Suatu ketika, saat berada di rumah Aisyah, Rasulullah meminta makanan untuk dihidangkan kepada tamu-tamu. Tetapi kemudian Nabi membawa makanan dari rumah Ummu Salamah, istri Nabi yang lain. Aisyah pun tak kuasa menahan emosi hingga memecahkan cawan. Nabi tersenyum lalu berkata kepada para tamu, “Ibumu sedang cemburu”.
Marah, sedih, cemburu, berbeda pendapat, protes, adalah juga bagian dari rumah tangga Rasulullah. Tak jarang Aisyah mendebat Nabi dalam urusan dunia, dan pernah pula sampai kebablasan. “Menurutku Tuhanmu hanya menyeriusi keinginanmu,” katanya ketus, suatu ketika.
Ini pelanggaran, tetapi Nabi santai saja. Beliau mencatatnya untuk disampaikan pada saat yang tepat nanti. Tetapi Aisyah bukan tipe asal bunyi. Ia tak bicara tanpa alasan kuat dan argumennya tajam. Hanya saja ia acap kali termakan naluri kewanitaannya.
Tidak seperti selir raja-raja yang dikurung dan dibungkam habis, para istri Nabi justru dibiarkan mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan sisi-sisi emosionalnya. Aisyah adalah yang paling sering meluapkan rasa cemburu. Ia pernah berkomplot dengan Hafshah untuk menggulingkan Zainab binti Jahsy.
Awalnya Rasulullah dijamu minuman madu yang manis di rumah Zainab binti Jahsy. Minuman itu memang paling disukai Rasul. Beliaupun berterima kasih kepada Zainab, tetapi itu dipahami Aisyah sebagai sinyal kecondongan hati kepada Zainab.
Tergopoh-gopoh ia datang kepada Hafshah, lalu keduanya bersekongkol membuat cerita bohong. Apabila Nabi masuk ke kamar dan mendekat, mereka akan berkata “Apakah engkau makan maghfir ya Rasul?”. Tentu Nabi akan menjawab, “Tidak aku hanya minum madu,”. Lalu mereka akan berkata “Kalau begitu lebah madu ini telah menghisab maghfir”.
Jebakan mereka sukses menipu Rasulullah sampai beliau berjanji tidak akan minum madu dari Zainab lagi. Namun persekongkolan mereka segera dibongkar oleh Al-Qur’an, pada surat At-tahrim ayat 66. Para orang tua kedua wanita itu murka oleh ulah keduanya dan memaki-maki, tetapi Nabi mencegahnya.
Buku ini mengungkap sifat al-A’radh la-Basyariyah (sisi kemanusiaan) Rasulullah Muhammad saw. Tidak seperti kitab sirah dan hadis kebanyakan yang mengungkap heroisme perjuangan, buku ini justru mengungkap peristiwa rumah tangga biasa tetapi ada sisi dramatik. Membaca buku ini bagaikan bertetangga dengan Rasul, lalu mendengar cerita harian dari para isterinya.
Nizar Abazhah, peraih doktor dalam bidang sastra Arab kontemporer dari Universitas Azerbaijan ini berhasil mengabadikan kehidupan Nabi dan mengambil fokus secara tepat. Ia berhasil mendapatkan angle zoom in pada setiap detail harian istri-istri Nabi. Kisah-kisah yang ada di dalam buku ini tentu saja bukan gosip keluarga, tetapi merupakan pelajaran mahal tentang bagaimana mengatasi situasi-situasi tak terduga di bilik kedidupan paling dalam.
Sebagai guru besar Sirah Nabawiyyah di Akademi al-Fath al-Islami serta mengajar di berbagai perguruan tinggi di Syria, pria yang lahir di Damaskus tahun 1946 ini memiliki referensi yang luar biasa tentang “hadis domestik”. Pengetahuannya yang luas tentang hadis didapatnya dari belajar langsung kepada para ulama terkemuka Damaskus. Kini Nizar aktif menjadi penasihat kebudayaan Penerbit Daar al-Fikr.
Di balik fakta Muhammad adalah Rasulullah dan pemimpin dunia, ternyata Nabi juga lelaki biasa yang dicintai dan membutuhkan cinta. Nabi adalah figur penyayang yang sangat dekat dengan keluarga dan menghadapi problematika internal yang biasanya selesai dengan pendekatan humanis.
Nabi bahkan menunjukkan cara bersikap elegan apabila ditolak wanita. Misalnya dalam kisah Putri al-Jaun dari Bani Anbar. Wanita berparas cantik ini dan rupanya memikat hati Rasul. Pada suatu malam Nabi berkata kepadanya, “Serahkanlah dirimu padaku'”. Ia menjawab, “Pantaskah seorang ratu menyerahkan diri kepada rakyat jelata,”.
Diusapnya wanita itu agar tenang, tetapi malah berkata, “Aku berlindung kepada Allah darimu,”. Rasul pun menjawab, “Kau telah berlindung dengan benar, dan Allah benar-benar melindungimu dariku,”. Beliau lalu menyuruh Abu Usaid al-Sa’idi memberinya dua lapis pakaian dan selembar baju kain linen warna putih sebelum diceraikan.
Buku ini dipenuhi cerita-cerita menarik yang jarang didengar, bahkan tidak ditemukan di google. Misalnya kisah putri al-Jaun dari Bani Anbar itu. Penerbit Serambi Ilmu Semesta menerjemahkannya secara apik dengan gaya bertutur mengalir deras sehingga mudah dicerna tanpa harus mengulang satu paragraf pun.
Secara umum buku “Bilik-bilik Cinta Muhammad” ini hebat. Bila ada yang kurang pas mungkin pada judulnya, agak terlalu sarkastik untuk Rasulullah yang mulia. Selain itu perfect! Buku ini terjemahan dari judul asli Fi Bayt al-Rasul (di rumah Rasul) terbitan Daar la Fikr tahun 2007.
Judul : Bilik – Bilik Cinta Muhammad SAW, Kisah Sehari-hari Rumah Tangga Nabi
Penulis : Dr. Nizar Abazhah
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Genre : Religi – Sejarah
Edisi : SC Cetakan ke-4 November 2019
Tebal : 330 Halaman
ISBN: 978-602-290-077-1
Diresensi oleh Jakarta Book Review