Rabu, 17 September 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Menuju Pertambangan Berbasis Intuisi

Mari kita sambut era pertambangan berbasis intuisi, di mana keberuntungan dan keajaiban menjadi panglima!

Oleh Sultan Dipsiq
17 Maret 2025
di Kolom
A A

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, mari kita tinggalkan cara-cara kuno dalam dunia pertambangan! Cukup sudah kita berkutat dengan peta geologi, analisis sampel, dan studi kelayakan yang rumit itu. Kini, saatnya kita memasuki era baru: pertambangan berbasis intuisi!

Bayangkan saja, kita tak perlu lagi pusing memikirkan cadangan mineral, biaya operasional, atau dampak lingkungan. Cukup pejamkan mata, tarik napas dalam-dalam, dan dengarkan bisikan alam. Kalau kata hati kita “gali di situ!”, ya sudah, gali saja! Siapa tahu di bawah sana ada bongkahan emas sebesar kepala bayi, atau mungkin berlian sebesar telur burung unta.

Strategi dan perencanaan? Ah, itu mah buat orang-orang lemah yang kurang percaya diri! Para penambang sejati tidak butuh itu.

Mereka punya indra keenam yang lebih tajam daripada radar tercanggih sekalipun. Mereka bisa merasakan getaran mineral dari jarak ratusan kilometer, dan mereka tahu persis di mana harus menggali hanya dengan melihat arah angin.

Tentu saja, kadang-kadang intuisi kita bisa meleset. Tapi itu bukan masalah besar! Kalau ternyata yang kita gali cuma tanah liat atau batu kerikil, ya sudah, kita gali saja di tempat lain. Namanya juga usaha, pasti ada pasang surutnya. Yang penting, semangat kita tidak boleh padam!

BACA JUGA:

Lampu Petunjuk

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Soal dampak lingkungan, kita tidak perlu terlalu khawatir. Itu urusan nanti. Lagian, alam itu maha pemaaf, kok. Kalau kita merusak sedikit di sana-sini, nanti juga pulih sendiri. Lagipula, siapa yang peduli dengan hutan atau sungai, kalau kita bisa kaya raya dalam sekejap?

Toh, kalaupun alam marah, paling-paling cuma banjir atau longsor. Itu mah risiko kecil dibandingkan dengan potensi keuntungan yang kita dapatkan. Lagian, rumah kita kan di kota. Banjir dan longsor di lokasi pertambangan jelas nggak sampai rumah kita!

Teknologi modern seperti pemetaan satelit atau analisis geofisika? Ah, itu mah cuma bikin ribet! Alat-alat canggih itu mahal, rumit, dan butuh orang-orang pintar untuk mengoperasikannya. Kita, kan, orang Indonesia, lebih suka cara-cara yang sederhana dan praktis. Cukup pakai cangkul, linggis, dan sedikit keberanian, kita sudah bisa menggali kekayaan alam yang terpendam.

Perizinan dari pemerintah? Alah, itu mah cuma formalitas yang tidak perlu. Ingat, gini-gini saya kan bagian dari pemerintah. Petinggi partai pulak. Juga, kita kan penambang rakyat, punya hak dong untuk memanfaatkan sumber daya alam di negeri sendiri.

Kalau ada aparat pemerintah berani mempersulit dengan persyaratan izin macam-macam, ya sudah, kita gali saja secara diam-diam. Kalau ada aparat yang sok menegakkan hukum, kita tahu lah jalan damai yang bisa ditempuh. Perdamaian itu baik, lho.

Lagi pula, siapa tahu, kalau kita sudah kaya raya, pemerintah malah akan memberikan pemutihan bahkan penghargaan. Kita bakal sering diajak bicara sepanggung dengan pejabat dan profesor, dimintai tips bisnis yang ampuh, karena mereka semua diam-diam juga kepingin. Seperti biasanyalaaah.

Soal kesehatan dan keselamatan kerja, itu mah urusan pribadi masing-masing. Kalau kita sakit atau celaka saat menambang, ya sudah, itu risiko pekerjaan. Yang penting, kita niat dan berusaha keras untuk mencari nafkah. Lagi pula, kalau kita terlalu banyak mikirin keselamatan, kapan kita bisa kaya? Berani laaah, ambil risiko demi anak-istri senang.

Jadi, mari kita tinggalkan cara-cara konvensional yang membosankan itu. Mari kita sambut era pertambangan berbasis intuisi, di mana keberuntungan dan keajaiban menjadi panglima! Siapa tahu, dengan sedikit keberanian dan keyakinan, kita bisa menemukan harta karun yang selama ini tersembunyi di perut bumi.

Mari kita jadikan Indonesia negeri para penambang berbasis intuisi, di mana setiap orang bisa menjadi kaya raya hanya dengan mengikuti kata hati!

Bacaan terkait

Setelah Heboh Ulil, Bahlil, dan Tahlil: Mungkinkah Pertambangan Hijau?

Hilirisasi Nikel di Indonesia: Peluang Keberlanjutan atau Ancaman Jangka Panjang?

Kanjeng Doktor Bahlil

Belum Terlambat Muhammadiyah Menolak Tambang

Trump dan “Teman Nyebur Sumur”

Topik: intuisipertambangan
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Beragama dengan Nalar

Selanjutnya

Menuju Era Keemasan Bisnis Intuitif

Sultan Dipsiq

Sultan Dipsiq

Sultan yang amat mencintai keberlanjutan alam dan seisinya.

TULISAN TERKAIT

Lampu Petunjuk

Lampu Petunjuk

11 Juli 2025
Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

10 Juli 2025
1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

27 Juni 2025
Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

27 Juni 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Menuju Era Keemasan Bisnis Intuitif

Menuju Era Keemasan Bisnis Intuitif

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Cover buku dan film La tresse

Buku “La tresse” Karya Laetitia Colombani akan Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

15 September 2025
Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

11 September 2025
Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

10 September 2025
Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

4 September 2025
AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

2 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In