Dalam Sejarah Islam
Dalam lintasan sejarah, sebenarnya ada seorang pelopor kajian kesehatan mental dalam Islam yang lebih dari 1000 tahun lalu menulis isu gangguan mental serta terapi penyembuhannya dan masih relevan lintas zaman. Seorang ulama-ilmuwan muslim yang sangat futuristik menawarkan solusi untuk masalah yang terjadi pada generasi masa depan. Buku ini adalah terjemahannya. Melalui buku ini kita bisa menyatakan bahwa Islam menjawab isu kesehatan mental secara saintifik.
Buku ini merupakan terjemahan dari bahasa Arab berjudul asli Mashâlih al-Abdân wa al-Anfus (Kesehatan Fisik dan Mental), oleh penulis murid al-Kindi bernama Abu Zaid al-Balkhi (850—934 M), hidup lebih dulu dari Ibnu Sina (980—1037 M). Al-Balkhi juga salah seorang pionir ilmuwan muslim yang menyatakan dengan tegas bahwa penyakit mental dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang, dan sebaliknya. Hal inilah yang dalam psikologi modern dikenal dengan istilah psikosomatik.
Buku ini menjawab ragam persoalan mental di atas. Sebagaimana judul buku yang ada sejak abad ke-9 ini, al-Balkhi menjelaskan urgensi kesehatan mental dan kesehatan fisik. Dalam buku ini, ia juga mendeskripsikan beragam gangguan mental dan terapi untuk menyembuhkannya.
Namun, berbeda dengan Ibnu Miskawaih dan Imam al-Ghazali yang melihat emosi dari sudut pandang akhlak murni dan menyarankan teguran secara norma yang mungkin ideal dalam beberapa kasus, al-Balkhi mengajukan terapi dari dua sisi, perilaku dan kognitif. Sehingga, buku ini menyatukan terapi yang berbasis agama dan medis dengan sangat indah.
Beberapa gagasan yang al-Balkhi dalam buku ini adalah (1) tidak membedakan fisik dan mental karena keduanya sama-sama bisa sakit dan butuh perawatan. (2) Mereka yang mengidap gangguan mental tidak boleh dipandang aneh karena memang normal bagi seorang manusia mengalami gangguan mental. (3) Dalam menentukan terapi untuk pengidap mental illnessi atau bahkan tindakan medis untuk penderita penyakit fisik, kita tidak boleh menghiraukan sisi psikologis pasien.
Dari karya monumental al-Balkhi ini, kita akan memahami betapa pentingnya kesehatan mental kita, sebagaimana kesehatan fisik.
Identitas Buku:
Judul: Kitab Kesehatan Mental
Penulis: Abu Zaid al-Balkhi
Penerbit: Turos Pustaka
Tebal: 276 halaman
Cetakan: Februari 2023
ISBN: 978-623-7327-80-