Resensi buku Jangan Lelah Berproses karya Dwi Indra Purnomo & Adenita
Dunia ini berkembang dengan cepat ke arah kemajuan. Dengan teknologi robot, artificial intelligence, dan big data, sebagian pekerjaan kini telah punah, misalnya penjaga pintu tol, pemanen padi, dan sebagian besar pekerjaan industri yang telah diambil alih mesin.
Menurut McKinsey Global Institute, sebanyak 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaannya pada 2030 karena digantikan oleh robot automasi. Studi yang dilakukan terhadap 800 jenis pekerjaan di 46 negara menunjukkan, seperlima angkatan kerja global akan terpengaruh adanya otomasi.
Konglomerat asal Cina pendiri Alibaba Group, Jack Ma, meragukan bahwa anak cucu kita akan mampu bersaing dengan mesin atau robot. Maka dunia pendidikan dan orang tua harus mengajarkan apa yang tidak dapat dilaksanakan oleh mesin, yaitu mengasah kemampuan sosial, seperti mengajarkan nlai kehidupan, kepercayaan, independent thinking, teamwork, dan kepedulian pada orang lain.
Buku “Jangan Lelah Berproses” karya Dwi Indra Purnomo dan Adenita ini memaparkan tentang sociopreneur, yaitu wirausaha berwawasan sosial yang melakukan aktifitas usaha tak sekedar meraih keuntungan semata, namun juga mempertimbangkan kebermanfaatan masyarakat dan lingkungan.
Ide ini menjadi jawaban praktis terhadap disrupsi zaman yang menyebabkan banyak orang tak lagi diperlukan dalam pekerjaan yang sifatnya hanya repetisi. Sociopreneur adalah bisnis komersial yang menggunakan pendekatan humanis.
Dengan adanya sociopreneur, konsumen akan merasa bahwa uang yang mereka belanjakan akan bermanfaat kepada mereka sendiri dan orang-orang yang membutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan kepedulian konsumen serta meningkatkan penjualan produk.
Dalam buku yang dirilis oleh penerbit Serambi Ilmu Semesta ini menampilkan kiprah “The Local Enablers”, yaitu para pengusaha muda yang masih berskala kecil, anggota komunitas usahawan pemula yang kebanyakan mahasiswa Universitas Padjadjaran. Anak-anak muda memiliki kisah sukses mengolaborasikan beberapa usaha kecil agar tidak menyerah di tengah jalan.
Sesuai judulnya, buku Jangan Lelah Berproses, mengingatkan bahwa setiap fase pertumbuhan akan menemukan tantangan. Tantangan itu berupa masalah-masalah laten seperti finansial, sumberdaya manusia, mesin, dan pasar.
Sejuta ide dan inspirasi muncul dari tokoh-tokoh muda yang ditampilkan di buku ini. Misalnya tiga bersaudara bernama Fadil, Dammararezza, dan Gumilarizki yang mendirikan brand Tarawangsa Coffe. Mereka berfokus menjual kopi lokal agar dapat mengisi kedai-kedai kopi modern, sesuai tagline “brings the locals to globals”.
Di Sumedang, tempat mereka lahir dan di besarkan, terdapat kopi melimpah yang nilai jualnya didikte oleh tengkulak. Dalam usahanya ini, trio Tarawangsa mengakomodir local culture, local content, local value, dan local wisdom.
Ada lagi Beny Pandapotan Nainggolan, warga Bandung yang memiliki usaha Eggy Telur Asin Pedas. Mimpinya adalah memiliki usaha yang moving, serving, dan rising. Dalam skala tertentu ia sudah melangkah maju yaitu menjual telur petani, mengajari mereka lebih produktif, dan meningkatkan efisiensi. Mimpi Benny adalah menjual telor premium dengan harga layak, hingga peternak bebek ikut terangkat martabatnya.
Penulis buku ini, Dwi Indra Purnomo, adalah dosen Universitas Padjadjaran (Unpad) yang berlatar belakang doktor di bidang Teknologi Industri pertanian. Ia aktif di Indonesia Creative City Network dan mantan Kepala Laboratorium Sistem dan Informasi Pertanian Unpad.
Sedangkan Adenita adalah penulis yang berlatar belakang sarjana Ilmu Komunikasi Unpad. Sebelumnya ia malang melintang sebagai jurnalis dan penyiar radio. Novelnya yang berjudul Matahari (Grasindo, 2008) meraih best seller dan membawanya mendapat penghargaan sebagai Penulis Muda Berbakat Khatulistiwa Literary Award 2009.
Judul: Jangan Lelah Berproses
Penulis: Dwi Indra Purnomo, Adenita
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Genre: Bisnis
Tebal: 260 halaman
Edisi: Cetakan 1, Februari 2020
ISBN: 9786022900849