Sabtu, 11 Oktober 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Moh. Yamin dan Sumpah Kawula Muda

Sumpah punya konotasi yang kuat dalam tradisi sejarah dan agama bangsa kita; dari Sumpah Palapa Gajah Mada sampai kalangan santri.

Oleh Nadirsyah Hosen
28 Oktober 2024
di Kolom
A A

Mungkin tidak menyatukan sebuah negeri yang terdiri dari banyak pulau, banyak etnik, suku, dan ragam budaya serta bicara dalam berbagai bahasa yang berbeda?

Jauh sebelum munculnya ideologi bangsa dan dasar negara, yaitu Pancasila, sejumlah pemuda telah berikrar mengaku “bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”; “berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”; dan “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Rumusan itu ditulis oleh Mr Mohamad Yamin (24 Agustus 1903 – 17 Oktober 1962). Pertemuan 27-28 Oktober 1928 itu dihadiri oleh berbagai utusan. Rumusan awal Yamin menyebut bahasa Melayu dan beliau memprotes Mohamad Tabrani (10 Oktober 1904 – 12 Januari 1984) yang mengusulkan diksi bahasa Indonesia. Namun kemudian Yamin setuju dengan istilah bahasa Indonesia.

Yang menarik, beberapa nama itu kemudian dianggap menciderai makna ikrar mereka di tahun 1928 dan dianggap berkhianat pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Misalnya Amir Sjarifoeddin yang terlibat peristiwa PKI Madiun 1948, atau Kartosoewirjo yang mendirikan gerakan Darul Islam untuk melawan pemerintah Indonesia dari tahun 1949 hingga tahun 1962.

Hadir pula nama-nama seperti Djohan Mohammad Tjai, aktivis dari Jong Islamieten Bond yang keturunan Tionghoa. Keturunan Tionghoa lainnya yang juga terlibat dalam sumpah pemuda seperti Sie Kong Lian yang menyediakan rumahnya sebagai tempat pelaksanaan. Juga ada nama seperti Kwee Thiam Hong (Jong Sumatranen Bond), Oey Kay Sing, John Liau Tjoan Hok dan Tjio Djin Kwie.

BACA JUGA:

Lampu Petunjuk

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Pendek kata, latar belakang yang hadir sungguh beragam. Mereka punya alasan untuk berbeda, namun mereka memilih alasan yang lain untuk bisa bersatu.

Belakangan istilah Ikrar Pemuda berganti menjadi Sumpah Pemuda. Tabrani giliran yang protes kepada Yamin atas perubahan itu. Namun, Yamin mengatakan sudah terlambat menggantinya.

Sumpah sendiri punya konotasi yang kuat dalam tradisi sejarah dan agama bangsa kita. Sumpah Palapa Gajah Mada, misalnya. Bagi kalangan santri, sumpah itu juga sesuatu yang harus dilaksanakan. Mengabaikan sumpah akan terkena kafarat sumpah. Itu sebabnya tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia menjadi harga mati.

Bacaan terkait

Meramaikan Maulid Nabi, Membaca Ulang Pancasila

Warna Nasionalisme di Era Algoritma

Bedah Buku Jadi Ajang Peringati Hari Sumpah Pemuda

Pesan Cinta Mbah Moen: Untaian Nasihat dalam 128 Hikmah

Topik: Mohamad Yaminnasionalismesumpah pemuda
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Mengilmiahkan Islam Modern

Selanjutnya

Menteri Utusan Ormas

Nadirsyah Hosen

Nadirsyah Hosen

Cendekiawan Indonesia, Associate Professor di Melbourne Law School (sejak Juli 2024), Australia, sebelumnya di Monash University (2015-2024). Penulis produktif, buku-bukunya antara lain "Islam Yes, Khilafah No 1 & 2", "Ngaji Fikih", "Saring Sebelum Sharing", "Modern Perspectives on Islamic Law", "Tafsir Al-Quran di Medsos".

TULISAN TERKAIT

Lampu Petunjuk

Lampu Petunjuk

11 Juli 2025
Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

10 Juli 2025
1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

27 Juni 2025
Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

27 Juni 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Menteri Utusan Ormas

Menteri Utusan Ormas

Ulasan Pembaca 2

  1. Ping-balik: Bukan "Kabur Aja Dulu", Tapi Pulangkan Aku ke Tanah Air - Jakarta Book Review (JBR)
  2. Ping-balik: Hakikat Dakwah dan Iman yang Tak Mungkin Terkonversikan - Jakarta Book Review (JBR)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Poster-poster kegiatan IIBF 2025

IIBF 2025: Upaya Peningkatan Literasi dan Tantangan Industri Penerbitan Buku di Indonesia

24 September 2025
Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

22 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In