Ketika Wealth Mengejar
Kita sering mendengar istilah roda kehidupan senantiag berputar. Peruntungan seseorang senantiasa berubah mengikuti siklus waktu. Jika perjalanan hidup seseorang dari lahir sampai meninggal dunia digambarkan dalam bentuk grafik, tentu akan tercipta kurva yang terbentuk dan naik turunnya peruntungan tersebut. Karena bentuknya yang seperti ombak, para reader sering menyebutnya sebagai gelombang pasang-surut arus kehidupan.
Ada kalanya seseorang berada pada titik terendah kehidupan. Ada kalanya berada pada kondisi datar. Namun siapa pun pastilah setidaknya sekali dalam seumur hidupnya akan berdiri di puncak kehidupan. Momen terbaik dalam hidup yang datang karena peruntungannya sedang berada di puncak.
Kondisi puncak peruntungan setiap orang berbeda-beda. Ada yang puncak kehidupannya hanya sekedar memiliki rumah, mobil, karir baik, gaji lancar. Ada yang puncak kehidupannya memiliki reputasi yang dikenal seluruh dunia. Ada pula yang puncak kehidupannya mampu mengumpulkan kekayaan setara APBN sebuah negara. Tingkat pencapaian itu tergantung pada bakat, usaha, lingkungan, ambisi, pola pikir, pergaulan, dan banyak hal lagi yang pada dasarnya berkaitan erat dengan perbuatan dan keputusan yang diambil oleh seseorang.
Berdasarkan prinsip itu hendaknya setiap orang dalam hidup senantiasa mengedepankan dua hal, yaitu berpikir besar dan bertindak besar. Dengan demikian seseorang akan memiliki ambisi, memiliki effort untuk meng-upgrade dan mempersiapkan dirinya, dan pada akhirnya bisa mengerahkan effort yang sesuai dengan mimpinya tersebut. Semakin besar pikiran dan perbuatan seseorang, semakin besar panggung tempat ia berpijak, dan akan semakin besar pula pencapaiannya saat puncak kehidupan tersebut datang.
Sekitar belasan tahun yang lalu saya mengunjungi kediaman seorang klien. Ia masih muda. Ia meminta saya untuk melakukan audit FengShui rumah tinggal milik orangtuanya. Tujuannya renovasi untuk penambahan bangunan dan sejumlah kamar. Renovasi itu harus dilakukan, sebab sang klien muda yang telah menyelesaikan studi di Australia, diminta untuk tinggal bersama orangtuanya. Agaknya sang ayah menganggap sudah waktunya ia pensiun dan mewariskan bisnis dan tempat tinggalnya kepada sang anak.
Setelah berkeliling rumah yang bersangkutan, saya diajak untuk duduk di ruang makan yang memilik sebuah meja panjang berkapasitas dua belas sampai empat belas kursi. Sang klien mempersilakan saya duduk berhadapan dengannya. Namun kami tidak berdua di ruangan tersebut. Pada sudut meja, kursi kebesaran, duduk seorang pria berusia sekitar 70-an tahun. Beliau adalah ayah sang klien muda. Kehadiran beliau tentu saja untuk ikut mendengarkan hasil audit FengShui rumah yang telah ia tempati selama puluhan tahun, dan juga ingin mengetahui bagaimana rencana saya dalam merenovasinya.
“Shifu, setelah anda berkeliling tadi, bagaimana kesan anda terhadap kediaman saya ini?” Mr Cai, nama sang Ayah, bertanya setelah saya mengucapkan salam.
“Mr Cai, mohon jangan sungkan. Panggil saya Andrie saja.” Saya buru-buru menolak panggilan kebesaran tersebut. Lalu, saya menyambung, “Saya mendengar bahwa rumah ini terakhir kali anda renovasi pada tahun 80-an, apakah benar?”
