SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TIDUR
Tidur adalah sebuah fenomena biologis alami yang dialami oleh setiap manusia sekali atau dua kali dalam sehari, ketika manusia berpindah dari kondisi sadar menuju kondisi tidak sadar. Selama tidur, manusia tidak merasakan apa yang terjadi di sekelilingnya, bahkan tidak merasakan dimensi waktu di mana dia berada.
Tidur menyimpan banyak rahasia dan misteri aneh yang sama sekali belum mampu diungkap oleh para ilmuwan pada masa lalu. Hingga kini, hanya sedikit saja rahasia dan misterimisteri tidur yang berhasil diungkap oleh para ilmuwan.
Para ilmuwan dan peneliti berusaha mempelajari fenomena tidur dan melakukan banyak uji coba. Dari penelitian dan uji coba itu, mereka berhasil mengungkap beberapa fakta yang tidak diketahui sebelumnya.
Setiap hari manusia hidup dalam dua alam yang sama sekali berbeda, yaitu alam terjaga dan alam tidur. Manusia di alam terjaga, terhubung dengan alam dunia, sedangkan di alam tidur dia terhubung dengan alam semesta dan alam arwah.
Alam tidur merupakan alam yang penuh misteri dan keajaiban. Akan tetapi, karena manusia sudah terbiasa melaluinya setiap hari, manusia menganggap tidur sebagai sebuah hal yang biasa. Padahal, sebenarnya tidak seperti itu. Tidur merupakan salah satu hal paling ajaib yang terjadi pada manusia dalam kehidupannya di dunia ini.
Para ilmuwan terdahulu, sering memikirkan fenomeng tidur, Mereka mencoba menerobos misteri dan rahasia-rahasi, tidur yang tersembunyi, tetapi mereka hanya mendapatkan teori, imajinasi, dan asumsi.
Para ilmuwan modern mampu menangkap rahasia-rahasia ilmiah pertama dari fenomena tidur pada era ilmu pengetahuan, Saat ini. Hasil-hasil penelitian dan percobaan laboratorium me. nunjukkan hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya.
Bagi filsuf Yunani, segala sesuatu memiliki dewa, termasuk dewa tidur yang bernama Hypnos. Mereka menganggap dewa Hypnos sebagai putra dari dewa malam yang bernama Nyx. Mereka meyakini bahwa Hypnos bersaudara kandung yang mereka sebut dewa Thanatos, yaitu dewa kematian. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa tidur dan kematian adalah anak dari ayah yang sama, yaitu dewa malam.
Orang-orang Yunani berdoa kepada dewa kehidupan karena mereka takut tidak bangun lagi dari tidur. Keyakinan dan pemikiran mereka itu keliru. Kita berdoa kepada Allah swt. sebelum tidur, tetapi karena alasan yang berbeda dari tindakan masyarakat Yunani.
Sementara itu, Kitab Kejadian dalam terjemah Taurat (Perjanjian Lama) melukiskan tidur seperti sebuah kondisi koma. Di dalamnya disebutkan bahwa Tuhan memasukkan Adam ke dalam kondisi tidur yang lelap. Ketika dia tidak me rasakan apa-apa, Tuhan bisa mengambil salah satu rusuknya untuk menciptakan Hawa.
Apa yang disebutkan oleh terjemah dari Alkitab itu tidaklah benar. Jumlah tulang rusuk laki-laki tetap utuh tanpa ada satu rusuk pun yang hilang. Allah swt. menciptakan Hawa dari sel tulang rusuk Adam. Dan kami cenderung mengatakan bahwa Hawa dikloning dari Adam. Jika para ilmuwan pada masa sekarang saja mampu mengkloning makhluk dari sel hidup yang berasal dari makhluk lain, bukankah Allah swt. lebih kuasa dibandingkan hamba-hamba-Nya untuk mengkloning Hawa dari sel salah satu tulang rusuk Adam, tanpa mengurangi apa pun dari tulang rusuk itu, kecuali hanya satu sel saja yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop? Ya, tentu Allah swt. berkuasa untuk melakukan hal itu.
