Di sebuah gurun pasir tandus tak dikenal, tak ada air dan kehidupan, Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi. Keduanya, Hajar dan Ismail, ditempatkan di sebuah sudut lembah yang sudah ditentukan.
Untuk kedua permata hatinya itu, Ibrahim meninggalkan sekarung kurma dan sebuah kantung kulit berisi air. Ketika saatnya berpisah, Ibrahim tak bisa berkata-kata. Ia berpamitan kepada Hajar, lalu menghela untanya menjauh pergi.
Hajar berlari kecil mengikuti suaminya yang duduk di atas onta. “Wahai Ibrahim, apakah kamu tega meninggalkan kami di lembah yang tak ada seorang pun dan tidak ada sesuatu sama sekali?”. Yang ditanya hanya membisu.
Pertanyaan itu diulang-ulang karena Ibrahim tak kuasa menjawab. Hajar pun mengganti pertanyaannya: “Apakah Allah yang memerintahkan ini”. “Ya” kata Ibrahim.
“Kalau begitu Allah tidak akan menelantarkan kami,” seru Hajar seraya menghentikan langkahnya.
Hajar tak melepaskan pandangan dari suaminya yang terus menjauh, hingga menghilang di balik bukit. Ibrahim melanjutkan perjalannya ke Palestina sejauh 1.500 kilometer. Dalam al-Qur’an QS Ibrahim 37 disebutkan, saat itu Ibrahim berdo’a, :Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak ada tanaman di dekat rumahmu yang suci…Semoga mereka menjadi hamba-hambamu yang bersyukur”.
Ketika persediaan air habis, Ismail meronta-ronta kehausan, hingga berguling-guling di pasir. Hajar pun panik, lalu berlari antara bukit Safa dan Marwa bolak-balik hingga tujuh kali. Saat itu, menurut Hadits Ibnu Abbas, Hajar mendengar suara Jibril yang mengabarkan doanya dikabulkan.
Airpun memancar di antara pasir, tepat di kaki bayi Ismail. Air jernih itu ditampungnya di kantung kulit, namun air terus keluar dan Hajar megumpulkannya dengan tangannya sambil berbisik, zam-zam (berkumpullah).
Referensi Ibrahim Terlengkap
Buku Sejarah Ibrahim karangan Abbas Mahmud al-Aqqad (1889-1964) adalah referensi paling komprehensif tentang Nabi Ibrahim. Rujukannya cukup beragam, dari al-Qur’an, manuskrip agama-agama samawi, jejak-jejak arkeologi, hingga penuturan folklorik (israiliyyat).
Salah satu rujukan utamanya yaitu Kitab Kejadian (Gensis), kitab pertama dari al-Kitab dan Taurat yang orisinalitasnya saat ini mengundang perdebatan. Memang kitab Genesis adalah yang paling banyak menceritakan tentang Nabi Ibrahim.
Buku 350 halaman terbitan Turos Pustaka ini berhasil memaparkan detail-detail menarik dari sejarah Ibrahim. Petualangan Nabi Ibrahim adalah salah satu yang terbesar dan tidak ada bandingannya dalam sejarah manusia. Pantaslah ia termasuk ulul azmi, golongan nabi yang memiliki ketabahan luar biasa menghadapi drama kehidupan dakwahnya.
Ketokohan Ibrahim sangat kuat, sehingga melahirkan tradisi abrahamik dan juga agama-agama Ibrahimiah yang saat ini pengikutnya meliputi setengah penduduk bumi. Sampai saat ini ajaran Ibrahim banyak teradopsi sebagai tradisi yang dilegitimasi agama Islam dan berlaku hingga kini, seperti kurban, haji, dan khitan. Ibrahim yang berdomisili di Hebron, Palestina adalah orang pertama yang memembuka kota Mekah. Dialah yang membangun kembali Baitullah yang terpendam selama ribuan tahun sejak dibangun oleh Nabi Adam.
Alkisah, setelah Ibrahim menempatkan istrinya di padang sunyi yang kelak menjadi kota Mekah, di ujung selatan jazirah arab terjadi kekeringan. Bendungan Ma’rib yang selama ini menyuburkan tanah Yaman mendadak kering berkepanjangan.
