Kamis, 18 September 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Menaklukkan Ego, Mengubur Ilusi Hidup Sempurna

Oleh Mujib Rahman
8 November 2021
di Resensi
A A
Buku The Conquest of Happiness (Filosofi Hidup Bahagia: Bagaimana menemukan kebahagiaan, melawan rasa stress dan menjadi manusia paling bahagia) karya Bertrand Russell, diterbitkan oleh Renebook. Diresensi oleh Jakarta Book Review

Buku The Conquest of Happiness (Filosofi Hidup Bahagia: Bagaimana menemukan kebahagiaan, melawan rasa stress dan menjadi manusia paling bahagia) karya Bertrand Russell, diterbitkan oleh Renebook. Diresensi oleh Jakarta Book Review

Kebahagiaan adalah hasil akhir dari suatu proses penaklukan. Secara umum inilah yang dijelaskan Bertrand Russel dalam buku The Conquest of Happiness. Di Indonesia, buku ini diterbitkan oleh Renebook dengan judul Filosofi Hidup Bahagia.

Ketika orang bisa menaklukkan imajinasinya yang liar tentang kesempurnaan, maka kebahagiaan sudah di tangan. Bahagia tidak datang begitu saja tanpa perang batin yang sengit. Kemenangan seorang individu melawan ilusinya tentang hidup ideal tergantung kemampuan dirinya berkompromi dengan keadaan.

Setiap orang harus mengolah aspek-aspek di dalam diri dan sekitarnya untuk mencapai titik tercukupi secara batiniah. Pada dasarnya kondisi ideal tidak pernah tercapai dalam hidup, maka terdapat dua hal yang akan sangat signifikan dalam proses ini, yaitu usaha dan kepasrahan.

Penulis buku ini, Bertrand Russell, adalah pemenang hadiah Nobel dalam bidang sastra tahun 1950. Seperti para pemikir filosofis pada umumnya, kata-katanya agak sulit dipahami, minimal tak bisa dibaca cepat.

Russel lahir di Trellech, Wales, Inggris 18 Mei 1872 dan sudah yatim piatu pada usia empat tahun. Kedua orang tuanya meninggal hanya berselang dua tahun, pada 1876. Dalam keadaan yatim piatu ia diasuh oleh kakeknya yang juga meninggal 2 tahun kemudian. Dalam hidupnya yang pahit, perenungannya melahirkan banyak gagasan filosofis hingga menempatkannya menjadi salah satu orang paling brilian pada masanya, dan ide-idenya masih relevan hingga saat ini.

BACA JUGA:

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

Kembali ke tema, antara manusia dan kebahagiaan terdapat banyak hal yang berpotensi mendekatkan atau menjauhkan keduanya. Misalnya kecintaan pada harta dan kekuasaan, yang diasumsikan sebagai sumber kebahagiaan. Jika dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang menerima kenyataan, maka hal itu akan menyebabkan orang menjadi tidak bahagia.

Hidup ini, kata Russel, memberi situasi-situasi yang tidak dapat dihindari tetapi harus dipecahkan. Sebagian lagi adalah rintangan yang tak mungkin ada solusinya, seperti kematian atau penyakit akut. Semua itu tak dapat dihindari, namun yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kemampuan untuk menerimanya.

Di dunia ini tidak ada kepuasan yang hakiki. Tetapi dalam skala tertentu orang bisa disebut bahagia, sebagaimana yang dirasakan Russel sendiri. “Saya ribadi menganggap tidak ada alasan yang kuat dan masuk akal untuk tidak bahagia. Orang bjaksana akan bahagia sebagaimana lingkungan sekitarnya bahagia,” tandasnya di halaman 18.

Pemikiran Russel mengenai kebahagiaan lahir dari masa mudanya yang pahit hingga hampir bunuh diri. Ia belajar matematika sebagai pelarian atas kegalauannya, hingga pada suatu ketika ia menyadari apa yang sebetulnya ia inginkan dan berhenti memaksakan diri mengejar idealisasinya.

