Bukan Genre Biasa Sepuluh Genre yang Cocok bagi Cerita Apa pun (Ya, Bahkan Cerita Anda)
Seharusnya ini bukan informasi yang mengejutkan: jika Anda ingin menulis sebuah cerita yang bagus, Anda harus mengetahui hal-hal apa saja yang membuat sebuah cerita menjadi bagus. Begitu juga, jika Anda ingin menulis sebuah novel yang sukses, Anda perlu membaca novel-novel yang sukses. Anda perlu mempelajari cara kerjanya, apa yang menjadikannya sukses, dan mengapa novel-novel tersebut mampu menyentuh begitu banyak orang. Anda perlu membongkarnya, mengintip isinya, dan mempelajari mekanika dasarnya, bagaikan seorang mahasiswa kedokteran mempelajari cara kerja organ dalam manusia.
Bagaimana bagian-bagiannya bisa berpadu?
Kenapa bagian ini letaknya di sana?
Bagaimana cerita-cerita tertentu bisa mirip dan bagaimana bisa berbeda?
Singkatnya, langkah pertama untuk menjadi penulis tukses adalah dengan menjadi pembaca.
Hanya saja ada satu masalah kecil.
Ada cukup banyak novel di luar sana. Mungkin puluhan jutaan banyaknya. Jelas tidak mungkin untuk membaca semuanya. Kabar baiknya: Anda tidak perlu melakukannya!
Bagaimana jika kita dapat memilah setiap novel hebat yang pernah ditulis ke dalam satu dari sepuluh kategori dan mempelajari kategorinya saja? Bagaimana jika kita dapat mengelompokkan cerita-cerita serupa ke dalam tipe-tipe cerita, mencari tahu elemen-elemen apa saja yang Serupa dalam setiap tipe, lalu merancang sebuah templat untuk diikuti ketika menulis novel kita sendiri dalam kategori yang sama?
Anda mungkin sudah menebak apa yang akan saya katakan selanjutnya
Kita bisa.
Bahkan, kita sudah melakukannya.
Mereka disebut genre-genre cerita Save the Cat!
Di bab sebelumnya mengenai Beat Sheet Save the Cat!, kita mem. pelajari mekanika cerita secara umum. Sekarang waktunya untuk menggajj lebih dalam dan mempelajari mekanika dari berbagai tipe cerita, supaya ketika Anda duduk untuk menulis novel Anda, Anda memiliki cetak biru yang solid untuk membantu Anda meramu sebuah kisah yang seru dan sukses.
Seperti yang dianjurkan oleh judul babnya, jangan terkecoh dengan kata “genre”. Saya tidak membicarakan tentang komedi, drama, horor, misteri, atau thriller. Itu adalah kategori nuansa. Saya membicarakan tentang kategori cerita.
Jenis cerita seperti apa yang ingin Anda sampaikan?
Tipe transformasi seperti apa yang dilalui hero Anda?
Pertanyaan atau tema pokok atau apa yang ingin dibahas novel Anda?
Pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih berguna bagi kita selagi kita mengembangkan novel. Dan, genre-genre cerita Save the Cat! dirancang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu.
Dan ini kabar terbaik tentang genre-genre cerita Save the Cat! semuanya hanya berjumlah sepuluh. Jika Anda menengok ke belakan pada masa awal bercerita, dari epos seperti The Odyssey karya Home! hingga kisah-kisah Klasik seperti Pride and Prejudice karya Jane Aust dan fiksi laris modern seperti The Girl on the Train karya Paula Hawk semuanya bisa dipilah ke dalam satu dari sepuluh genre cerita.
Dan selagi Anda mempelajari genre-genre tersebut, Anda akad mulai melihat bahwa, di hampir semua novel yang termasuk di dala genre itu, elemen-elemen atau kaidah tertentu muncul berulang kali.