“Ya, benar. Rumah ini terakhir kali hanya rumah kecil dengan tanah lebar. Namun, setelah anak-anak saya lahir, saya beranggapan membutuhkan rumah yang Iebih besar. Itulah sebabnya saya melakukan renovasi. Kalau saya tidak salah ingat, renovasi terakhir adalah tahun 1988, periode 7.”
Mendengar jawaban Mr Cai ini, saya mengangkat alis. Jawaban beliau menunjukkan bahwa beliau bukanlah sosok yang asing terhadap ilmu FengShui. Bahkan mungkin juga beliau adalah sosok pengusaha yang tidak asing terhadap praktik destiny. Secara pribadi, saya menyukai klien yang memiliki pengetahuan dasar tentang seni metafisik ini. Lebih memudahkan saya untuk memberikan penjelasan, karena ada sisi teknikal yang bisa saya ulas.
“Tampaknya Mr Cai akrab dengan seni FengShui, ya? Kebetulan memang ketika tadi saya berkeliling, saya melihat ada beberapa ciri prinsip FengShui diterapkan pada bangunan ini. Apakah pembangunan rumah ini dulunya memakai jasa seorang konsultan?,” saya balik bertanya.
Pertanyaan saya itu dibenarkan oleh sang tuan rumah, “Benar… Pada renovasi terakhir memang saya memakai jasa seorang Master FengShui dari Hongkong. Khusus mengundang beliau untuk memberikan petunjuk renovasi.”
“Namun apakah sang konsultan memberi info bahwa kediaman anda wajib diubah pada periode 8? Karena setelah lewat tahun 2004 rumah ini telah kehilangan energi. Secara perlahan mengalami kemunduran,” saya, lanjut bertanya.
“Ya, ketika itu beliau juga menginformasikan hal yang sama. Namun, karena satu atau dua sebab, kami memutuskan untuk tidak mengundang beliau lagi,” Mr Cai menjawab.
Belakangan saya mengetahui bahwa biaya yang dikenakan oleh sang konsultan Hongkong tersebut menjadi kendala untuk Mr Cai mengundangnya kembali. Harga yang dikenakan puluhan lipat dari harga awal. Tidak tahu karena alasan apa.
“Lalu, bagaimana menurut anda? Bagaimana kondisi rumah saya saat ini secara FengShui?,” Mr Cai mengulang pertanyaannya.
Saya pun kembali kepada topik. “Sesuai yang barusan saya sampaikan, rumah in disebut sebagai rumah yang telah kehilangan periode. Setelah memasuki periode 8, perlahan kehilangan energi. Bisnis yang bersinar terang perlahan meredup. Kerjasama dan partnership juga kacau. Dan, masih harus terkena masalah hukum dan sengketa.
Mendengarkan hal tersebut, Mr Cai manggut manggut. Mengiyakan, namun seakan tidak terlalu terkesan. Tampaknya kalimat seperti itu sudah seringkali ia dengar. Oleh karena itu, saya membahas sesuatu yang lebih spesifik.
“Ada sesuatu lagi yang hendak saya beritahukan pada anda. Mengenai masalah yang sering terjadi pada rumah tinggal ini,” saya menyambung, yang kemudian disambut dengan tatapan penasaran Mr Cai. “Rumah ini mengalami kesalahan dalam penataan dapurnya, menciptakan kondisi Zao Hua. Sudah berkali-kali terjadi skandal asmara di rumah ini, yang jika diketahui oleh publik akan sangat memalukan. Atau, berpotensi untuk mencoreng nama.”
Kali ini saya berhasil membuat Mr Cai bereaksi. Namun, sebelum ia sempat berbicara, sang anak bangkit dan berkata keras, “Benar sekali! Bagaimana anda bisa tahu?!”