Suku Jurhum yang biasa hidup makmur di Yaman memutuskan eksodus menuju bagian utara jazirah Arab. Ketika rombongan itu melewati kediaman Hajar, mereka tertarik bergabung. Oleh Hajar, suku Jurhum diizinkan tinggal dengan bebas, dengan syarat tak boleh memiliki sumur zam-zam.
Hajar dan suku Jurhum tinggal berdampingan dalam harmoni, dan Ismail tumbuh sebagai pemuda pintar dengan banyak kelebihan. Setelah beranjak dewasa ia dinikahkan dengan putri salah satu pemuka Jurhum.
Mereka inilah cikal bakal masyarakat Mekah. Setelah Ismail besar, Ibrahim memintanya membantu membangun Baitullah. Setelah Baitullah berdiri, daerah ini ramai dikunjungi orang dari mana-mana, karena Allah menetapkan Ka’bah sebagai tujuan berhaji.
Mirip Rasulullah SAW
Sejarah Ibrahim, Ismail, kota Mekah, ka’bah, dan zam-zam saling terkait dalam serial kisah panjang yang menarik. Sepak terjang Ibrahim ini akan ada hubungannya dengan sejarah Rasulullah SAW. Rasulullah sendiri adalah keturunan ke 62 Nabi Ibrahim dari jalur Ismail dan Hajar.
Sementara dari istri Ibrahim yang pertama, Sarah, lahir Ishaq yang kemudian menurunkan 17 Rasul hingga yang terakhir Isa Bin Maryam. Pantaslah Nabi Ibrahim digelari Abu al-Anbiya atau bapaknya para Nabi.
Ibrahim dilahirkan di desa Ur, Chaldea, wilayah Mesopotamia (Iraq) sekitar 2295 SM. Secara umum ia digambarkan sebagai sosok yang kuat, berpengaruh, cerdas, saleh, dan pemberani. Kalau ada orang yang tampannya mirip Rasulullah Muhammad SAW, dialah Ibrahim. Sebuah Hadits dari Jabir mengungkapkan, Rasulullah bersabda, “Para nabi ditampakkan kepadaku, ternyata Musa seperti seorang laki-laki dari Bani Syanu’ah. Isa bin Maryam mirip orang yang pernah aku lihat, Urwah Bin Mas’ud. Aku juga melihat Ibrahim, ia mirip dengan sahabat kalian ini (maksudnya Rasulullah sendiri).
Ibrahim adalah anak sulung dari Tarah, pembuat berhala yang jalur ke atasnya sampai kepada Syam Bin Nuh. Ia memiliki dua putra lainnya yaitu Nahur, dan Haran. Haran adalah ayah Nabi Luth.
Ibrahim lahir pada saat Palestina berada di masa jahiliyah di bawah kekuasaan Raja Namrud. Suatu ketika Namrud bermimpi ada seorang anak lelaki yang akan menggulingkannya. Ia pun memerintahkan tentaranya membunuh semua bayi laki-laki yang lahir. Orang tua Ibrahim menyembunyikannya dalam sebuah goa dan Ibrahim tumbuh sendirian di sana.
Bayi dalam goa inilah yang kemudian menantang Namrud dan menghancurkan semua berhala yang ada di kuilnya. Ulah Ibrahim ini berakhir dengan penangkapan dan ia dibakar dalam tumpukan kayu yang menggunung. Namun Ibrahim keluar dari kobaran api tanpa luka sedikit pun. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, Allah memerintahkan api berkompromi dengan kalimat, “Ya naru kuuni bardan wasalaman ala Ibrahim,”. Hai api, jadilah engkau dingin dan selamat bagi Ibrahim.
Judul: Sejarah Nabi Ibrahim: Tinjauan Agama Samawi Hingga Jejak Arkeolgi
Penulis: Abbas Mahmud al-Aqqad (1889-1964)
Penerbit: Turos Pustaka
Edisi: Cetakan I, juni 2021, (Hard Cover)
Genre: Sejarah/ Religi
Tebal: 350 Halaman
ISBN: 978-623-6083-09-3
Diresensi Oleh Jakarta Book Review