Seorang suami berkisah tentang pengalamannya menjalin biduk rumah tangga. Sebagai pasangan muda, terkadang pertengkaran masih mewarnai kehidupannya. “Setiap habis bertengkar dengan istri, rasanya saya ingin pergi sejauh mungkin,” katanya. Dalam keadaan marah, biasanya ia melangkah meninggalkan apartemen yang dihuni bersama istrinya.
Namun anehnya, sebelum sampai ke luar area apartemen, hatinya jadi ragu. Dalam waktu singkat terjadi perubahan drastis, yang tadinya ingin pergi menjadi ingin kembali. Suasana batin yang tadinya panas pun berubah menjadi dingin. Hal seperti ini terjadi berulang-ulang kali.
Pada suatu ketika, ia menceritakan yang dialaminya itu kepada istrinya. Sang istri membuka sebuah rahasia: setiap kali mereka habis berselisih, ia masuk kamar lalu membaca istigfar sebanyak-banyaknya, mengadukan masalah kepada Allah. Mungkin itulah yang membuat hati suaminya menjadi dingin, luluh dalam kesadaran, dan selalu menyayangi keluarga.
Kisah-kisah personal yang menyentuh dikumpulkan oleh Fuad Abdurahman dalam buku “Hikayat Keajaiban Istighfar dan Shalawat Nabi” yang dirilis penerbit Republika. Kisah-kisah itu terbagi dua, ada kisah kekinian dan kisah klasik, dari bani Israel. Kisah inspiratif itu bukan karangan, tetapi menukil dari berbagai sumber yang jelas.
Semua cerita itu, pada dasarnya mengusung satu benang merah, bahwa istigfar dan selawat, selain berdimensi ibadah, juga memiliki kekuatan metafisik yang bekerja efektif apabila dibaca dengan tauhid. Setiap hembusan napas dari istigfar dan selawat akan dikonversi oleh Allah menjadi pengampunan, kebaikan, dan perlindungan.
Buku ini menjelaskan fadilah istigfar dan selawat dalam bentuk narasi cerita yang menggugah.
Alih-alih pengajian atau ceramah, Fuad Abdurahman menampilkan pengalaman tokoh-tokoh yang menuturkannya dengan sudut pandang humanis dan kontemplatif. Kisah nyata rupanya lebih memberikan efek nyata dan dekat, sehingga lebih mudah dicerna dan inspiring. Misalnya tentang artis terkenal yang bertobat setelah mengalami pengalaman spiritual tertentu, pelacur yang kembali ke jalan Allah, pengalaman spiritual seorang tukang roti, dan kisah nabi-nabi yang jarang terungkap.
Bahkan ada kisah tentang Iblis yang ternyata pernah ingin bertobat kepada Allah. Keinginan Iblis itu diutarakan kepada Nabi Musa yang dikenal sebagai kalimullah, atau orang yang berbicara langsung kepada rabb-nya. Allah yang Maha Pengampun memberikan kesempatan kedua kepada Iblis. Tobatnya akan diterima asalkan ia mau bersujud di depan makam Nabi Adam, sebagaimana yang pernah Allah perintahkan dahulu.
Namun dalam kisah yang dinukil dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali ini, Iblis malah menjadi murka. Ia tak sudi bersujud di depan orang yang telah membuatnya sengsara dunia akhirat.
Gara-gara Adam, Iblis terlempar dari surga dengan status kufur, kehilangan pangkat dan kehormatan, serta hidup sengsara tanpa tujuan. “Saat masih hidup saja aku tak sudi bersujud kepada Adam. Apalagi setelah ia mati,” timpal Iblis kepada Nabi Musa yang membawa titah dari Allah. Kisah ini membawa pesan moral yang kuat, bahwa ketika logika lebih dikedepankan daripada akhlak, maka yang ada adalah penyesatan pikiran.
Sebelum menyajikan serangkaian cerita tersebut, Fuad Abdurahman dengan sangat detail menjelaskan tentang zikir, makna zikir, dan bagaimana zikir dapat bekerja menembus langit sampai didengar Allah.
Soal istigfar, tobat, dan selawat nabi juga dijelaskan secara komprehensif. Banyak orang sudah mafhum, istigfar adalah doa meminta ampun kepada Allah. Namun banyak yang menganggap, itu merupakan bacaan rahasia antara hamba dengan penciptanya, yang akan dibalas Allah di hari akhir.
Tetapi sebenarnya tidak begitu. Istigfar adalah manifestasi kerendahan diri seorang hamba kepada Sang Mahaagung, yang dapat berimplikasi menghapus dosa dan dapat mengubah murka menjadi ampunan dan surga.
Secara umum, zikir itu kalimat suci yang tidak hanya memiliki income pahala, tetapi juga memberikan kesucian pada batin dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Dalam beberapa kisah, kalimat zikir yang keluar dari mulut pembacanya dapat diserupakan malaikat yang menjaganya dari bahaya.
Seperti yang dialami Abu Ma’liq, ketika dirampok oleh segerombolan penyamun dalam perjalanan dagang. Sebelum dibunuh, ia memohon kepada perampok agar mengizinkannya salat dan berdoa. Dalam kesulitan itu ia bersujud di hadapan Allah dan dipasrahkannya urusan ini hanya kepada Yang Mahakuasa di langit dan bumi.
Tiba-tiba datanglah penunggang kuda dengan menenteng tombak pendek. Tanpa ampun, penunggang kuda itu membunuh para perampok tak tersisa. “Siapakah engkau wahai orang yang menolongku?” tanya Abu Ma’liq. “Aku adalah salah satu malaikat langit ke empat. Ketika engkau berdoa yang pertama, aku mendengar suara gemuruh di pintu langit. Ketika engkau berdoa yang kedua aku mendengar suara gaduh penduduk langit. Ketika engkau membaca doa yang ketiga kali, Allah berkata: Ini doa orang yang dalam kesulitan. Lalu aku meminta kepada Allah agar memberi kuasa kepadaku untuk membunuh orang-orang zalim yang ingin mencelakaimu”.
Judul: Hikayat Keajaiban Istighfar Dan Shalawat Nabi
Penulis: Fuad Abdurahman
Editor : Saihul Basyir
Penerbit: Republika
Genre : Agama
Edisi: Cet 1, Juli 2022
Tebal: 290 halaman
ISBN : 978-623-2791-44-2
Ulasan Pembaca 1