Rumah kediaman Mr Cai tersebut cukup luas, sehingga membutuhkan banyak pembantu. Dalam beberapa tahun terakhir, ternyata di kediaman tersebut telah terjadi empat kali skandal yang melibatkan sang pembantu. Empat kali pembantu yang berbeda-beda hamil. Ada yang karena berpacaran di luar, ada yang karena skandal bersama satpam. Kondisi ini membuat keluarga tersebut menjadi was-was dan senantiasa khawatir, akan skandal apa yang bisa tercipta lagi. Jangan-jangan nanti giliran anggota keluarga pula yang terlibat skandal baru.
Rahasia tersebut disimpan rapat-rapat di antara anggota keluarga tanpa diketahui pihak luar. Mau tidak mau, perkataan saya ini telah membuktikan kemampuan yang saya miliki. Apa yang saya sampaikan juga berhasil menarik simpati Mr Cai untuk mempercayai saya dalam audit rumah tinggalnya. Pertemuan hari itu kami tutup setelah saya selesai mengkonsepkan perubahan rumah tinggal tersebut.
Beranjak dari hari tersebut, jika kebetulan berada di kota yang sama, saya sering bolak-balik berkunjung. Pada satu sisi mengawasi pengerjaan rumah tinggal tersebut. Dan di sisi lain, menyempatkan diri mengobrol dengan Mr Cai.
Beliau seperti banyak orang tua lainnya sangat suka bertemu teman bicara, bertukar pikiran, dan bercerita tentang masa lalu. Agaknya periode di mana ia harus pensiun cukup menyiksa dan membuatnya merasa bosan. Itulah sebabnya setiap kedatangan saya selalu disambut oleh beliau dengan gembira. Mendapat teman mengobrol, terutama mengenai metafisik yang sangat ia gemari. Saya dengan senang hati berbagi pengalaman dalam setiap perjalanan saya. Beliau juga sering sekali bercerita mengenai perjalanan masa muda beliau dalam mengarungi samudra bisnis. Dua orang, terpaut usia puluhan tahun, menjadi akrab.
Pada suatu hari, Mr Cai membuka data chart-nya kepada saya, dan berkata. “Andrie. Coba kamu liat BaZi saya ini! Menurut kamu, kapan periode puncak kejayaan seumur hidup saya?!”
Saya menatap Mr Cai sejenak, sedikit kaget karena selama ini kami mengobrol tidak pernah ia meminta saya membaca chart BaZinya. Agaknya hari ini spesial.
Selesai mengamati, saya lalu berkata, “Chart yang anda miliki sungguh spesial. Empat pilar tanpa wealth. Lahir pada kondisi dingin, miskin. Namun, memiliki potensi besar. Putus sekolah pada usia muda, meniti karir pula pada usia muda. Dari usia 17 tahun memasuki periode batik secara konstan mendaki. Sampai kepada periode puncak kehidupan anda yaitu pada kurun 1996-2001. Perjalanan anda sangat spektakuler, bahkan tiupan angin kecil saja mampu melambungkan anda menggapai langit. Setelah periode puncak ini, sayangnya anda berjalan menuruni lembah, dan harus berhadapan dengan jalan peruntungan menurun.”
Mr Cai yang meski sudah tua namun masih bersemangat, menjawab dengan gembira. “Benar sekali!!!”
“Kamu tahu kondisi apa yang paling melelahkan dan merepotkan di dunia ini?” Mr Cai menyambung pertanyaannya.
“Saya tidak tahu. Mohon petunjuk anda,” jawab saya Singkat, menunggu topik dan pelajaran yang hendak disampaikan lebih lanjut oleh Mr Cai.
“Yang paling melelahkan di dunia ini bukanlah mencari uang. Ketika seseorang mencari uang, ia masih bisa beristirahat saat lelah!,” Mr Cai melanjutkan dengan antusias. “Namun, saat uang mencari kita, matilah kita. Sama sekali tidak bisa bernafas! Itulah yang saya alami pada perjalanan saya di puncak kehidupan itu!”
