Jakarta – Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal banyak menerbitkan buku fiksi menghangatkan hati. Dari alur cerita yang disajikan, pembaca dapat menangkap banyak hikmah dan tentunya sangat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nah, berikut ini Jakarta Book Review (JBR) telah pilihkan lima rekomendasi buku terbitan negeri Sakura yang bisa bikin hati hangat dan tentram karena ceritanya,
Funiculi Funicula

Rekomendasi terakhir yaitu Funiculi Funicula karya Toshikazu Kawaguchi. Karya satu ini bercerita tentang sebuah kafe unik di Tokyo yang sudah cukup lama berdiri. Toko ini bisa terbilang cukup klasik ditambah dengan ornamen khas di dalamnya.
Yang istimewa dari kafe ini, yaitu dapat membawa pengunjungnya melintasi waktu baik ke masa lalu maupun ke masa depan. Namun, dengan syarat yang harus diikuti.
Dengan membaca buku ini pembaca diajak untuk selalu menghargai setiap momen yang datang, jangan sampai ada yang namanya penyesalan. Karena sejatinya semua momen yang datang pada kita hanya terjadi sekali.
Twenty Four Eyes

Novel pertama datang dari buku Twenty Four Eyes karya Sakae Tsuboi. Karya satu ini berkisah tentang perjuangan seorang guru Bernama Oishi yang ditugaskan disebuah desa nelayan yang miskin. Di sana ia mengajar 12 anak dengan beragam karakter dan latar belakang.
Bukan hal mudah bagi guru yang akrab disapa Miss Oishi ini untuk mendapatkan hati dan akhirnya bisa disukai oleh murid-muridnya. Namun, dari perjuangan ini pembaca dapat merasakan kehangat dan ketulusannya dalam mendidik murid-muridnya.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini yaitu latar yang digunakan yaitu situasi Jepang saat perang dunia, dimana banyak negara yang porak poranda, kemiskinan, dan kelaparan melanda banyak negara tak terkecuali Jepang. Siap-siap terharu dengan perjuangan dan ketulusan Miss Oishi pada anak didiknya.
Botchan

Berikutnya ada Botchan karya Natsume Soseki. Meski masuk dalam kategori klasik, novel ini masih sangat layak untuk sobat baca di era modern seperti sekarang. Botchan secara harfiah berarti tuan muda. Namun seiring berjalannya waktu, istilah itu disematkan kepada seseorang anak muda.
Novel ini berkisah tentang guru muda di Matsuyama, Shikoku yang akrab dipanggil Botchan. Dalam menjalankan tanggung jawabnya, Botchan mengalami banyak kesulitan mulai dari mengadapi anak didik yang memiliki beragam karakter dan latar belakang, orang-orang di desa yang belum berpandangan terbuka, bahkan sistem di sekolah barunya.
Dengan membaca buku ini, pembaca dapat mengerti makna dari suatu keteguhan dan keberanian yang tergambar dari guru muda itu.
Toto Chan: The Little Girl at The Window

Novel selanjutnya Toto Chan: The Little Girl at The Window karya Tetsuko Kuroyanagi. Novel ini bercerita tentang seorang anak perempuan Bernama Ttoto Chan yang memiliki sifat berbeda dari anak sebayanya. Ia terkenal sebagai bocah lugu yang memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi.
Berlatar situasi Jepang sebelum perang dunia kedua, Ttoto Chan adalah bocah yang sering bergonta ganti sekolah. Sampai satu titik ia berpindah di sekolah Tomoe. Hal unik yang membuat bocah ini tertarik yaitu kelas-kelas di Tomoe menggunakan gerbong kereta api yang sudah tidak berfungsi lalu siswa pun bebas mengikuti pelajaran apa saja.
Buku 272 halaman ini akan membuat pembaca memahami sudut pandang dan tingkah laku anak-anak. Karya satu ini juga penuh dengan pesan yang begitu mendalam, salah satunya pesan setiap anak itu unik dan hebat dengan caranya masing-masing.
Convenience Store Woman (Gadis Minimarket)

Rekomendasi selanjutnya ada Convenience Store Woman atau Gadis Minimarket karya Murata Sayaka. Berkisah tentang seorang wanita berusia 38 tahun bernama Keiko Furukura yang selama hidupnya bekerja sebagai pegawai di minimarket. Karena tak memiliki pekerjaan tetap dan tak kunjung menikah, ia dianggap aneh dan dipandang tak normal oleh masyarakat.
yang mendekati usia 38 tahun bernama Keiko Furukura yang telah bekerja sepanjang hidunya di sebuah minimarket. Namun, stigma masyarakat yang terpatri membuatnya seolah tidak normal dan aneh dipandangan masyarakat, karena tidak memiliki pekerjaan tetap ataupun berkeluarga.
Secara spesifik, buku ini membahas tentang stereotip yang sering disematkan pada seorang Wanita yang tidak memenuhi standar orang pada umumnya, seperti memiliki pekerjaan mapan, menikah, dan memiliki anak.
Saking bagusnya buku ini, ia berhasil memenangkan Akuragawa Prize dan menjadi satu-satunya karya Murata yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. Meski hanya 162 halaman, tapi buku ini memiliki pesan yang sangat mendalam.
Nah sobat, itu tadi lima rekomendasi buku terbitan negeri Sakura, Jepang yang sangat pas dibaca saat weekend atau saat sobat ingin membaca buku dengan alur cerita yang tak biasa. Mana nih yang pengen sobat baca terlebih dahulu? (ST/JBR)