Tahukah kalian apa itu jalan kaki? Bisa jadi di antara pembaca ada yang menyebut bahwa jalan kaki adalah salah satu jenis olahraga. A Philosophy of Walking menuliskan bahwa jalan kaki bukanlah sejenis olahraga. Dalam buku ini, disebutkan bahwa olahraga itu berurusan dengan teknik dan peraturan, skor dan persaingan, serta mensyaratkan latihan yang lama.
Penulis buku ini, Frederic Gros dengan santai tapi penuh perenungan, Siapa pun yang membaca buku ini, mendapat perspektif berbeda dalam memandang dan melakukan aktivitas jalan kaki. Ada 25 chapter dalam buku setebal 284 halaman ini. Penulisnya merupakan profesor filsafat di University of Paris XII dan The Institute of Political Studies. Menariknya, selain filsafat, Gros aktif menulis buku-buku bertema psikiatri, hukum, dan perang.
Lebih lanjut penulis mengurai, bahwa olahraga itu berurusan dengan angka. Seseorang ada di peringkat berapa dalam perlombaan tertentu? Berapa catatan waktu sampai garis finis? Ada di urutan keberapa? Angka-angka dalam berolahraga itu berlaku bagi pemenang atau pun yang kalah. Penulis menyebut olahraga itu layaknya perang. Olahraga juga bermakna aktivitas yang memupuk ketahanan, rasa suka dengan jerih payah, dan disiplin.
Penulis menegaskan bahwa jalan kaki bukanlah olahraga. Bila pejalan kaki berkumpul, tidak perlu ada hasil dan catatan waktu seperti dalam olahraga. Sang pejalan kaki tinggal mengatakan saja dari arah mana dia datang, menyebutkan rute terbaik sekaligus menikmati pemandangan.
Meski begitu, sebagaimana olahraga yang bersifat materi layaknya sebuah tontonan dan pasar. Jalan kaki pun bisa menciptakan pasar aksesori baru; sepatu yang revolusioner untuk berjalan kaki, kaus kaki yang luar biasa nyaman, dan celana panjang yang bisa menciptakan keindahan bagi yang melihatnya. Nah, di balik aktivitas jalan kaki itulah, semangat olahraga diam-diam diperkenalkan, sehingga orang tidak lagi berjalan kaki, tapi tracking ke sebuah daerah atau pegunungan.
Dalam buku ini pembaca akan menjumpai para tokoh dunia yang hobinya jalan kaki. Ada Friedruch Nietzsche, Arthur Rimbaud, Gerard de Nerval, Jean-Jacques Roesseau, Henry David Thoreau dan Mahatma Gandhi.
Seperti apa para tokoh itu saat berjalan kaki?
Nietzsche memiliki kebiasaan jalan kaki sepanjang hari, sembari menuliskan semua yang tertuang dalam pikirannya saat bertemu langit, laut dan es. Unik ya? Baginya, berjalan kaki berarti menanjak, memanjat dan mendaki. Di Sorrento (1876), setiap hari dia memilih menapaki jalan-jalan setapak di gunung di belakang kota itu.
Rimbaud dikenal sebagai orang yang keras kepala dan bersemangat tinggi. Antara usia 15 dan 17 tahun dia sudah berjalan kaki untuk menuju kota-kota besar. Dia pergi ke Paris yang dikenal sebagai kota para penyair. Rimbaud juga pergi ke Brussel untuk mengejar karirnya di jurnalistik.
Bagi Rimbaud yang menulis A Season in Hell (1873) dan Illuminations ini, mulai menapaki jalan, selalu berarti ”berangkat”. Saat berjalan kaki, selalu ada yang final, yang tidak ada dalam bentuk-bentuk transportasi lain yang memungkinkan berbalik, padahal tak ada yang tak bisa dibalik. Ketika berangkat, seorang pejalan kaki akan merasakan campuran kegundahan dan keriangan. Gundah karena meninggalkan sesuatu. Tapi riang karena dengan berjalan kaki membawa kita ke tempat lain.