Sebelum Anda melontarkan kata “F” (formula), saya akan jelaskan alasan persisnya: sama dengan alasan kelima belas beat muncul di hampir semua novel hebat.
Itulah yang membuat jenis-jenis cerita seperti ini berhasil.
Sebagai manusia, kita tercipta untuk merespons terhadap jenis-jenis elemen bercerita tertentu. Dan jika dirangkai dalam urutan yang benar, kisah-kisah ini akan membuat hati kita bernyanyi, jiwa kita berseru, rasa kemanusiaan di dalam diri kita bergetar seperti sebuah garpu tala. Jika kita mempelajari berbagai elemen dari setiap genre cerita, dan pola-pola yang menjadikan elemen-elemen itu berhasil, kita dapat dengan mudah memahami mengapa novel-novel dalam setiap genre ini bisa begitu sukses. Dan penyebab berbagai elemen dan pola ini muncul berulang kali, baik dalam novel-novel lama seperti The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer dan yang baru seperti Ready Player One karya Ernest Cline (yang, omong-omong, berada dalam genre cerita yang sama).
Sama seperti kelima belas beat, genre-genre cerita Save the Cat! merupakan sebuah kodifikasi dari sepuluh jenis cerita. Genre-genre ini menyaring karya-karya sastra ribuan tahun ke dalam sepuluh templat yang mudah diikuti.
Tidak perlu lagi menjambak rambut Anda sambil bertanya-tanya, Mengapa cerita saya tidak berhasil? Cari tahu genre yang cocok bagi novel Anda, pastikan novel Anda memiliki semua elemen yang diperlukan, dan kisah Anda pun akan berhasil.
Tidak percaya? Lihat saja judul-judul novel sejak berabad-abad yang Saya sertakan sebagai contoh bagi setiap genre. Para penulis terkenal itu telah berhasil dengan memanfaatkan templat sama yang saya berikan kepada Anda dalam buku ini. Entah mereka benar-benar tahu bahwa mereka menulis dengan templat itu adalah cerita lain lagi. Namun, mereka jelas melakukannya.
Dan, Anda pun bisa.
Pada sepuluh bab berikutnya, kita akan menyelami setiap genre dengan lebih mendetail. Namun, pertama-tama, berikut ini sebuah tinjauan singkat dari sepuluh genre cerita Save the Cat!
WHYDUNIT (APA MOTIFNYA): Sebuah misteri harus dipecah. kan oleh sang hero (bisa berupa detektif atau bukan) dan dalam prosesnya, sesuatu yang mengejutkan mengenai sisi gelap manusia akan diungkap. (Lihat Bab 4.)
RITES OF PASSAGE (RITUAL KEHIDUPAN): Sang hero harus menanggung luka dan derita yang dihadirkan oleh tantangan-tantangan kehidupan pada umumnya (kematian, perpisahan, kehilangan, perceraian, kecanduan, menginjak kedewasaan, dan seterusnya), (Lihat Bab 5.)
INSTITUTIONALIZED (INSTITUSIONALISASI): Seorang hero memasuki atau sudah terlibat di dalam sebuah kelompok, institusi, organisasi, atau keluarga tertentu dan harus mengambil keputusan untuk bergabung, membebaskan diri, atau menghancurkannya. (Lihat Bab 6.)
SUPERHERO (PAHLAWAN SUPER): Seorang hero luar biasa mendapati diri mereka di sebuah dunia yang biasa dan harus berdamai dengan kondisi dirinya yang istimewa atau ditakdirkan untuk menjadi hebat. (Lihat Bab 7.)
DUDE WITH A PROBLEM (SOBAT BERMASALAH): Seorang hero yang polos dan biasa saja tiba-tiba mendapati dirinya berada di tengah situasi yang luar biasa dan harus bangkit menghadapi tantangan itu. (Lihat Bab 8.)