Para filsuf Yunani mengalami kebingungan dan tidak mampu membedakan antara tidur dan kematian. Kondisi ini bertahan sampai masa Shakespeare. Dalam ceritanya yang berjudul Romeo and Juliet dia menyebutkan bahwa Juliet mengonsumsi sebuah obat tidur, sehingga dia mengalami tidur yang dalam dan lelap. Romeo berpikir Juliet meninggal dunia sehingga dunia menjadi gelap dan sempit di matanya. Dirinya merasa bosan hidup dan berpikir sudah tidak ada gunanya lagi hidup di dunia. Akhirnya, dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dia tidak tahu bahwa sebenarnya Juliet masih hidup dan hanya tertidur saja.
Injil Yohanes mengisahkan tentang penyakit yang membuat Eleazar meninggal. Setelah empat hari dimakamkan, Yesus Kristus menghidupkannya kembali dengan mengunjungi kuburannya dan berseru, “Keluarlah, wahai Eleazar!” Lalu Eleazar bangkit dari dalam kuburnya dalam keadaan hidup sambil menyeret kain kafannya. Kemudian, orang-orang Hawari bertanya kepada Eleazar tentang apa yang terjadi pada dirinya. Dia berkata, “Aku berada dalam sebuah tidur yang sangat nyenyak dan tenang.”
Al-Quran menyebutkan bahwa Nabi Isa as. dikaruniai oleh Allah swt. kemampuan untuk menghidupkan kembali orang mati dengan izin-Nya. Allah menceritakan perkataan yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa as. dalam firman berikut,
“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 49)
Allah juga berkata kepada Nabi Isa as.,
“Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah, ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku.” (QS. al-Maidah [5]: 110)
Para filsuf Yunani mencoba mempelajari penyebab tidur. Dalam hal ini, pendapat mereka berbeda-beda. Contoh, filsuf Empedocles percaya bahwa manusia terdiri dari empat elemen, yaitu air, udara, api, dan tanah. Dia mengatakan, “Unsur api jika terpisah dari tubuh manusia, dia akan masuk ke dalam kondisi tidur yang nyenyak.” Sejak zaman kuno sampai masa pertengahan dan setelahnya, bermunculan banyak teori tentang rahasia dan misteri tidur.
Pada abad ke-18, Alexander Stewart, seorang ilmuwat fisiologi, menyebutkan bahwa tidur timbul dari terjadinya penurunan pada animal spirit karena terkuras selama melakukan ak tivitas pada siang hari. Setelah Alexander Stewart, bermunculan banyak ilmuwan yang memiliki teori penyebab tidur. Akan tetapi, semua teori itu secara umum hanya berupa asumsi dan jmajinasi yang tidak benar.
Pada abad ke-19, ilmu pengetahuan menyangkut tema ini tidak mengalami kemajuan. Teori paling terkenal waktu itu tentang sebab-sebab tidur adalah kadar oksigen dalam darah menurun selama tidur. Hal inilah yang memengaruhi otak, hingga menyebabkan tidur. Ini adalah keyakinan yang tidak benar.
Sementara itu, pada abad ke-20, para ilmuwan mulai menapakkan kaki mereka di jalur yang benar, ketika mereka menemukan apa yang disebut dengan teori autotoksemia (autotoxicosis).
RITME WAKTU BIOLOGIS TIDUR
Setiap hari, manusia melewati dua kondisi, yaitu kondisi tidur dan terjaga. Di balik itu, pasti terdapat sebuah sistem yang sangat cermat dan akurat dalam sistem saraf pusat.
Para ilmuwan telah lama meneliti masalah ini, sampai akhirnya mereka menemukan bahwa di dalam otak terdapat sebuah pusat khusus yang mengontrol kondisi tidur dan terjaga. Hal inilah yang mendorong manusia atau hewan bangun pada jam tertentu di pagi hari dan tidur di malam hari. Mereka menyimpulkan bahwa pusat itu bekerja sebagai jam biologis tidur dan bangun. Bahwa jika seseorang mengikuti jam biologis itu, dia akan memiliki kualitas tidur yang nyenyak dan nyaman di malam hari, aktif secara fisik dan pikiran di siang hari, kesehatan fisik dan psikologisnya terpelihara dengan baik dan terhindar dari banyak penyakit.
