Sebelum alam semesta ini ada, Allah sendirian. Di awal mula penciptaan, tidak ada ruang, tidak ada waktu, tidak ada substansi apapun selain diri-Nya. Kemudian Allah menciptakan makhluk-makhluk agar ia dikenal. Firman Allah: “Aku adalah khazanah tersembunyi yang tidak dikenal, dan aku suka untuk dikenal”.
Dalam kegelapan, Allah mulai mencipta sesuatu dengan kata “kun”. Secara bahasa, “kun” adalah bentuk fi’il amar (perintah) dari kata “kana” yang bermakna jadilah. Dalam gramatika Arab, kata ini berjenis insya’ thalabi, yaitu kata yang secara maknawi menghendaki terjadinya sesuatu yang belum terjadi pada waktu kalimat itu diucapkan.
Kata “kun” ini jadi isyarat agar sesuatu menjadi ada. Maka setelah diucapkan “kun” lalu jadilah segala sesuatu (fayakun). Seperti firman Allah QS. Yaasin 82, “… dan sesungguhnya apabila Allah menghendaki sesuatu maka cukup bekata “kun” maka jadilah.
Kitab Syajarah al-Kawn karya Ibnu Arabi membahas awal mula penciptaan alam semesta dalam sudut pandang teologi sufistik. Ibnu Arabi tidak bicara berdasarkan penelitian atau perenungan spekulatif, tetapi berpijak pada ayat-ayat dan hadis. Pada umumnya ayat-ayat penciptaan itu sulit dipahami dengan pemahaman empirik, kecuali dengan kedalaman tauhid. Tetapi dalam kitab ini Ibnu Arabi mencoba memberikan penjelasan teknis yang lebih mudah dicerna.
Dalam teori Ibnu Arabi, kata “kun” adalah pembuka segala penciptaan. Kehidupan datang ketika Allah berkata “kun”. Kata “kun” adalah perkataan dan sekaligus perbuatan yang melahirkan substrat yang menjadi bahan baku penciptaan, sekaligus meramunya menjadi ciptaan.
Mengapa harus ada “kun”, sementara hanya dengan kehendak (iradah) saja Allah bisa mewujudkan. Bila kita membuat pendekatan dari narasi yang dibangun Ibnu Arabi, rupanya “kun” adalah semacam resepnya. Kun terdiri dari huruf kaf dan nun, yang memiliki efek ganda yang selalu bertentangan.
Huruf Kaf yang menjadi inisiasi kauniyyah atau kejadian, dapat berarti “kamaliyyah” atau kesempurnaan dan bisa juga berarti “kufriyyah” atau kekufuran. Sedangkan nun mengandung efek “nun ma’rifah” atau nun yang diketahui atau “nun nakirah” alias kebodohan. Dari substrat materi yang murni, kata “kun” dapat memberi efek baik atau buruk, iman atau kufur, pintar atau bodoh, sebagaimana unsur kehidupan di alam semesta ini.
Ciptaan yang pertama kali dibuat Allah, sebelum jagat raya ada, bukanlah langit dan bumi, sebagaimana keterangan Genesis. Tetapi yang pertama kali diciptakan adalah Nur Muhammad. Waktu itu belum ada lauh al-mahfuz, pena (qalam), neraka, malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, bintang, jin, bahkan belum ada alam semesta.
Ruh suci (nur Muhammad) ini dibuat dari cahaya Allah sendiri. Oleh sebab Nur Muhammad inilah Allah menciptakan semua makhluk hidup. Kata Allah dalam hadis Qudsi: “Aku ciptakan ruh Muhammad dari nur wajah-Ku”. Para teolog sufi kreasionis memaknainya sebagai serpihan cahaya ilahiyah. Serpihan cahaya adalah bagian dari cahaya utama yang apabila diambil tidak mengurangi substanci cahaya yang asli.
Ibnu Arabi adalah teolog wahdatul wujud. Teori yang diusungnya ini sesuai dengan konsep tajalli (penampakan) wujud Tuhan pada alam empiris. Konsep tajalli adalah fase ketiga dalam thariqah menuju Tuhan, setelah takhalli (membersihkan jiwa) dan tahalli (memperindah diri).