FOOL TRIUMPHANT (KEMENANGAN SI “BODOH”): Seorang hero yang diremehkan dan dipandang sebelah mata dihadapkan pada semacam “kelompok mapan/lembaga” dan membuktikan nilai yang tersembunyi dalam dirinya kepada masyarakat. (Lihat Bab 9.)
BUDDY LOVE (CINTA DAN PERSAHABATAN): Seorang frero mengalami transformasi karena bertemu orang lain, termasuk (tetapi tidak terbatas pada) kisah cinta, kisah persahabatan, dan kisah pinatang peliharaan. (Lihat Bab 10.)
OUT OF THE BOTTLE (KELUAR DARI BOTOL): Seorang hero biasa untuk sementara “tersentuh oleh keajaiban”, biasanya melibatkan sebuah keinginan yang terkabulkan atau kutukan yang dirapalkan, dan sang hero mendapatkan sebuah pelajaran penting dalam menghargai dan memanfaatkan “kehidupan nyata” sebaikbaiknya. (Lihat Bab 11.)
GOLDEN FLEECE® (BULU DOMBA EMAS): Seorang hero (atau sebuah kelompok) melakukan semacam “perjalanan darat” (bahkan meskipun tidak ada jalan sungguhan), demi mencari sesuata dan akhirnya malah menemukan hal lain—diri mereka sendiri. (Lihat Bab 12.)
MONSTER IN THE HOUSE (MONSTER DALAM RUMAH): Seorang hero (atau sekelompok hero) harus menaklukkan sejenis monster (baik supranatural atau bukan), dalam semacam latar tertutup (atau situasi terbatas), dan biasanya ada seseorang yang bertanggung jawab menghadirkan monster itu. (Lihat Bab 13.)
Berikan Saya Hal yang Sama … tetapi Berbeda
Pernahkah Anda mendengar perkataan seseorang bahwa sebenarnya tidak ada sebuah cerita yang orisinal? Seperti yang akan Anda baca di Sepanjang sepuluh bab berikutnya, itu memang benar. Menjadi orisinal bukanlah tujuan yang dapat dicapai dalam penulisan novel. Jadi, buang saja kata itu keluar jendela sekarang.
Yang bisa dicapai adalah kesegaran,
“Pendekatan” yang segar terhadap sebuah tipe cerita kunolah yang dicari oleh para pembaca dan penerbit. Apa penafsiran pribadi Anda terhadap sebuah cerita yang sudah disampaikan berulang kali? Bagaimana cara Anda membuat pola dasar cerita ini berbeda? Tugas kita, sebagai penulis, adalah untuk menceritakan versi baru dari suatu cerita familier yang kita sudah tahu akan menggerakkan pembaca untuk meresponsnya,
Pada dasarnya, pembaca menginginkan hal yang sama … tetapj berbeda. Pembaca ingin membaca sesuaty Yang mereka fathu akan mereka sukai, yang disampaikan dengan cara yang belum permah mereka dengar sebelumnya.
Misalnya, tahukah Anda bahwa The Help karya Kathryn Stockett dan 1984 karya George Orwell sebenarnya merupakan cerita dengan genre Institutionalized? Atau bahwa The Martian karya Andy Weir dan Misery karya Stephen King berbagi elemen-elemen yang sama dari genre Dude with a Problem?
Menulis sebuah novel amat mirip dengan memanggang kue. Apa pun yang Anda buat, Anda tahu bahwa ada bahan-bahan tertentu yang harus Anda sertakan untuk mendapatkan hasil yang Anda inginkan. Jika Anda memanggang sebuah kue, misalnya, Anda tahu bahwa Anda akan membutuhkan mentega, telur, terigu, dan gula. Jika tidak, Anda tidak akan mendapatkan kue, tetapi malah biskuit asin. Namun, begitu kita memiliki resep dasar kue—begitu kita belajar cara membuat kue yang benar—kita bisa mulai menambahkan cita rasa kita sendiri dan bahan tambahan ke dalam resepnya, seperti cokelat, meses, bluberi, dan glasir jeruk.