Konsepsinya yang baru tentang hidup nyaman menyelamatkannya dari jurang frustasi dan membalikkannya menjadi salah satu orang terbahagia.

Ia mengkritik pandangan yang menganggap hidup itu menyedihkan, seperti dalam buku The Modern Temper karya Lord Byron: “Tidak ada kesenangan yang diberikan dunia seperti yang bisa direnggutnya. Ketika cahaya akan tenggelam dalam kebusukan perasaan yang suram adanya”.

Russel mengingatkan, jika orang hanya berfokus pada apa yang hilang dalam hidupnya, misalnya tentang kegagalan dan perpisahan, maka semangat hidup dipertaruhkan. Namun jika orang memusatkan perhatian ke luar dan menyadari betapa beruntungnya dia sesungguhnya, maka hidup menjadi lebih sederhana dan indah.

Kebahagiaan adalah sebuah kondisi psikologis sempurna yang sebagian besar aspeknya bergantung pada diri sendiri, meski keberadaannya dapat dipengaruhi oleh keadaan eksternal. “Saya yakin, ketidakbahagiaan itu sebagian besar disebabkan oleh kesalahan dalam memandang kehidupan dunia, etika yang keliru, dan kebiasaan hidup yang salah,” tandasnya.

Terdapat suasana psikologis tertentu yang dapat menjadi sebab-sebab datangnya kegalauan. Dalam buku ini Russel membahas beberapa kondisi yang biasa terjadi, seperti kondisi persaingan, takut pada kebosanan, rasa lelah, dengki, perasaan berdosa, perasaan dizalimi, takut pada judgment orang banyak, dan kondisi byronik (mengacu pada karakter pada karya-karya Lord Byron yang cenderung  kelam, melankolis, sinis dan angkuh).

Sebenarnya secara subyektif perasaan itu dapat direkayasa dengan mengisinya dengan kehangatan cinta, keluarga, pekerjaan, gairah hidup, minat impersonal, usaha keras dan sikap pasrah. Setiap orang dapat mendiagnosis situasi batinnya, lalu membuat sendiri solusi atas segala permasalahan tersebut.

Judul Buku: Filosofi Hidup Bahagia

Sub Judul : Bagaimana menemukan kebahagiaan, melawan rasa stress dan menjadi manusia paling bahagia

Judul Asli : The Conquest of Happiness

Penulis : Bertrand Russell

Penerbit : Renebook

Cetakan I : Februari 2020

Tebal: 256 halaman

ISBN : 978-602-1201-88-6

Topik: Headline
SendShareTweetShare
Sebelumnya

I Want To Die But I Want To Eat TTeokpokki

Selanjutnya

Pancarona

Mujib Rahman

Mujib Rahman

Wartawan Senior

TULISAN TERKAIT

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

Autocracy Inc: Buku yang Menggambarkan Rusaknya Demokrasi

1 September 2025
Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

Bullshit Jobs: Sebuah Buku untuk Mengenal Pekerjaan yang Sia-Sia

27 Agustus 2025
Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

Menemukan Alasan Hidup dari Buku “Semoga Kamu Bisa Tersenyum Hari ini”

22 Agustus 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Pancarona

Pancarona

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

Slow Productivity, Cara Baru Menikmati Pekerjaan

16 September 2025
Cover buku dan film La tresse

Buku “La tresse” Karya Laetitia Colombani akan Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia

15 September 2025
Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

Buku “The Anxious Generation” Sudah 75 Minggu Menempati New York Times Bestseller

11 September 2025
Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

Ringkasan Habit is Power: Jika Ingin Sukses Hindari 14 Kebiasaan Buruk Ini

10 September 2025
Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

Ciri Publik Melek Politik, Peminat Buku Politik Makin Tinggi

4 September 2025
AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

AJI Jakarta Buka Konseling Jurnalis Peliput Aksi Massa

2 September 2025

© 2025 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
  • Pegiat
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In