Rabu, 17 September 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Komunikasi Publik yang Bikin Masalah

Di zaman ini, komunikasi publik adalah jembatan amat penting. Jangan sampai kalimat yang lahir dari ruang kekuasaan justru kehilangan daya sentuhnya, terdengar kaku, dingin, bahkan menyakitkan.

Oleh Nadirsyah Hosen
23 Maret 2025
di Kolom
A A

Menjadi pembawa kabar adalah amanah yang halus. Ia bukan sekadar soal menyampaikan informasi, tetapi juga tentang bagaimana suara itu menyentuh hati yang mendengar. Dalam sejarah panjang manusia, para nabi adalah teladan para penyampai.

Nabi, yang arti harfiahnya pembawa berita, diutus bukan hanya dengan wahyu, tapi juga dengan kebijaksanaan dalam memilih kata. Ia tidak berbicara dari menara gading, tapi dari tengah-tengah umatnya. Ia berjalan di pasar, menyapa yang kecil dan besar, duduk bersama yang miskin dan papa. Ia makan makanan yang sama, memanggil pengikutnya sebagai sahabat—bukan bawahan, bukan rakyat kecil. Dan memandang umatnya dengan tatapan cinta.

Sebagai jubir ilahi, mereka tidak menjauh. Karena mereka tahu, pesan yang tinggi sekalipun harus turun dengan bahasa yang mengerti rasa. Di zaman ini, komunikasi publik adalah jembatan yang amat penting. Jangan sampai kalimat yang lahir dari ruang kekuasaan justru kehilangan daya sentuhnya. Jangan sampai pilihan katanya terdengar kaku, dingin, bahkan menyakitkan. Sebab, rakyat tidak hanya mendengar dengan telinga—mereka juga merasa dengan hati.

Dalam ketidakpastian, masyarakat menunggu suara yang tenang, kalimat yang jernih, dan kehadiran yang terasa tulus. Mereka butuh lebih dari data dan angka—mereka butuh pengakuan atas rasa. Dan itulah seni menjadi jubir: mendengarkan sebelum berbicara, memahami sebelum menyampaikan.

Kata-kata memiliki jiwa. Dan jiwa itulah yang menjangkau manusia. Kepekaaan dan merasakan keresahan adalah kunci komunikasi publik. Sayangnya, banyak pejabat kita yang gagal memahami ini. Malah defensif dan provokatif.

BACA JUGA:

Lampu Petunjuk

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Mungkin inilah saatnya kita kembali belajar dari para nabi: bahwa menyampaikan adalah seni mencintai. Dan bahwa dalam komunikasi publik, satu kalimat yang lahir dari hati bisa menenangkan ribuan jiwa—sementara satu kalimat yang keliru bisa mengguncang kepercayaan sebuah bangsa.

Karena publik tak menagih suara yang lantang—mereka merindukan suara yang lapang, di tengah padang keramaian masalah. Bukan begitu, kawan? Mari dimasak dulu kata-katanya dengan matang sebelum disajikan ke publik. 

Bacaan terkait

Lisan Gus Miftah nan Tak Tertakar

Jangan Ajari Berenang Seorang yang Tengah Tenggelam

Jangan Remehkan Kata-kata

Diksi Teror yang Memantik Aksi

Topik: kekuasaankomunikasi publik
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Permintaan THR Lebaran dan Ekonomi Biaya Tinggi

Selanjutnya

Kebebalan Komunikasi Hasan Nasbi

Nadirsyah Hosen

Nadirsyah Hosen

Cendekiawan Indonesia, Associate Professor di Melbourne Law School (sejak Juli 2024), Australia, sebelumnya di Monash University (2015-2024). Penulis produktif, buku-bukunya antara lain "Islam Yes, Khilafah No 1 & 2", "Ngaji Fikih", "Saring Sebelum Sharing", "Modern Perspectives on Islamic Law", "Tafsir Al-Quran di Medsos".

TULISAN TERKAIT

Lampu Petunjuk

Lampu Petunjuk

11 Juli 2025
Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

Membijakkan Sabar dan Ikhlas di Kota Suci

10 Juli 2025
1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

1 Muharram: Momen Kebangkitan Spiritual Kita

27 Juni 2025
Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

Ugly, Bad and Okay Mining: Pertambangan Indonesia di Persimpangan Jalan

27 Juni 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Kebebalan Komunikasi Hasan Nasbi

Kebebalan Komunikasi Hasan Nasbi

Ulasan Pembaca 1

  1. Ping-balik: Kebebalan Komunikasi Hasan Nasbi - Jakarta Book Review (JBR)

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Cover buku dan film La tresse

Buku “La tresse” Karya Laetitia Colombani akan Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

15 September 2025
Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

11 September 2025
Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

10 September 2025
Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

4 September 2025
AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

2 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In