Tara Westover berusia enam belas tahun saat pertama kali mengenal apa yang dinamakan sekolah. Pendidikan formal baru disentuhnya pertama kali ketika diterima di program undergraduate Brigham Young University, Idaho. Di tengah-tengah siswa terpelajar, gadis berambut pirang kelahiran September 1986 ini tak ubahnya orang udik yang culun. Ia tak mengerti istilah-istilah yang lalu lalang dalam pembelajaran, bahkan tak pernah mendengar kata ‘holocaust’. Kisah Tara Westover mengungkap perjuangan seorang gadis desa yang terkungkung tirani keluarga menjadi wanita terpelajar yang mendunia.
Tara hidup dalam keluarga ortodok yang anti hampir segala jenis modernitas. Ayahnya mengharamkan banyak hal yang berbau kemajuan zaman, kecuali mesin-mesin yang terkait dengan pertanian. Dalam tirani tradisionalisme yang absolut, Tara dan seluruh saudaranya hanya hidup dalam ruang lingkup rumah, ladang, dan sekitar tempat tinggalnya.
Dengan tekat yang kuat dan keberanian mengambil risiko bermusuhan dengan orang tua, Tara nekat mencari pendidikan formal. Sebelumnya ia memang tak banyak mengenal bacaan selain naskah-naskah agama yang dijejalkan ayahnya. Lolos tes masuk high school adalah sebuah keajaiban baginya, karena dari kecil tak mengenal buku pelajaran. “Usiaku enam belas tahun, belum pernah mengikuti ujian apapun,” kata Tara. “Rasanya seperti melemparkan dadu, dan lemparan itu sudah terlepas dari tanganku. Tuhan lah yang menentukan hasilnya.” (h 202)
Dari bayi hingga remaja, Tara terpenjara dalam kekolotan keluarga yang ekstrim. Ayahnya seorang penganut gereja Mormon yang ultra konservatif. Kedua orang tua Tara beserta tujuh anaknya, hidup di Buck’s Peak, salah satu puncak gunung Idaho yang jauh dari pusat peradaban. Hidup terpencil, semua anggota keluarga Tara hanya tahu rumah, ladang, dan hutan pinus.
Dalam pengaruh aliran ortodoks itu, ayah Tara tidak percaya pada banyak hal, termasuk pemerintah, dokter, dan pendidikan formal. Maka Tara dan saudara-saudaranya tidak diizinkan mencium bau sekolah. Sejak lahir hingga remaja, Tara hidup dalam kebenaran-kebenaran doktriner ayahnya yang absolut. Ayahnya ini di kemudian hari disinyalir menderita skizofrenia yang tak terungkap, karena tak pernah mengakses tenaga kesehatan.
Menurut Ayah Tara, pemerintah mungkin telah disusupi para penganut Iluminati, kelompok eksklusif pengendali pemerintahan, yang akan menginjeksi anak-anak Amerika dengan paham keliru melalui pendidikan formal. Sementara itu dunia medis dianggap menentang kehendak Tuhan, karena mengintervensi secara paksa apa yang Tuhan tempatkan, berupa penyakit dan ketidaksempurnaan tubuh. Kebetulan ibu Tara adalah peracik obat herbal yang cukup baik. Maka dari itu ayahnya percaya, sebagaimana dirinya, sang istri adalah manusia khusus pilihan Tuhan yang diutus untuk membawa kesembuhan bagi domba-domba yang membutuhkan.
Penderitaan Tara makin sempurna, karena kakaknya, Shawn, melakukan perundungan kepadanya terus menerus selama bertahun-tahun. Shawn yang bandel dan agresif adalah tipikal remaja pembuat onar di kampung. Beruntung, Tara berhasil melepaskan diri dari jeruji kejumudan keluarganya.
Ia memutuskan keluar rumah, menjangkau pendidikan formal, dan tinggal di asrama. Sebelum mengikuti test, Tara belajar otodidak, di antaranya Aljabar dan beberapa bidang lainnnya. Karena merasa tidak teruji dengan berbagai mata pelajaran sekolah, Tara sangat terkejut dengan hasil ujiannya. Takdir memang telah tertulis untuknya. Tekat itu pada akhirnya membawanya melintasi daratan dan lautan ke kampus-kampur ternama, seperti Harvard dan Cambridge.
Perjalanan mengubah hidup ala Tarzan menjadi manusia moderen tentunya tidak mudah. Banyak sekali shock culture yang dialami Tara, mulai hal-hal kecil seperti mencuci tangan dan membuang sampah, hingga-hal-hal besar yang ada kaitannya dengan interpersonal. Semua dituangkan dalam kisah naratif yang apik.
Dalam kesulitan selalu ada kemudahan. Support dan nasihat kepada Tara sering hadir dari tokoh Prof. Steinberg dan Dr. Terry. Merekalah yang ‘memaksa’ Tara melanjutkan pendidikan ke Harvard sampai level tertinggi. “Just go on submit your goddamn paper!” tandas Prof Steinberg ketika Tara hampir kehabisan kepercayaan diri.
Educated adalah memoar panjang tentang kisah Tara Westover mengubah nasib dalam rentang waktu mulai kecil hingga meraih gelar Phd di usia 34 tahun. Ceritanya panjang, berliku-liku, mendebarkan, dan tentu saja menginspirasi. Asam garam kehidupan dituturkan Tara dengan narasi yang mengalir lancar sebagai roman kehidupan yang mengandung problem kompleks. Banyak tekanan psikologis, kekerasan verbal, fisik, dan berbagai perundungan yang diungkapkan secara testimonial penuh kejujuran.
Apa yang dialami Tara menunjukkan, pengalaman masa kecil akan selamanya melekat dalam ingatan, dan meskipun telah dimaafkan tetapi sulit dilupakan. Pengalaman masa silam Tara sempat mempengaruhi cara pandangnya terhadap dunia. “Masa lalu adalah hantu, bukan sesuatu yang penting, tidak memiliki pengaruh apa pun. Hanya masa depanlah yang memegang kendali.” (h 411)
Secara umum buku Educated ini mengajak kita menyelami dalamnya samudera kehidupan seorang Tara, yang secara kontekstual sebenarnya adalah kita semua. Hidup tak selalu mudah, tetapi bukan berarti mustahil ditaklukkan.
Buku tentang kisah Tara Westover ini menjadi nominator di goodreads, dan best seller selama dua tahun. Publisitasnya mengangkat Tara menjadi pesohor di negeri Paman Sam hingga diwawancarai di banyak program, termasuk Oprah Winfrey. Banyak tokoh dunia membaca bukunya dan memberikan apresiasi. “Kisah yang luar biasa, dan benar-benar menginspirasi. Bahkan lebih bagus daripada yang Anda dengar. ” kata juragan Microsoft, Bill Gates.
Dalam perjalannya yang panjang, Tara Westover sering merenungkan kejadian-kejadian yang pada akhirnya mengantarkannya pada jati diri seperti ini. Dalam lamunannya, setelah menyelesaikan disertasi doktoral di Harvard, ia bertanya pada dirinya sendiri “Who writes history?”. “I do”.
Judul: Educated
Penulis: Tara Westover
Alih bahasa: Berkat Setio
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Biography
Edisi: Cet 5, Januari 2022
Tebal: 520 halaman
ISBN: 9786020650357