Mahatma Gandhi sudah lama menganggap penting manfaat spiritual dan politis berjalan kaki. Di London, saat dirinya masih muda, Gandhi teratur jalan kaki 5-15 kilometer saban harinya untuk menghadiri kuliah-kuliah hukumnya dan mencari restiran-restoran vegetarian. Perjalanan-perjalanannya itu membantunya memenuhi tiga sumpah yang diikrarkan Gandhi kepada ibunya saat ia hendak meninggalkan India (tidak mendekati wanita, tidak meminum alcohol, tidak makan daging).
Saat berjalan kaki kita tidak sendirian
A Philosophy of Walking menarasikan dengan indah konsep jalan kaki yang memungkinkan pejalan kaki tidak sendirian. Apa maksudnya? Ya, saat berjalan kaki, pejalan kaki mendapatkan simpati dari semua makhluk hidup di sekitar, seperti dari pepohonan dan bebungaan. Ketika pada suatu saat lama tidak mengunjungi tempat tersebut, akan ada semacam perasaan kerinduan. Seolah-olah tempat yang pernah dilewati itu menunggu untuk dikunjungi lagi. Nah, ketika kembali datang ke sana, rasa tanah di bawah kaki, bentuk bukit-bukit, tinggi pepohonan bagaikan kenalan lama bagi si pejalan kaki. Berjalan kaki juga memungkinkan pejalan kaki untuk berdialog antara jiwa dan raga. Sewaktu tubuh mengerahkan seluruh upaya, jiwa sang pejalan kaki seolah memberikan semangat.
Berjalan kaki di alam juga identik dengan kesenyapan. Kok bisa? Ya, ketika pejalan kaki meninggalkan jalan besar, jalan berpenghuni, dan ruang publik (sebuah ruang yang dipenuhi dengan kecepatan, keramaian, dan kegaduhan yang disebabkan ribuan langkah kaki), kesenyapan ditemukan kembali, awalnya sebagai sesuatu yang hening.
Kesenyapan saat berjalan kaki juga bermakna terhapusnya celotehan, kebisingan permanen yang mengosongkan dan mengaburkan segalanya, menyerbu padang-padang luas kesadaran pejalan kaki seperti gulma.
Kebahagiaan saat berjalan kaki
Saat berjalan kaki, seseorang juga mengalami kebahagiaan, Kebahagiaan ini sering diuraikan oleh para penulis dan penyair, ketimbang para pemikir besar. Mengapa? Karena kebahagiaan itu berkaitan dengan perjumpaan dan bergantung situasi. Kebahagiaan bisa hadir saat melihat pemandangan lembah keunguan efek cahaya matahari terbenam. Nah, kebahagiaan semacam ini mensyaratkan seseorang menjadi resipien (penerima) suatu pemandangan, momen, suatu atmosfer, serta mengambil, menerima, dan memahami anugerah momen-momen itu. Untuk merasakan kebahagiaan ini tak perlu resep khusus. Kita hanya perlu berada di saat momen iutu hadir.
Berjalan kaki juga mengantarkan pada perasaan ketentraman. Suatu keseimbangan yang mantap di dalam jiwa. Tanpa banyak ribut, dilakukan secara bertahap, melalui pergantian diam dan gerak.Ini berkaitan dengan pelannya berjalan, sifatnya berulang.
Secara keseluruhan buku ini menarik untuk dibaca sekaligus dipraktikkan. Buku ini tidak hanya memberikan pencerahan tentang hakikat berjalan kaki saja, tapi inspirasi untuk memulai jalan kaki. Meski uraian-uraian dalam buku ini filosofis, tetapi bisa dipahami dengan mudah sekaligus dimaknai melalui perenungan dan diaplikasikan untuk hidup sederhana dan bahagia.
Judul Buku : A Philosophy of Walking
Penulis : Frederic Gros
Tebal : 284 halaman
Penerbit : Renebook
Cetakan : 2, Mei 2021
ISBN : 978-602-1201-86-2
Peresensi : Yeti Kartikasari