Jakarta – Ketua Umum (Ketum) Perkumpulan Literasi Indonesia (PLI), Wien Muldian berharap pengelolaan perpustakaan daerah di tingkat kecamatan dapat dioptimalkan sebagai pusat komunitas, bukan sekedar tempat menyimpan buku.
“Saya berharap semua bisa memahami kebutuhan publik dan masyarakat hari ini. Jadi bukan cuma berpikir menyiapkan sebuah tempat untuk menaruh buku di rak, sesudah itu selesai dan tidak beda dengan sebuah kantor, bukan seperti itu,” ungkapnya, Minggu (13/3/2022).
Dikutip dari antaranews.com, sebelumnya Wien bersama sejumlah pegiat literasi lain mendirikan perpustakaan “Baca Di Tebet”, Jakarta. Perpustakaan ini membuka fungsi ruang temu yang dapat dimanfaatkan oleh banyak komunitas untuk mengadakan diskusi hingga workshop.
“Tempat ini bukan hanya untuk merawat buku, tapi bagaimana kami merawat pengetahuan bersama-sama dan saling berbagi pengetahuan, itu yang kami niatkan,” ujarnya.
Ketua Dewan Perpustakaan Jakarta itu berharap konsep perpustakaan sebagai pusat komunitas tersebut juga dapat ditiru hingga dimodifikasi oleh perpustakaan lain di Indonesia, termasuk perpustakaan tingkat daerah.
Ia menilai, salah satu permasalahan bidang literasi yang dihadapi saat ini adalah masih terbatasnya akses buku bacaan yang dapat diakses masyarakat di tingkat daerah.
Keberadaan perpustakaan sekolah sebetulnya dapat dimanfaatkan untuk masyarakat sekitar sehingga akses ke jantung pengetahuan tidak hanya eksklusif milik sekolah tertentu saja.
“Misalnya, sekolah selesai jam 2 siang. Jam 2 siang sampai 6 sore itu bisa diakses oleh publik di sekitar sekolah. Sayang kan punya perpustakaan sekolah bagus-bagus tapi di jam sekolah saja, siswa yang ke perpustakaan pun cuma bisa sebentar karena sebagian besar harus mengikuti pembelajaran,” katanya.
Lebih jauh, ia juga menyarankan pilihan lain agar pembangunan dan pengelolaan perpustakaan kecamatan dapat melibatkan kehadiran perpustakaan yang telah dimiliki sekolah-sekolah setempat. (ST/JBR)