Para dokter menyarankan untuk menghindari begadang di malam hari dan tidak merampas kebutuhan tubuh untuk tidur. Karena jika mereka begadang dan tidak memenuhi kebutuhan tubuhnya untuk tidur, mereka tidak bisa menikmati tidur nyenyak dan nyaman, tidak bisa bangun di pagi buta, dan ketik, bangun mereka merasa lesu, lelah, dan tidak fit. Sunah nabawiyah telah memberitahukan hal ini pada kita. Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sayar bin Salamah dari Abu Barzah al-Aslan; ra., dia berkata,
“Rasulullah saw. menganjurkan untuk mengakhirkan shalat Isya. Beliau tidak menyukai tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang setelah Isya.”
Kandungan hadis ini merupakan bahasa lain tentang kemakruhan begadang di malam hari. Disebutkan dalam riwayat Abdurrahman bin Qasim dari ayahnya dari Aisyah ra., dia berkata, “Rasulullah saw. tidak tidur sebelum Isya dan tidak begadang setelah Isya.” As-Samar atau begadang adalah menghabiskan sebagian dari waktu malam untuk mengobrol dengan orang lain.
As Samar secara bahasa bermakna ‘cahaya rembulan.’ Kata ini lalu digunakan untuk menyebutkan makna berbincang-bincang 4 malam hari karena orang-orang suka berbincang-bincang di tengah cahaya rembulan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra., dia berkata, “Rasulullah saw. melarang kami mengobrol setelah malam hari.”
Oleh karena itu, para sahabat tidak mengobrol sampai malam, tetapi mereka segera tidur tidak lama setelah shalat Isya. Mereka bangun untuk menunaikan shalat Subuh, lalu tidur sebentar dan bangun lagi ketika cahaya matahari mulai terbit dengan kondisi fit, energik, bugar, dan penuh vitalitas karena mereka telah memenuhi kebutuhan tubuh untuk istirahat secara cukup.
Saat ini, sudah menjadi hal yang diakui keabsahannya bahwa di otak terdapat sebuah pusat yang bekerja sebagai jam biologis yang di dalamnya berlaku waktu biologis. Pusat itu terletak di dalam sel-sel otak. Jam biologis ini menentukan jam bangun dan jam tidur. Ritme waktu tidur dan bangun itu dalam ilmu biologi dikenal dengan nama Circadian Rhythm.
Ritme waktu ini terdapat pada semua makhluk hidup, termasuk di dunia tanaman dan serangga. Bunga-bunga akan merekah pada waktu tertentu yang simultan dengan waktu aktivitas serangga menghinggapi bunga tersebut. Serangga datang dan mengisap nektar dari bunga yang ada. Dengan demikian, ketika beraktivitas, serangga-serangga itu melakukan sebuah tugas penting, yaitu membantu proses penyerbukan dengan serbuk sari yang menempel di tubuh serangga. Seakan-akan bunga menarik serangga-serangga itu dengan menyekresi nektar. Lalu serangga pun mendatanginya. Dengan demikian, telah berlangsung hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara bunga dan serangga.
Ada tanaman yang bunga-bunganya mekar hanya pada malam hari dan ada pula tanaman yang bunga-bunganya mekar pada siang hari, mengikuti waktu aktivitas serangga yang mengunjunginya. Oleh karena itu, keberlangsungan siklus hidu tanaman dan serangga tergantung pada ritme waktu bangun dan tidur setiap tanaman dan serangga. Tidak diragukan lag bahwa silih bergantinya siang dan malam memiliki signifikang yang sangat besar bagi ritme waktu bangun dan tidur itu. Juga bagi kelanjutan dari kehidupan tanaman dan serangga serta bagi keteraturan waktu-waktu bangun dan tidur pada manusia dan semua makhluk hidup lainnya. Kita menemukan hal ini dalam ayat berikut.
“Dan kepunyaan Allah segala yang diam (sakana) pada malam dan siang. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-An’am [6]: 13)
Kata sakana dalam ayat ini maksudnya adalah tenang, diam, dan menetap. Jika disebutkan kata-kata diam di malam hari, itu menunjukkan makna tidur.
Ayat di atas menyebutkan makna diam dan tenang atau as-sukun, tidak menyebutkan makna gerak atau harakah, karen diam menunjukkan adanya gerakan.