Apakah ada yang mendadak merasa lapar?
Anggaplah bab-bab berikut sebagai buku resep masak Anda, kesepuJuh genre cerita sebagai resep Anda, dan elemen-elemen dari setiap genrenya sebagai bahan-bahan Anda. Pelajari resepnya, amati genrenya, pilih hidangan dasar yang benar, lalu berikan pada pembaca kejutan buatan Anda senditt Lagi pula, Anda tidak dapat mengubah aturan sampai Anda tahu apa aturav’ ya. Anda perlu mempelajari cara sebuah cerita dapat berhasil sebelum Anda bisa mulai menghiasnya.
Mengapa Kita Membutuhkan Genre?
Mempelajari genre cerita Anda bisa membantu Anda, bukan hanya untuk membuat struktur cerita Anda sendiri, tetapi juga melepaskan diri dari kebuntuan penulisan dan penyusunan plot. Setiap kali saya terjebak dalam bagian tertentu dari kisah saya, saya selalu mengeluarkan penjabaran genre Save the Cat!, mencari sejumlah novel dan film di dalam genre pilihan saya, dan mulai mempelajarinya. Melihat betapa para pendahulu saya mengatasi elemen-elemen genre yang sama mampu menginspirasi saya dengan ide-ide baru dan hampir selalu membebaskan saya dari kebuntuan.
Dan pada satu titik, Anda akan perlu memberikan pitch buku Anda kepada orang lain. Mungkin seorang agen, editor, atau produser film, atau langsung kepada pembaca. Anda akan perlu merangkum secara cepat muatan buku Anda dan alasan orang ini harus membacanya. Dan, tidak ada hal lain yang bisa membuat tugas Anda lebih cepat dan lebih efektif daripada memberitahukan mereka buku Anda itu setipe dengan buku yang mana.
Ketika seseorang bertanya pada Anda buku Anda bercerita tentang apa, yang sebenarnya mereka tanyakan adalah:
Bukunya paling mirip dengan buku apa? Dan, apa bedanya dengan buku itu? Mereka bertanya mengenai genre ceritanya bahkan tanpa menyadarinya!
Tentu saja, Anda mungkin tidak akan memulai dengan berkata, “Yah, ini cerita Dude with a Problem ..” karena jika orang tersebut belum mem~ baca buku ini, mereka akan memberi Anda tatapan aneh. Namun, Anda akan menggunakan sesuatu yang disebut oleh industri penerbitan sebagai “judul-judul bandingan/buku kompetitor” (“comparable titles” atau disingkat dengan “comps”).
Dan, di mana Anda akan menemukan judul-judul bandingan itu? Betul sekali. Anda akan langsung menuju genre cerita Anda.
Jadi, genre-genre cerita Save the Cat! tidak hanya akan membantu Anda menulis novel Anda, melainkan pada akhirnya mungkin akan membantu Anda menjual novel.
Catatan Terakhir: Menguras Genre
Namun, akui saja. Novel-novel itu kompleks. Mereka tidak selalu cukup untuk masuk hanya ke dalam satu kategori. Lihatlah Les Misérables karya Victor Hugo; seperti yang akan segera Anda lihat, saya menempatkannya dalam genre Institutionalized karena itu memfokuskan pada kehidupan banyak orang selagi mereka menyinggung tentang suatu “institusi” Prancis pascarevolusi. Namun, ada argumen yang sama menariknya yang menganggap bahwa Les Misérables merupakan sebuah kisah Superhero, mengingat Jean Valjean, si hero, diilhami dengan sebuah kekuatan (misj untuk menjadi baik); ditantang oleh musuh besar yang berdikari, Javert; dan harus menaklukkan “kutukan” sebagai seorang terhukum di masyarakat Prancis abad kesembilan belas. Pada akhirnya, genre sebenarnya dari epos ini tidak terlalu penting. Victor Hugo tidak akan menghantui kita dari balik kuburnya sampai kita menentukan genrenya dengan benar. (Meskipun itu bisa menjadi novel Monster in the House yang keren!)