Penciptaan awal ini konteksnya di zaman azali, yaitu 50.000 tahun sebelum era alam semesta. Ia tidak bicara masa awal bumi, zaman dinosaurus, pithecantropus, apalagi homo sapiens. Ibnu Arabi tidak bersinggungan dengan teori evolusi karena ranah evolusi itu terjadi di periode bumi.
Meskipun Allah mampu mencipta dengan sekali hentakan, tetapi semua melalui proses. Itulah sunnatullah yang digariskan di bumi, bahwa semua melalui proses bertahap yang natural. Makhluk-makhluk mengalami perkembangan sedemikian rupa menurut yang dikehendaki Allah, dengan mekanisme natural.
Alam semesta, bumi, laut, Nabi Muhammad, Nabi Adam, binatang, dan semua di alam raya diciptakan melalui proses. Maka teori penciptaan alam Ibnu Arabi ini tidak menegasikan proses gradual alam dan tidak bertentangan dengan teori Origin of Spesies, bahkan justru satu napas.
Bila filsuf besar seperti Thales (546 SM) berpendapat, alam semesta itu berasal dari air, dan Anaximenes (528 SM) berpendapat, alam semesta ini terbuat dari proses pemadatan dan pencairan udara, Ibnu Arabi bicara lebih pada hulu persoalan, bahwa apapun asalnya, Allah-lah yang memberi perintah ada.
Allah menciptakan langit, bumi dan segala yang ada diantaranya dalam waktu enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy (QS. As-Sajdah, 4). Setelah Allah mencipta makhluk, kemudian memercikinya dengan cahaya-Nya. Maka ciptaan-ciptaan itu berkembang menjadi ciptaan-ciptaan lain laksana pohon yang bertumbuh. Ada akar dan tunas, lalu timbul cabang dan ranting, kemudian daun, bunga, dan buah. Begituah makhluk-makhluk tercipta kemudian. Inilah inti sari penjelasan Ibnu Arabi dalam kitab “Syajarah al-Kawn” yang terjemah bebasnya sejarah penciptaan.
Ibnu Arabi dikenal sebagai ulama besar ahli tafsir, filsuf, dan kosmolog serta astrolog. Aliran filsafatnya bersifat teosofik dengan menekankan aspek sufistik. Ia lahir di Andalusia, Spanyol, 1165 M, dan besar di Seville, Cordoba, dan Granada sebelum meninggal di Damaskus pada 1240 M. Selain Syajarah al-Kawn, tulisan Ibnu Arabi lainnya adalah al-Futuhat al-Makiyah, Fushus al-Hikam, Turjuman al-Asywaq, dan lain-lain.
Philosophy of Nature (filsafat alam semesta) yang diperkenalkan Ibnu Arabi sangat disiplin dengan sandaran ayat-ayat dan hadis. Teorinya tentang awal mula penciptaan ini tidak bertentangan dengan pendapat para ulama dan pemikir lain yang menjelaskan penciptaan. Menurutnya, keseluruhan sifat kosmos itu merupakan spektrum dari asma-asma Allah, dan Allah sendiri adalah zat yang memberi energi dan bentuk rupa pada segala entitas yang ada di jagat raya ini.
Di alam raya ini, yang baik maupun yang jahat adalah ciptaan Allah jua. Menurut sebuah hadis, Allah menciptakan makhluk dalam kegelapan total, kemudian memancarkan cahaya ilahiah-Nya. Barangsiapa terterangi oleh cahaya tersebut akan tercerahkan dan terbimbing dengan baik, dan barangsiapa tersembunyi dari cahaya tersebut, dia akan sesat dan rugi (HR. Ahmad). Wallahu a’lam bisshawab.
Judul: Syajarah al-Kawn Ibnu Arabi
Judul Asli: Syajarah al-Kawn
Penulis: Ibnu Arabi
Penerbit: Turos Pustaka
Genre: Spiritualitas/ Agama
Penerjemah: Zainul Maarif
Edisi: Cet 1 Desember 2019
Tebal: 320 Halaman
ISBN: 978-623-7327-33-2