Jakarta – Penulis buku bertajuk “Biji-biji Kopi yang Bercerita di Bumi Borneo”, Syam Indra Pratama berharap buku yang ia tulis dapat memberikan edukasi dan menumbuhkan kecintaan pada kopi lokal di banua, Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Buku ini diharapkan bisa kembali membangkitkan semangat masyarakat Kalsel untuk mencintai dan menggunakan produk kopi lokal,” katanya.
Selain itu, buku yang diterbitkan oleh penerbit lokal Tahura Media ini juga diharapkan dapat menjadi khazanah pengetahuan dan wawasan kepada generasi selanjutnya.
Buku ini sendiri telah diterbitkan pada tahun 2019 lalu, namun isinya masih sangat relevan dengan kondisi sekrang.
Ia juga sempat bercerita tentang kesulitannya dalam mengumpulkan bahan literatur sejarah kopi yang tumbuh di Kalsel.
“Dari hasil pengumpulan dan kemudian dibuatlah sebuah buku, disitu saya mengetahui sejarah kopi Kalsel sangat menarik,” terangnya.
Salah satu hal menariknya, yaitu kopi yang yang di Kalsel sangat erat kaitannya dengan era kolonialisme Belanda. Selama ini orang hanya berasumsi jika kopi-kopi yang ada di Kalsel tidak ada kaitannya dengan kolonialisme Belanda.
“Ini benar-benar berkaitan erat dengan kolonial tempo dulu di era Kesultanan Banjar,” paparnya.
Ia juga mengungkapkan salah satu alasan memilih untuk mengangkat tema ini, yaitu masih jarangnya kopi Kalsel tampil di etalase-etalase dan meja-meja seduh kedai kopi besar mapun kecil. Sehingga pamor kopi Kalsel kalah dengan yang lain. Padahal dari segi rasa dan kualitas kopi Kalsel tidak kalah saing dengan kopi-kopi jenis yang lainnya.
Klael sendiri memiliki beberapa kopi khasnya seperti robusta Pengaron, Aranio, Mataraman, Hulu Sungai Selatan dan beberapa daerah hulu lainnya. Selain itu juga ada spesies liberika yang dominan tumbuh di Kabupaten Tanah Laut.
Dirinya tetap optimis jika kopi lokal Kalsel bisa ikut bersaing seperti kopi Gayo, Mandheling, Toraja, Sidikalang bahkan Flores. (ST/JBR)