Ayat di atas diawali dengan kata, lahu (kepunyaan Allah swt.). Hal tersebut berarti bahwa semua yang diam dan ber’ gerak, tidur dan terjaga di alam semesta ini adalah kepunyaan Allah swt. Kepunyaan Dia-lah semua makhluk yang diam dan tenang setelah bergerak dan beraktivitas, pada malam hari atau siang hari. Di sini disebutkan kata diam dan tenang, tetapi tidak disebutkan kata bergerak, karena biasanya diam dan tenang merupakan nikmat yang lebih agung dari nikmat bergerak. Sebab di dalam diam dan tenang, kondisi istirahat dan tidur bisa terwujud.
Di samping itu, makna dari ayat di atas juga mengandung sebuah isyarat ilmiah bahwa ada sebagian makhluk yang diam, tenang, dan tidur di malam hari, dan ada pula sebagian makhluk yang diam, tenang, dan tidur di siang hari. Inilah yang diisyaratkan oleh ayat, “Dan kepunyaan Allah segala apa yang diam di malam dan siang.”
Ayat “Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” maksudnya adalah Allah swt. Maha Mendengar setiap apa yang terdengar dan tidak terdengar oleh kalian. Allah swt. mendengar segala sesuatu, bahkan bisikan hati. Allah swt. juga Maha Mengetahui segala yang diketahui dan tidak diketahui oleh kalian secara mutlak, baik secara umum maupun terperinci.
Diam dan tenang di malam hari lebih umum dari keadaan gerak karena setiap keheningan—diam dan tenang—akan diikuti dengan gerak. Jadi, diam merupakan kondisi asal. Karena yang ada pada awal permulaan penciptaan adalah kondisi diam. Seandainya kondisi bergerak dalam penciptaan adalah sebagai kondisi asal, tentu kondisi inilah yang disebutkan. Jadi, diam lebih layak untuk disebutkan daripada gerak. Oleh karena itu, ayat di atas menyebutkan diam dan tidak menyebutkan gerak.
Dalam al-Quran juga disebutkan peredaran serta silih ber. gantinya malam dan siang serta keterkaitannya dengan semua makhluk yang ada di alam semesta. Allah swt. berfirman,
“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang ity dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bag, orang-orang yang bertakwa.” (QS. Yanus [10]: 6)
Allah swt. juga berfirman,
“Dia-lah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat dan (menjadikan) siang terang benderang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.” (QS. Yianus [10]: 67)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tidur pada malam hari lebih utama daripada siang hari, kecuali dalam kondisi darurat.
Dalam ayat itu kita menemukan adanya kesamaan yang dihilangkan. Kira-kira maknanya adalah Allah swt. menjadikan untuk kalian malam dalam kondisi gelap supaya kalian tenang dan beristirahat, kemudian menjadikan siang hari terang su paya kalian beraktivitas, bergerak, dan bekerja. Sesungguhnys pada yang demikian itu terdapat petunjuk akan kuasa dan rahmat Allah swt. kepada makhluk-Nya. Manusia harus mendengar, mentadaburi, merenungkan, dan mengamalkan makna ayat-ayat tersebut.
Di Mana Letak Jam Biologis di dalam Otak dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Para ilmuwan telah menemukan bahwa jam biologis terdapat di bagian dasar otak yang disebut hipotalamus. Ada yang mengatakan bahwa kelenjar pineal yang menyekresi melatoninlah yang mengendalikan jam biologis tidur dan bangun.
Ada pula ilmuwan yang percaya bahwa perputaran malam dan siang, gelap dan terang pada permukaan bumi memengaruhi jam biologis. Oleh karena itu, waktu bangun dan tidur pada manusia, hewan, dan tanaman bertepatan secara simultan dengan waktu geografis tempat siang dan malam berada. Jam biologis tidak dapat bekerja tanpa pengaruh terang dan gelap. Oleh karena itu, keteraturan jam biologis bergantung pada pergantian siang dan malam. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam ayat yang di atas, yaitu ayat 13 surah al-An’am serta ayat 6 dan 67 surah Yunus.
Jam biologis ini tidak hanya terdapat di dalam otak manusia, tetapi juga terdapat di dalam serangga dan binatang. Beberapa spesies nyamuk aktif di malam hari dan tidur di siang hari. Begitu juga kecoak dan tikus. Sementara itu, lalat aktif di siang hari dan tidur di malam hari.
Gangguan Jam Biologis pada Manusia
Kondisi ini terjadi selama perjalanan udara dengan menggunakan pesawat, yaitu yang disebut dengan istilah jet lag.
