Resensi buku Madre karya Dee Lestari penerbit Bentang Pustaka
Bagaimana jadinya jika sejarah hidup seseorang berubah dalam waktu satu hari, karena sebuah adonan roti?
Kisah ini dialami oleh Tansen Roy Wuisan, seorang pemuda yang hidup dengan kesederhanaan.
Pada suatu hari, dunianya berputar 180 derajat ketika ia bertemu dengan Pak Hadi, seorang penjaga toko roti Tan De Bakker. Toko roti ini sebenarnya adalah milik kakek Tansen, yang suatu saat nanti akan diwariskan kepadanya.
Di dalam toko roti itu ia menemukan Madre, yang tak lain adalah biang roti yang disimpan selama bertahun-tahun. Awalnya Tansen tak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Berbagai pertanyaan muncul dibenaknya, kenapa kakeknya mewariskan adonan roti kepadanya?
Madre, dalam bahasa Spanyol berarti Ibu, adalah biang dari roti-roti yang dibuat oleh toko Tan De Bakker. Dari sana adonan roti ini dinamai Madre, alias “ibu” dari roti-roti yang dibuat disini.
Cerita ini menggambarkan perjalanan hidup Tansen yang penuh keajaiban. Di dalamnya sarat pesan moral yang menginspirasi. Cerpen Madre ini hanyalah salah satu dari 13 tulisan pendek yang dirangkum dalam buku dengan judul sama.
Madre adalah kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Dewi ‘Dee’ Lestari. Kumpulan cerita ini ia tulis sejak tahun 2006 sampai tahun 2011. Buku ini berhasil mengikuti kesuksesan karya Dewi Lestari yang lain, seperti Perahu Kertas dan Rectoverso.
Kesuksesan Madre berlanjut ketika diadaptasi menjadi film layar lebar oleh rumah produksi Mizan Productions. Film ini dibintangi oleh Vino G. Bastian, Didi Petet, Laura Basuki, Titi Qadarsih, dan Framly Nainggolan.
Selain diangkat ke layar lebar, Madre juga berhasil meraih penghargaan sebagai International Exelence Award pada London Book Fair 2019.
Cerita Madre begitu menarik, karena dikemas dengan ciri khas seorang Dee Lestari. Dalam buku ini, ia begitu piawai menggambarkan kondisi sosial yang terkadang sarat konflik dan salah paham, tetapi di dalamnya mengandung pesan moral.
Selain itu, Dee Lestari juga berhasil merepresentasikan perbedaan budaya dan status sosial lewat tokoh-tokoh yang dibuatnya. Tokoh Tansen yang menyukai kebebasan dan tanpa batasan, begitu kontras dengan tokoh Mei, seorang wanita yang ambisius tetapi terkungkung dalam dunia roti yang ia miliki.
Perkenalan Tansen dan Mei terjadi begitu saja. Berawal dari rutinitas Tansen yang selalu menulis di blog pribadinya, dan Mei yang bisa dibilang penggemar tulisan-tulisan Tansen.
Kedekatan Tansen dengan Mei semakin intim Ketika Mei mengetahui bahwa Tansen adalah pewaris dari toko roti Tan De Bakker. Selang waktu berlalu, akhirnya mereka bekerja sama memproduksi roti-roti klasik.
Alur dalam cerita Madre dibuat lebih sederhana dari karya-karya yang pernah ditulis Dee Lestari. Konflik yang terjadi pun tidak serumit dalam seri Supernova, di mana pembaca akan disuguhkan perjuangan Tansen dalam mempertahankan toko roti Tan De Bakker, dan konflik batinnya yang menyukai kebebasan.
Selain cerpen Madre, buku ini berisi 12 tulisan lainnya yang terdiri dari cerita pendek dan puisi. Madre sukses tampil menjadi salah satu mahakarya penulis perempuan Indonesia yang diakui oleh dunia. Kepiawaian Dee Lestari dalam menulis berhasil memberikan kontribusi dalam perkembangan dunia literasi tanah air.
Judul: Madre
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Genre: kumpulan cerita
Tebal: 160 halaman
Edisi: Cet 8, Januari 2021
ISBN: 9786028811491