Di puncak bukit El Arus, tepi kota Qurtuba, Spanyol, ada tiga pohon tua yang berdiri gagah tetapi murung. Masing-masing adalah sebatang pohon ek, kastanye, dan almon. Bukit itu sunyi tanpa penghuni selama kurang dari satu dekade, selain hanya binatang dan tumbuhan liar.
Rezim monarki Kastilia Aragon melarang siapapun berkunjung ke bukit yang dulu menjadi basis para pejuang muslim itu. Penguasa nasrani menciptakan mitos, tempat itu mengandung renik-renik beracun dari jasad orang-orang Islam yang tubuh dan jiwanya hina.
Rammar Ibnu Baqar, seorang pemuda bertubuh tegap, merangkak pelan sambil meraba-raba tanah kering yang tandus. Ia telah berhitung dengan baik sebelum menemukan titik itu. Awalnya ia berdiri tepat di antara pohon oak dan kastanye. Ia berjalan lurus beberapa langkah, lalu mengubah arah ke kiblat dan melangkah lagi dalam hitungan tertentu. Ia melakukannya persis seperti yang diajarkan Ubay ibn Nashir, kakek asuhnya.
Benar saja, tangannya menemukan sebuah pusara. Bukan pusara yang sebenarnya, hanya gundukan pasir dan jerami kering. Di situlah kedua orang tuanya dikubur, setelah tewas di ujung pedang tentara inkuisiator, tujuh tahun lalu. Di situ pula terdapat lubang serupa terowongan bawah tanah.
Jasad kedua orang tuanya dipendam asal-asalan, ditumpuk bersama puluhan jasad tentara Almohad lainnya. Dengan terbunuhnya tentara muslim yang dipimpin ayah Rammar, Baqar in Ubay, maka habislah qabilah Islam terakhir di Andalusia.
Sementara itu sisa-sisa muslim ada dikumpulkan di alun-alun kota. Mereka mendapat dua pilihan, mengikuti baptis massal atau dieksekusi. Maka saat itu terjadi murtad masal dari para warga yang lebih memilih hidup bersama keluarganya, daripada harus berpisah raga dengan nyawa. Setelah sukses memurtadkan warga, masjid-masjid dihancurkan dan diubah menjadi altar.
Pembantaian di bukit El Arus adalah babak terakhir pembersihan muslim di daratan Iberia. Sebelumnya, Kardinal Ximenes de Cisneros telah membabat habis Balansiya, Ishbiliya, hingga Gharnata. Peristiwa tahun 1493 itu mengakhiri lembaran Khilafah Bani Umayah di seluruh Spanyol.
Di tanah kering yang tandus dan sunyi itu, Rammar menangis. Ia teringat peristiwa tujuh tahun lalu, ketika para serdadu perang salib yang menamakan diri “Utusan Tuhan” menunggang kuda lalu melompat ke pintu-pintu rumah warga muslim, lalu membakarnya tanpa kompromi.
Aksi mereka dihadang oleh sejumlah tentara muslim Almohad, termasuk kedua orang tua Rammar, yaitu Baqar dan Fruella Nunez. Namun perlawanan pasukan Almohad nyaris tidak ada artinya. Mereka dibantai habis tak tersisa. Rammar ingat betul, ruang bawah tanah itulah tempat ia menyelamatkan nyawanya dari keganasan serdadu inkuisitor yang mengusung dendam.
Novel karya Hanum Rais dan Rangga Almahendra Sangkakala di Langit Andalusia mengambil seting Madina Azzahra, ibu kota Qurtuba. Sebagai historical fiction, kisah dalam novel ini menempel pada sejarah Islam Andalusia, antara tahun 1492-1500 M. Tokoh utamanya Rammar bin Baqar, pemuda muslim penghafal al-Qur’an terakhir di Andalusia yag berjuang memecahkan teka-teki hidupnya, orang tuanya, dan kekuasaan politik muslim-nasrani.
Sangkakala di Langit Andalusia ini disebut oleh penulisnya sebagai lanjutan dari novel 99 Cahaya di Langit Eropa, dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Kisahnya berpusat pada Rammar Ibnu Baqar yang diburu oleh rezim monarki Kastilia-Aragon, pimpinan Inkuisitor Ximenes de Cisneros.
Sang tokoh utama terpaksa menjalani pelarian panjang nan berliku untuk menemukan jawaban mengapa jati dirinya bisa terkuak dan kini menjadi target nomor satu penguasa nasrani. Dalam perburuan atas dirinya, ia memutar otak bagaimana bisa menyelamatkan diri sekaligus menyusun kekuatan menghancurkan rezim Ximenes de Cisneros. Dalam kebingungannya itu ia menemukan sebuah cincin tua warisan dinasti muslim Andalusia, yang berisi sandi-sandi yang penting dipecahkan.
Novel ini bentuknya unik, banyak disela oleh overture yang berisi kisah penulis ketika mengunjungi situs-situs bersejarah yang ditampilkan dalam novel. Penulis membubuhkan banyak adegan behind the scene, termasuk awal mula mengapa menulis cerita ini.
Jalinan ceritanya tak kalah menarik, dengan skenario tak terduga dan jalinan kisah cinta yang berliku-liku. Karakter tokoh-tokohnya tidak flat seperti yang diduga sejak awal. Misalnya sosok Constancio, salah satu pimpinan tentara nasrani, ternyata memiliki sejarah yang panjang dan ikatan emosi yang tak mungkin lepas, dengan kedua orang tua Rammar ibn Baqar. Itulah mengapa ia tak tega mengeksekusi Baqar dan Fruella ketika ujung pedangnya hanya berjarak satu tebasan dari leher kedua musuhnya itu.
Hanum Salsabiela kini menjabat sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DPRD DIY) periode 2019–2024 Fraksi Partai Amanat Nasional. Putri politikus senior Amien Rais ini mendapat gelar Dokter Gigi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sedangkan Rangga Almahendra adalah suami Hanum, yang sehari-hari menjadi dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Judul: Sangkakala di Langit Andalusia
Penulis: Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit: Republika
Genre: Fiksi /Novel
Edisi: Cet 1, Juli 2022
Tebal: 360 halaman
ISBN: 9786232791435