Sebelumnya, saya telah mengetahui dari cerita-cerita Mr Cai, bahwa dulunya ia terlahir sangat miskin. Putus sekolah pada usia muda. Beliau ikut mencar nafkah membantu orangtuanya untuk menyekolahkan banyak saudaranya. Pekerjaan yang ditekuni keluarga Cai adalah tukang tambal ban sepeda di pinggir jalan.
Mr Cai muda bekerja membantu ayahnya dengan sangat gigih, namun hasil yang diperoleh tidak sepadan. Pada suatu hari, saat periode baiknya telah muncul, ia bertemu pelanggan yang merupakan karyawan sebuah BUMN perkebunan. Sambil menunggu bannya ditambal, pelanggan yang ternyata salah satu petinggi perkebunan tersebut tertarik melihat kegigihan Mr Cai.
Ban pun selesai ditambal, sang pejabat perkebunan itu menawarkan agar Mr Cai membuka lapak di kantor perkebunan mereka. Karyawan perkebunan_tersebut umumnya bersepeda untuk meninjau lahan perkebunan yang sangat luas tersebut. Melayani para pekerja perkebunan tersebut yang jumlahnya banyak tentu akan memberikan omset yang lebih stabil bagi Mr Cai.
Mr Cai menyetujui tawaran itu. la berpisah dari sang ayah. Ketika ia membuka lapak baru di perkebunan tersebut, sang ayah tetap tinggal di lapak lama. Dengan demikian mereka bisa mendapatkan penghasilan dobel dan yang tentunya lebih stabil.
Penghasilan Mr Cai dengan cepat melebihi lapak sang ayah. Para pelanggannya umumnya karyawan perkebunan tersebut. Kedua belah pihak sama-sama terbantu. Pekerja perkebunan tersebut tidak perlu mendorong jauh sepeda mereka yang bocor ke kota. Sementara itu, Mr Cai mendapatkan banyak langganan yang secara konstan akan kembali melakukan maintenance ban sepeda mereka.
Mr Cai adalah sosok yang ulet dan tanggap. Dari menambal ban sepeda, ia melihat peluang bahwa ternyata tidak semua pekerja perkebunan tersebut memiliki sepeda yang kala itu masih dianggap barang mewah. Ia pun berinovasi. Setelah menjual semua harta yang bisa dijual, keluarga Cai pun memberanikan diri membeli dua unit sepeda. Mr Cai lalu menjualnya kepada karyawan tetap perkebunan tersebut dengan sistem kredit. Bermodal dua unit sepeda tersebut, pelanggan Mr Cai terus berlipat ganda hingga menjadi ratusan unit. Dalam seketika, ia telah menjadi orang yang berkecukupan.
Namun, Mr Cai tidak berpuas diri. Ia tetap menekuni profesinya. Pada waktu senggangnya ia ikut berkeliling perkebunan tersebut. Ia mulai mempelajari cara mengelola perkebunan, mulai dari membuka_lahan, perawatan, hingga ke pengelolaan keuangannya. Kebiasaannya ini menjadi pengetahuan, dan pengetahuan mendatangkan, peluang baru.
Ia pun bertransformasi sekali lagi, melebarkan sayapnya. Kali ini ia mengumpulkan semua modal yang ia miliki, dan membeli beberapa alat berat. Ia menjadi kontraktor yang menjual jasa membuka lahan kepada perkebunan tersebut.
Bisnisnya pun berkembang cepat sekali.
Dari profesi barunya ini, Mr Cai sudah jauh berbeda dengan anak ingusan yang bertahun-tahun lalu menambal ban di tepi jalan. Ia telah menjadi seorang pengusaha terkenal, dan memiliki kantor berikut rumah besar di ibukota propinsi. Keluarganya juga ia boyong untuk membantunya dalam mengelola bisnisnya yang telah menjadi besar tersebut.
Sejauh ini, itulah kisah yang telah dapat saya rangkumkan dari kehidupan Mr Cai. Pasca masa tersebut, saya buta sama sekali karena belum pernah diceritakan oleh beliau. Agaknya hari inilah saatnya kisah Mr Ca akan berlanjut. Dengan antusias saya mendengarkan.
