Sabtu, 11 Oktober 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Lisan Gus Miftah nan Tak Tertakar

Lisan yang kotor telah kembali pada pemiliknya. Semudah ini Tuhan membuktikan kepada kita betapa manusia itu sungguh kerdil di hadapannya.

Oleh Ni Nyoman Ayu Suciartini
5 Desember 2024
di Kolom
A A

Video seorang bapak tua menjinjing jualannya tiba-tiba viral di media sosial. Rautnya tak dapat ditutupi ketika dia dimaki gob**k. Ia sampai mencari apakah makian itu memang untuk dirinya? Air mata menyaru dalam peluhnya. Entah video itu dipotong seperti apa, yang jelas saya saksikan adalah keinginan seorang penjual es teh keliling yang juga ingin mendengar pendakwah, ingin mematri kembali agama-agamanya yang mungkin sempat berantakan. Nyatanya, pendakwah itu mengoloknya.

Layakkah seorang terbahak-bahak saat ada yang memaki manusia gobl**k di depan umum? Pun ini terjadi di suatu acara yang, konon, suci, berkumpulnya orang-orang yang katanya paling paham agama, dan teriakan itu datang pada seorang yang dielukan karena pengetahuan agamanya. Apakah agama menjadikan orang jauh dari kemanusiaan? Tidakkah pendakwah itu bisa meregulasi emosinya sedikit saja? Banyak hal bisa digunakan untuk bercandaan. Namun, bukan makian, bukan kata-kata kasar, dan dilantunkan begitu ringan untuk seseorang yang kala itu tak berdaya.

Publik mengecam dan bereaksi. Sebab pemandangan ini sungguh sangat menyakiti nurani. Bagaimanapun caranya berkelit, lisannya, kata-katanya telah jatuh yang sama sekali tak bisa dipungut kembali. Penjual es teh hari ini lebih mulia dari penjual agama. Simpati publik di Indonesia menunjukkan bahwa negeri ini masih beradab, masih memanusiakan manusia di tengah penguasa yang sibuk mengurusi agama.

Untuk seorang ayah paruh baya, penjual es teh yang diolok-olok itu kini dinaikkan derajatnya. Diangkat setinggi-tingginya. Bahwa malam itu, malam perjalanan hatinya yang lapang, kini membukakan peluang. Lisan yang tak tertakar dan rezeki yang tak mungkin tertukar. Dua hal paradoks sedang terbuka di media sosial. Dimaki tak membuat ayah paruh baya ini tumbang. Justru yang memaki ini ketar-ketir mendapatkan sangsi sosial yang luar biasa keji.

Lisannya yang kotor telah kembali pada pemiliknya. Semudah ini Tuhan membuktikan kepada kita betapa manusia itu sungguh kerdil di hadapannya. Siapa yang menyangka dalam satu malam, Tuhan telah membalikkan keadaan dua dunia manusia yang sangat timpang ini.

BACA JUGA:

Lampu Petunjuk

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Menormalisasi bercandaan konyol, sarkas, merundung, seharusnya tak menjadi pembenaran. Apalagi dilakukan oleh seorang pendakwah yang seharusnya sudah selesai dengan dirinya sendiri. Ke sana kemari kini klarifikasi untuk membentengi diri. Manusia mana yang akan tersentuh? Juga sahabat-sahabat yang duduk dekat dengannya sewaktu melempar candaan gob**k, ikut terbahak, lalu nurani dan akal sehatnya masihkah melekat?

Bukankah seharusnya pendakwah itu paling tahu tentang dirinya. Bukan temannya, kuasa hukumnya, sahabatnya, keluarganya, atau bahkan psikolognya. Sebelum lisannya terucap, Ia juga seharusnya sudah menakar sejauh mana kata-katanya akan berdampak. Gus Mitfah, sama sekali tak ada kebencian dalam tulisan ini. Seharusnya, Gus bisa menjadi tauladan anak muda yang memujamu. Jika ada yang masih membenarkanmu atas kata-kata gob**kmu, mungkin Gus perlu rehat sejenak. Menepi untuk bisa menemukan “diri”. Lagi.

Bacaan terkait

Surat Terbuka: Terima Kasih, Mas Nadiem. Selamat Bekerja, Mas Mukti

Guru Ngonten Vs Guru Menulis

Kanjeng Doktor Bahlil

Pergumulan Agama dan Tradisi

Strategi Mengajar Ala Nabi Muhammad

Topik: Gus Miftahpenjual agama
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Pilkada dalam Ancaman Ketidakpercayaan Warga

Selanjutnya

Memikirkan Ulang Tata Kelola Perusahaan

Ni Nyoman Ayu Suciartini

Ni Nyoman Ayu Suciartini

Penulis, novelis, dan pengajar asal Bali. Karya-karyanya terbilang banyak, antara lain "Mimpi Itu Gratis" (Gramedia 2016), "Bersinar di Timur Pulau Bali" (2018), "Racun Puan" (Mizan).

TULISAN TERKAIT

Lampu Petunjuk

Lampu Petunjuk

11 Juli 2025
Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

10 Juli 2025
1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

27 Juni 2025
Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

27 Juni 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Memikirkan Ulang Tata Kelola Perusahaan

Memikirkan Ulang Tata Kelola Perusahaan

Ulasan Pembaca 1

  1. Ping-balik: Komunikasi Publik yang Bikin Masalah - Jakarta Book Review (JBR)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Cover buku "The Great Gatsby"

The Great Gatsby: Kemewahan, Cinta, dan Kehampaan

9 Oktober 2025
Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

Hector and The Search for Happiness: Perjalanan Menemukan Arti Kebahagiaan

6 Oktober 2025
The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

The Sentence: Kisah Pribumi, Luka Sejarah, dan Ketahanan Hidup yang Tak Padam

30 September 2025
Versi Hard Cover pada Buku 3726 MDPL

3726 MDPL: Titik Tertinggi Belajar Melepaskan

29 September 2025
Poster-poster kegiatan IIBF 2025

IIBF 2025: Upaya Peningkatan Literasi dan Tantangan Industri Penerbitan Buku di Indonesia

24 September 2025
Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

Bertahan di Zaman Modern: 36 Tahun Berdirinya Pustaka Al-Kautsar

22 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In