Jakarta – Penerbit Rene Islam menutup kemeriahan Islamic Book Fair (IBF) 2023 dengan bedah buku Islam & Evolusi: Imam al-Ghazali dan Paradigma Evolusi Modern karya Shoaib Ahmed Malik pada hari Minggu (24/09) lalu. Bedah buku ini bertajuk “Imam al-Ghazali Menjawab Polemik Islam dan Teori Evolusi”.
Imam Safi’i, editor penerbit yang berkantor di Kawasan Setu Babakan, Jagakarsa ini bertindak sebagai pemandu acara. Hadir sebagai pembedah dua pembicara kompeten di bidangnya, Wawan Kurniawan, pengajar fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan KH. Ulil Abshar Abdalla, ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Wawan memulai diskusi ini dengan mengangkat pertanyaan fundamental. Apakah Tuhan menciptakan makhluk hidup secara langsung atau melalui proses gradual (bertahap)? “Salah satu inti perdebatan dalam Islam dan evolusi adalah apakah Tuhan menciptakan makhluk hidup secara langsung atau melalui proses gradual yang memakan waktu milyaran tahun,” ujarnya.
Pada perjalanannya, muncul pemahaman yang kurang tepat bahwa evolusi sejalan dengan ateisme. Dalam pandangan agama, Tuhan menciptakan manusia secara langsung, sedangkan evolusi melibatkan proses evolusi berlangsung selama waktu yang sangat panjang. Wawan menyebutkan bahwa ada tiga poin utama dalam teori evolusi, yaitu umur bumi yang tua, waktu yang panjang, dan konsep leluhur bersama.
“Padahal evolusi ada pada ranah sains sedangkan ateisme sudah masuk pada bahasan filosofis,” pungkas mahasiswa doktoral STF Driyarkara ini.
Berbagai perdebatan muncul tentang penciptaan Nabi Adam dalam konteks evolusi. Kebayakan penafsir menyatakan bahwa evolusi tidak sejalan dengan Al-Quran. Namun, beberapa berpendapat, termasuk penulis buku Islam & Evolusi ini, menyebutkan bahwa semua makhluk tercipta melalui proses evolusi dengan pengecualian Nabi Adam.
Posisi Imam al-Ghazali Merespons Teori Evolusi
Hal ini berdasar pada konsep Imam Al-Ghazali bahwa jika Al-Quran tidak menolak atau menyetujui suatu konsep, maka kita harus mengambil sikap tawaqquf (abstain). Oleh sebab itu, Shoaib Malik berpendapat bahwa semua makhluk di muka bumi tercipta melalui teori evolusi kecuali Nabi Adam. Pendapat lain yang membenarkan teori evolusi sepenuhnya maupun dengan pengecualian manusia sangat lemah karena bertentangan dengan pemahaman Al-Quran.
Selama diskusi, buku yang menjadi pusat perbincangan menuai pujian karena penulisan yang sistematis, meskipun beberapa peserta mencatat bahwa buku tersebut mungkin terlalu kaku dalam pendekatan tertentu. Ada juga catatan tentang kedalaman pembahasan tentang Imam Al-Ghazali sebagai seorang teolog, bukan seorang sufi, yang mungkin memerlukan penyesuaian lebih lanjut mengenai ruh dalam konteks teori evolusi.
Buku Serius Pertama yang Ditulis Sarjana Muslim tentang Islam & Evolusi
Ulil Abshar Abdalla mengguncang panggung dengan pernyataan tajamnya tentang hubungan antara Islam dan teori evolusi. Gus Ulil, sapaan akrabnya adalah seorang tokoh intelektual Nahdlatul Ulama (NU) ternama di Indonesia. Ia mengawali pembicaraan dengan menyorot tentang buku yang memicu diskusi sengit tentang evolusi di tengah masyarakat Muslim Indonesia selama ini.
Menurut Gus Ulil, buku yang populer tentang hubungan Islam dan evolusi di Indonesia adalah karya Harun Yahya. Namun, Gus Ulil menyoroti kelemahan mendasar dalam buku tersebut, “Penulisnya bukan seorang ilmuwan dan mutu tulisannya dipertanyakan,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa buku Harun Yahya tentang evolusi seolah-olah mencerminkan polemik dan perdebatan yang lebih sering kita temui dalam konteks agama Kristen. Gus Ulil dulu bahkan pernah dihubungi oleh orang terdekat Harun Yahya dari Turki yang ingin menjadikannya penyebar buku-buku tersebut di Indonesia.
Gus Ulil menyebutkan bahwa buku Islam & Evolusi ini merupakan yang pertama kali ditulis oleh seorang sarjana Muslim modern dengan serius tentang relasi Islam dan teori evolusi. Penulis buku tersebut adalah Shoaib Malik, seorang doktor kimia yang juga memiliki latar belakang dalam filsafat dan teologi Islam.
Menurut Gus Ulil, Shoaib memiliki pemahaman yang mendalam tentang evolusi dan pandangan Islam, menjadikannya sebagai salah satu sarjana Muslim pertama yang berani menanggapi teori evolusi secara serius, “Shoaib punya dua kaki yang kuat dalam dua bidang ini (sains dan agama) sekaligus.” Gus Ulil mengapresiasi dan amat berterima kasih kepada penerbit Rene Islam yang menerbitkan terjemahan buku yang ia anggap sangat penting ini.
Ulil: Penulis Buku Islam & Evolusi ini Orang NU
Selain itu, Ulil berkelakar bahwa Shoaib Ahmed Malik merupakan orang NU (Nahdlatul Ulama), salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Gus Ulil juga menjelaskan bahwa Sunni ada yang mengikuti Asy’ariyah dan Maturidiyah. Namun tetap mayoritasnya selama ratusan tahun adalah pengikut Imam Asy’ari.
“Shoaib dengan tegas mengidentifikasikan diri sebagai seorang Muslim yang mengikuti akidah Asy’ariyah, yang merupakan aliran mayoritas di dunia Muslim dunia dan pengagum Imam al-Ghazali” ujar Gus Ulil.
Gus Ulil menekankan pentingnya pemahaman Shoaib tentang akidah Asy’ariyah dan kaitannya dengan pemikiran Imam Al-Ghazali, seorang pemikir besar dalam aliran akidah tersebut. Imam Al-Ghazali terkenal dengan karyanya “Al-Iqtishad fi al-I’tiqad,” yang menjadi salah satu acuan utama dalam pemahaman Asy’ariyah.
Diskusi ini menggambarkan tantangan intelektual yang berkembang dalam masyarakat Muslim Indonesia terkait pemahaman tentang sains khususnya mengenai pemahaman evolusi dan agama, serta bagaimana seorang sarjana Muslim berusaha untuk mengintegrasikan kompatibilitas ilmu pengetahuan modern dengan keyakinan agama mereka.