Kita bisa berdebat seharian mengenai genrenya hingga kita lelah, tetapi pada akhirnya, genre-genre itu berfungsi untuk membantu kita fokus pada cerita kita sendiri dan memastikan kita menyertakan semua elemen yang tepat.
Jadi, begitu Anda bersiap-siap untuk menyusun plot dan menulis novel Anda sendiri, cobalah untuk tidak terlalu memusingkan soal menemukan genre yang paling sempurna untuk disesuaikan dengan cerita Anda. Anda mungkin akan menemukan bahwa cerita Anda mencerminkan beberapa genre. Tugas Anda adalah untuk memilih genre yang paling serupa dengan buku Anda. Tidak ada hitam atau putih. Banyak hal dalam hidup itu berada dalam area abu-abu.
Cari genre yang terasa paling tepat bagi Anda dan ingatlah bahwa itu bisa (dan kemungkinan besar akan) berubah selagi Anda menulis dan merevisi.
Novel saya, Unremembered, berganti-ganti genre sekitar tiga kali selag saya menulisnya. Ceritanya bermula sebagai Dude with a Problem (gadis yang selamat dari kecelakaan pesawat tanpa memori—masalah besar!) hingga saya memutuskan untuk tidak mengungkap bagaimana dia selamat dari kecelakaan pesawat hingga akhir cerita. Saat itulah ceritanya menjadi Whydunit (apa yang sebenarnya terjadi pada gadis ini dan kenapa?). Pada akhirnya, saya menyadari bahwa gadis itu bukanlah hero “biasa” Dia memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia istimewa. Saat itulah saya menemukan bahwa maksud dari novel ini adalah saat gadis itu menyadari identitas dirinya yang sebenarnya dan mengapa dia berbeda dari manusia lainnya. Karena itulah, hingga saat ini, ceritanya bertahan sebagai sebuah kisah Superhero.
Penting juga untuk diingat bahwa tiap buku dalam satu seri bisa memiliki genre yang berbeda.
Contohnya, The Hunger Games karya Suzanne Collins sangat sesuai dengan kategori Dude with a Problem. Seorang hero polos terlempar ke dalam suatu aksi tanpa memintanya, pertarungan antara hidup dan mati. Namun, buku kedua dalam seri itu, Catching Fire, jelas-jelas merupakan sebuah kisah Institutionalized. Sebagai pemenang, Katniss kini seorang yang “naif” (alias pendatang baru) di dalam sistem. Pertanyaan besar dalam novel ini: Apa yang akan dia lakukan? Dan, jawaban bagi pertanyaan itu adalah bahwa dia “menghancurkannya” (atau setidaknya membakarnya). Dan buku ketiga, Mockingjay, adalah sebuah kisah Superhero. Itu bercerita tentang Katniss yang menerima status istimewanya sebagai “Mockingjay”, pemimpin pemberontakan, dan berhadapan dengan musuh besarnya, Presiden Snow.
Jadi, jika setelah membaca bab-bab berikut Anda merasakan dorongan kuat untuk mempertentangkan antara satu genre dengan genre lain, ini nasihat saya: Tarik napas dalam-dalam, relaks, dan salurkan energi itu ke dalam upaya yang lebih bernilai—yaitu, mencari tahu apa yang akan membuat cerita Anda berhasil.
Karena, bagaimanapun, bukankah itu alasan Anda membeli buku ini?
Penasaran dengan kelanjutan kiat-kiat menulis novel? Tenang, Kamu bisa mendapatkannya di Jakarta Book Review Store.
Jakarta Book Review memiliki banyak koleksi buku bermutu lain yang tentunya dengan harga terjangkau, penuh diskon, penuh promo, dan yang jelas ada hadiah menariknya. Tidak percaya? Buktikan saja.