Bumi ini tidak hanya dihuni oleh manusia dan makhluk fisik lainnya, tetapi juga makhluk astral atau metafisika. Alam fisik berdampingan dengan alam gaib, meskipun tidak berada dalam satu dimensi. Dalam buku “Dialog Dengan Jin Sufi” Imam Asy-Sya’rani mengeksplorasi sisi spiritualitas jin, makhluk yang juga merupakan subyek akidah dan hukum syar’iat ini.
Imam Sya’rani adalah ahli fikih, ushul fikih, hadis, sekaligus sufi besar yang hidup di abad ke-16 M. Dalam kitabnya “Kasyful hijab wa ar ron ‘an as-ilati al-jaann” ini, Imam Sya’rani (1478-1552 M) berbagi pengalamannya bersinggungan dengan jin. Interaksinya itu menghasilkan dialog-dialog bernuansa teologis yang menjurus kepada sufisme.
Tema tanya jawab dengan jin muslim juga pernah dibukukan oleh Muhammad Isa Dawud, seorang jurnalis alumni Fakultas Bahasa dan Studi Timur, Universitas Kairo, Mesir. Judulnya “Dialog dengan Jin Muslim”, terbit pertama kali dalam bahasa Indonesia tahun 1996.
Buku ini mengeksplorasi keingintahuan manusia tentang alam jin, sehingga yang dibahas di sana adalah hal-hal elementer tentang kehidupan makhluk gaib ini, misalnya tentang kebiasaannya, makanannya, kesukaannya, bagaimana mereka tinggal, bagaimana jin berketurunan, apakah jin berkeluarga, dan lain-lain. Pada dasarnya buku ini secara spesifik mengeksplorasi sifat dan bentuk jin, serta hierarki sosial mereka.
Namun dalam kitab yang ditulis Imam Sya’rani ini isinya bukan itu. Tidak ada pembahasan eksistensialis dan bukan tentang jati diri atau pengenalan makhluk gaib yang sering bersinggungan dengan alam manusia ini. Kitab ini lebih membicarakan teologi dan sufisme tingkat tinggi, yang sebenarnya tidak khas jin, tetapi bagi semesta alam. Makanya judul asli kitab ini bila diterjemahkan secara bebas adalah “Menyingkap tabir persoalan kaum jin”. Fokusnya adalah soal-soal yang diajukan jin, bukan yang diajukan manusia.
Pada saat menulis kitab ini, Imam Sya’rani adalah tokoh dan guru sufi tersohor yang sangat dihormati, dengan gelar Imamul Muhaqqiqin wa Zudwatul Arifin (pemuka ahli kebenaran dan teladan orang-orang makrifat). Dalam interaksinya dengan alam gaib, beliau mendapat pertanyaan-pertanyaan dari jin tentang hal-hal yang mereka ingin tahu, kebanyakan tentang tauhid dan jalan ma’rifat.
Hingga pada suatu ketika ia mendapatkan pertanyaan khusus dari salah satu pemimpin jin muslim yang tauhidnya sudah mencapai tingkat sufi. Pertanyaan itu diajukan dalam bentuk teks dengan cara yang unik, yaitu melalui kertas tertulis yang diantar oleh seekor anjing berwarna kuning.
Secarik kertas berisi sejumlah pertanyaan dalam aksara Arab itu diselundupkan oleh si anjing melalui kolong aula yang menghadap sungai al-Hakimi, pada malam Selasa, 9 September 1548. Sebenarnya anjing siluman ini akan masuk menemui Imam Sya’rani melalui pintu aula, tetapi dihalau oleh para muridnya.
Imam Sya’rani bernama lengkap Abu al-Mawahib Abdullah bin Ahmad bin Ali al-Anshari, terkenal dengan sebutan Asy-Sya’rani. Ia seorang alim beraliran sufi tarekat Syadziliyah yang disebut-sebut sebagai wali Qutub Adzhom. Beliau lahir di Mesir, pada 899 H/1478 M dan meninggal tahun 973 H/1552 M. Nasabnya dari Bani Alawiyyah dari keturunan Rasulullah Muhammad saw, dari jalur Muhammad bin al-Hanafiah bin Ali bin Abi Thalib.
Reputasinya sebagai sufi tercermin dari 53 kitab karangannya yang rata-rata bergenre tasawuf, seperti al-Mizan al-Kubro, Al-Jawahir wa al-Durar al-Kubra , Al-Qawa’id al-Kasfiyyah fi al-Illahiyyah , Masyariq al-Anwar al-Qudsiyah fi Bayan al-Uhud al-Muhammadiyyah, dan Tanbihul Mughtarin. Allah menganugerahkan ilmu hikmah pada Imam Sya’rani sehingga mampu memasuki dimensi lain di alam semesta ini. Ia bisa mendengar ucapan pohon-pohon, batu, dan hewan apa saja, bahkan yang ada di belahan bumi yang jauh dari Mesir.
Dialognya dengan jin sufi ini lebih tepatnya adalah semacam diskusi, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukan persoalan sehari-hari melainkan lebih mirip soal-soal ujian. Golongan jin ternyata juga memiliki pemikiran yang mendalam dan kritis. Hal itu tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam buku ini, mencakup persoalan rumit yang tak mungkin dapat dijawab kecuali oleh seorang alim dan ma’rifat.
Misalnya “Dari mana kesengsaraan datang apabila semua perbuatan milik Allah?”, “Bagaimana kedudukan seorang hamba dalam wujud?”, “Mengapa jasad tidak bisa melihat ruh?”, “Mengapa manusia disiksa karena mengikuti hawa nafsunya?”, dan lain sebagainya. Pertanyaan tingkat tinggi itu dijawab panjang lebar, dengan sesekali diselingi syair-syair yang disarikan dari Al-Qur’an dan hadis Nabi.
Salah satu pertanyaan sulit adalah “Jalan mana yang paling dekat menuju Allah?”. Terhadap pertanyaan ini Imam Sya’rani menjawab, zikir adalah jalur tercepat menuju Allah. Alasannya, nama tak akan lepas dari yang diberi nama. Dengan zikir yang terus menerus, maka tabir atau ijab akan terkoyak sedikit demi sedikit hingga seseorang mencapai tingkatan syuhud. “Bagi kalian wahai para jin, sudah jelas bahwa zikir adalah bukti. Kalau bukti itu membuat kalian sampai pada apa yang dibuktikan maka penglihatan hati kalian terhadap bukti itu menjadi gugur”.
Judul: Dialog dengan Jin Sufi
Judul asli: Kasyful hijab war roan ‘an As-ilatil Jaann
Penulis: Imam Asy-Sya’rani
Penerjemah: Yusni Amru
Penerbit: Turos Pustaka
Genre: Islam/ Spiritual
Tebal: 300 halaman
Edisi: Cetakan 1, Maret 2020
ISBN: 978-623-7327-40-0