Pada zaman dahulu, orang-orang percaya bahwa waktu di bumi ini hanya satu. Dalam arti bahwa ketika waktu malam tiba di suatu kawasan, saat itu semua kawasan yang ada di alam ini juga malam. Ketika siang hari datang, seluruh alam saat itu juga siang.
Sejak dua atau tiga abad yang lalu para ilmuwan menyadan bahwa bumi berotasi pada porosnya di depan matahari. Oleh karena itu, terdapat perbedaan waktu siang dan malam berda, sarkan letak geografis suatu tempat.
Jika seseorang berbicara lewat telepon di Kairo, misalnya dengan seorang temannya di Inggris dan pada waktu yang sama dia juga berbicara dengan seorang teman lainnya di India, di, akan mengetahui bahwa waktu di tiga tempat itu berbeda. Waktu di India empat jam lebih cepat dari waktu di Kairo dan waktu di Inggris dua jam lebih lambat dari waktu di Kairo. Jadi, dimensi waktu sekarang, setelah, dan sebelum untuk waktu geografis terjadi pada waktu yang sama, tetapi dimensi ruangnya berbeda.
Setiap dimensi ruang memiliki dimensi waktunya sendirj yang berbeda dari yang lain. Dari sini kita bisa memahami bahwa orang-orang di atas permukaan bumi ini pada waktu kapan saja, ada sebagian dari mereka yang berada di malam hari sedang tidur nyenyak, ada sebagian yang lain berada pada waktu pagi atau siang sedang bekerja, dan ada sebagian yang lain berada di dalam waktu senja sedang pulang dari kerja dan kembali ke rumah.
Fakta ilmiah yang baru ditemukan lebih dari seribu tahun setelah turunnya al-Quran ini sudah disebutkan dalam konteks pembicaraan tentang terjadinya hukuman dari Allah swt. di bumi. Kita tahu bahwa titah Allah swt. turun secara tiba-tiba dan dalam sekejap atau lebih cepat dari itu. Ketika titah itv turun di bumi, titah itu turun pada saat yang sama, sementara sebagian dari mereka ada yang sedang tidur dan ada sebagia? lainnya sedang terjaga. Hal ini sebagaimana firman Allah swt. dalam surah al-A’raf.
“Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?” (QS. al-A’raf [7]: 97—98)
Orang-orang yang melakukan perjalanan dari timur ke barat dengan menggunakan pesawat jet, mereka akan menerobos sejumlah zona waktu. Begitu juga sebaliknya, orang-orang yang melakukan perjalanan dari barat ke timur. Ketika sampai di tempat tujuan, mereka akan berada di satu tempat dengan waktu geografis yang berbeda dan tidak selaras dengan waktu biologis yang berjalan di dalam tubuhnya yang menguasai aktivitas organ-organ tubuh dan mengontrol waktu tidur dan terjaganya.
Sebagai contoh, jika seseorang pergi dengan menggunakan pesawat cepat dari Kairo ke New York. Dia terbiasa tidur di Kairo pada jam sepuluh malam. Ketika tiba di New York, dia mendapati bahwa jam sepuluh malam waktu Kairo adalah jam empat sore di New York, sehingga dia tidak tidur meskipun merasa lesu dan lemas, dan dia akan menyesuaikan jamnya dengan waktu New York. Kemudian, ketika beranjak tidur pada jam sepuluh malam waktu New York, berarti dia tidur pada pukul empat pagi waktu Kairo.
la seakan-akan menghabiskan sepanjang waktu malam dan sedikit waktu pagi dalam kondisi terjaga, lalu dia tidur di waktu subuh. Sementara orang yang melakukan perjalanan dari barat ke timur akan mengalami hal sebaliknya. Dia terpaksa tidur beberapa jam sebelum waktu tidur yang biasa dia jalani.
Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan pesawat terbang ke barat atau timur, mengalami kelelahan fisik dan psikologis yang misterius selama beberapa hari. Gangguan yang sama juga terjadi pada sinknisasi antara jam tidur dan jam kerja (antara waktu biologis dan waktu geografis) dalam masyarakat industri saat masuk kerja pada malam hari. Hal tersebut terjadi karena waktu tidur dan bangun tidak sesuai dengan jam biologis di dalam tubuh.