Berikut penuturan beliau pada hari tersebut.
Dalam waktu singkat Mr Cai telah menjadi sosok yang sangat berpengaruh. Bukan hanya di BUMN perkebunan tersebut, reputasinya sampai membuatnya memiliki hubungan dekat dengan menteri BUMN yang menjabat pada saat itu.
Pada suatu hari Mr Cai kedatangan seorang petinggi BUMN perkebunan. Sesungguhnya BUMN perkebunan itu memiliki banyak sekali lahan yang tersebar di seluruh negeri. Dinamakan sesuai dengan nomer urutnya yaitu perkebunan I, II, III, dst. Sosok yang menemui Mr Cai ini adalah kenalan dekatnya, beberapa kali pula mengerjakan proyek bersama. Saat itu ia menjabat sebagai Dirut perkebunan VII (Nomer ini mungkin kurang akurat, karena ingatan saya juga cukup samar).
Sang Dirut mendapatkan kabar bahwa ia akan dimutasi, dipromosikan menjadi Dirut Perkebunan III. Perkebunan Ill memiliki luas, omset, dan modal yang jauh lebih besar daripada perkebunan tempat ia ditugaskan sekarang. Meski merupakan berita baik, namun agaknya ia tidak berpuas diri. Tujuan sejatinya adalah Perkebunan II, yang memiliki luas dua kali lipatnya dari Perkebunan III.
Ia telah lama mendengar bahwa Mr Cai memiliki hubungan yang baik dengan Menteri BUMN. Maka, kedatangannya pada hari itu bertujuan untuk meminta bantuan Mr Cai melobi sang Menteri. Ia berharap bisa ditempatkan di Perkebunan II.
Sebagai sosok yang setia kawan, Mr Cai menyanggupi hal ini, namun tidak berani menjanjikan hasil apapun kepada sang Dirut. Dalam hati kecil sang Dirut pun, sebenarnya telah mengerti bahwa keputusan pemindahan tersebut telah final. Namun tidak ada salahnya mencoba pikirnya.
Singkat cerita, terjadilah pertemuan antara Mr Cai, dengan Menteri BUMN. Ketika Mr Cai menyinggung, masalah promosi Dirut tersebut, sang Menten menjawab, “Tidak bisa Cai. Itu (promosi dan mutak, sudah keputusan. Lihat ini suratnya bahkan sudah ditandatangani oleh Presiden!” Sambil berbicara sang Menteri menunjukkan sebuah surat keputusa yang menuliskan nama sang Dirut, ditempatkan pada Perkebunan III.
Mr Cai memegang dan membaca surat keputusan tersebut. Ketika itu, entah kerasukan roh apa, Mr Cai melakukan sebuah tindakan spontan yang dalam mimpi pun tidak pernah terpikirkan olehnya. Ia mengambil bolpennya, lalu mencoret aksara romawi pada surat keputusan tersebut. Angka III dicoret satu garis, menjadi sisa angka II. Sambil berkata, “Gampang saja ini, Pak. Tinggal dicoret begini kan beres.”
Melihat hal tersebut, sang Menteri terlonjak dan kursinya. Marah, meradang, murka. “Kamu jangan sembarangan! Kamu bisa saya gampar di sini!” Wajahnya merah padam karena amarah, memandang surat pengangkatan tersebut yang telah tercoret di hadapannya.
Mr Cai ikut terlonjak kaget. Bentakan sang Menteri telah menyadarkannya. Ia sama sekali tidak memukirkan seriusnya efek perbuatannya. Buru-buru ia meminta maaf, bahkan meminta ampun kepada sang Menteri yang merupakan karibnya tersebut.
Nasi sudah menjadi bubur. Setelah menguasai amarahnya, sang Menteri akhirnya meminta Mr Cai untuk meninggalkan kediamannya. Meninggalkan dirinya yang pusing tujuh keliling.
Yang terjadi berikutnya unik, dan tidak disangka. Sang Menteri yang sudah kadung meminta tanda tangan Presiden tentu tidak mungkin untuk meminta penandatanganan dokumen yang sama lagi. Hal tersebut hanya akan menunjukkan inkompetensinya dalam menjaga dokumen penting. la akhirnya membubuhkan paraf pada bagian yang dicoret, dan mengirimkan dokumen tersebut kepada sang Dirut, yang tentu kaget sekali menerima penugasan ke Perkebunan II, sesuai dengan impiannya.
Berita tersebut tersebar dengan cepat. Seluruh jajaran BUMN gempar. Karena hampir semua orang telah mengetahui bahwa sang Dirut telah resmi ditempatkan pada Perkebunan III. Semuanya takjub dan menjadi lebih hormat lagi kepada Mr Cai. Ternyata sebesar itu kekuasaannya bahkan mampu membatalkan surat penugasan yang telah diresmikan. Hal itu dipertegas saat mereka diperlihatkan surat penugasan yang terdapat coretan Mr Cai. Gosip pun beredar bahwa Mr Cai ini adalah sosok yang tidak boleh disinggung, dan dilawan, sebab keberaniannya mencoret Surat keputusan tersebut menegaskan ia memiliki pengaruh yang besar.
Setelah kejadian tersebut, seluruh direktur BUMN Jain berlomba-lomba mencari muka kepada Mr Cai. Setiap ada proyek pembukaan lahan, pembangunan pabrik, dan banyak proyek lainnya, wajib mereka menggunakan jasa perusahaan Mr Cai. Ketika Mr Cai menolak dengan alasan sudah keteteran, para Dirut tersebut hanya menjawab bahwa dokumen kontrak telah dikeluarkan, dan nama perusahaan Mr Cai lah yang ditugaskan untuk menggarap. Benar-benar uang yang mengejar Mr Cai.
Dari periode tersebutlah, Mr Cai akhirnya mengalokasikan wealth-nya untuk memiliki banyak aset. Ia menabung dalam bentuk logam mulia dan US dollar. Memasuki periode 1996-2001, yang saya sebutkan sebagai klimaks kehidupannya, terjadi krisis moneter yang melipat gandakan nilai emas dan US dollar. Secara mendadak kekayaannya bertambah berkali-kali lipat, sebagai lonjakan terakhir dari periode baiknya.
Readers, meski kisah di atas terlihat begitu muluk, namun demikianlah kenyataan bahwa dalam setiap kehidupan seseorang pasti ada titik puncak siklus peruntungan. Titik di mana orang tersebut memiliki pencapaian tertinggi, yang tentu dukuti oleh caranya menikmati kehidupan, wealth, atau reputasinya. Jika ada seseorang yang merasa ia tidak pernah berada pada puncak kehidupan, bukan karena puncak tersebut tidak ada. Namun cara hidup, manajemen diri, personality yang lemahlah yang menciptakan kurva peruntungan landai. Akibatnya, ketika mencapai titik puncak peruntungannya, orang tersebut masih saja bermain di level bawah.
Tujuan destiny reading sangat simple, seperti membaca peta. Setelah seseorang mengerti karakteristik, kelebihan dan kelemahannya, Ia juga akan mengerti alur perjalanan hidup berikut bahaya, tantangan, dan peluang yang ada. Hendaknya orang tersebut berpikiran, bertutur kata, dan berlaku lebih baik. Agar mampu meningkatkan diri sendiri. Dengan demikian ia akan mampu menjadi pribadi yang lebih baik. Agar saat pada periode peruntungan datang menghampiri, tidak ada penyesalan kenapa lalai mempersiapkan diri.
Mr Cai, sang tokoh fiktif, telah lama tiada. Keturunannya pun telah pindah ke luar negeri, menyisakan kenangan dan rasa hormat saya kepada beliau setiap kali mengingat peristiwa ketika wealth datang mengejar.