Makan Berlebihan
Ketika terkepung di Mafeking, Afrika Selatan kami terpaksa menjalani hidup dengan jatah makanan yang sangat terbatas. Menariknya, kondisi ini memberi pengaruh yang berbeda-beda terhadap penghuni garnisun. Sebagian orang tampak sama saja, sebagian besar jelas mengalami penurunan berat badan, dan ada satu-dua orang yang malah lebih gendut. Namun, ujian yang sebenarnya muncul pada akhir bulan ketujuh, ketika saya meminta mereka menjadi sukarelawan untuk mengintai musuh.
Saya menunjuk beberapa orang yang merasa mampu berjalan kaki sejauh lima mil. Meskipun yang lainnya ingin bergabung, tidak butuh waktu lama bagi kami untuk menyimpulkan hanya segelintir saja yang bisa bertahan dalam ujian ringan ini. Namun terbukti bahwa prajurit yang paling mumpuni adalah yang terbiasa makan, minum, dan merokok secara tidak berlebihan.
Hasil yang sama kami peroleh selama ekspedisi di pesisir barat Afrika melewati rawa dan hutan Ashanti. Kawasan ini terkenal sebagai “Kuburan Kulit Putih”. Orang-orang yang dulunya hidup makmur dan sejahtera berubah drastis hingga kurus kerempeng. Hanya orang yang aktif dan terbiasa makan secara wajarlah yang mampu bertahan. Tanpa disengaja, dalam perjalanan itu kami menemukan bahwa daging bukan unsur wajib dalam makanan manusia. Saya sudah lama hidup tanpa makanan apa pun kecuali pisang dan pisang tanduk. Dan meskipun kita hidup tersembunyi di dalam hutan lembap yang rimbun, tempat yang jarang disinari matahari, dan aroma seperti kol busuk meruap di udara, yang berasal dari Pembusukan tanaman di rawa, saya tidak pernah merasa lebih bugar dibandingkan sebelumnya. Dengan hati ringan, saya berjalan kaki dua puluh mil per hari, meski dengan perut kempes.
Tidur Berlebihan
Tidur berlebihan adalah bentuk keterlenaan lainnya yang jarang kita perhatikan. Namun orang Jepang percaya bahwa lama tidur yang melebihi waktu yang dibutuhkan untuk beristirahat dan merestorasi energi otak dan anggota tubuh itu berbahaya serta mendorong pertumbuhan lemak. Jadi, jikg seseorang bertambah gemuk, kurangilah waktu tidur setiap malam. Sebaliknya, jika tubuhnya sangat kurus, tambahkanlah waktu tidur satu atau dua jam selama beberapa minggu, hingga berat badan yang ideal tercapai. Jika kalian ingin mengistirahatkan tubuh, bacalah buku yang berkualitas. Jika kalian ingin mengistirahatkan pikiran, pergilah memancing atau bermain sepak bola.
Kasar dalam Berbahasa
Bentuk keterlenaan lain yang cukup kaprah, karena banyaknya orang yang melakukannya, adalah mengumpat. Jelaslah, dalam hal ini dibutuhkan pengendalian diri. Meskipun kebiasaan ini mungkin melegakan untuk sementara (saya sendiri merasa begitu), tetap saja ini merupakan suatu kelemahan yang akan semakin parah jika tidak dikendalikan.
Mengumpat tidak ada gunanya bagi kalian, malah akan merugikan jika dilakukan terhadap orang lain. Mereka akan sakit hati, dan kehormatan diri kalian pun akan merosot. Pett Ridge berkomentar bahwa mengumpat adalah penyaluran emosi yang baik dan seharusnya digunakan dalam kondisi darurat. Napoleon pernah berbicara tentang Jenderal Lanne, seorang pemimpin yang sangat menjanjikan, “Si setan Lannes memiliki semua syarat yang harus dimiliki perwira yang baik. Namun kariernya tidak akan cemerlang karena sangat seringnya ia lepas kendali saat memarahi bawahannya. Menurut saya, itu adalah kekurangan terbesar yang dimiliki seorang jenderal.”
Komentar ini sampai ke telinga Lannes melalui Jenderal Marbot, sahabatnya sekaligus ajudan Napoleon. Sejak saat itu Lannes menahan diri dan mengendalikan lidah maupun emosinya. Pasalnya ia sangat berharap menjadi jenderal yang baik. Akhirnya ia mendapat kenaikan jabatan sebagai Panglima Tertinggi Prancis. Betapa banyak orang semacam Lannes yang gagal mendapatkan kenaikan jabatan karena kekurangannya itu sangat mencolok? Seorang pengumpat seharusnya tidak bermimpi menjadi pemimpin, meskipun ia bisa saja Mencoba menggerakkan orang.
Bekerja berlebihan pun salah satu bentuk keterlenaan yang dilakukan sebagian orang. Harap diingat, sebagian, bukan semuanya! Penerbit buku ini, mendiang Herbert Jenkins Salah satu di antara “sebagian” itu. Saat menulis, ada catatan dj hadapan saya yang menyatakan ia bekerja tiga belas jam sehari dan tidak bisa menjauh dari London barang semalam. Saya sudah bertahun-tahun mengenal Herbert. la selalu bekerja tiga belas jam sehari. la meninggal di usia muda, utamanya lantaran kerja yang berlebihan.
Saya agak tercengang mendengar bahwa baru-baru ini sebuah surat kabar menyelenggarakan kompetisi untuk menemukan tiga pria tersibuk di negara ini. Ternyata tiga orang itu adalah saya, Mr. Lloyd George, dan Pangeran Wales. Saya tidak pantas menyandang julukan yang mengandung pujian ini lagi. Pasalnya setelah perang, saya tidak banyak bekerja lembur.
Memang benar, saya menulis catatan ini pada pukul lima lewat lima belas menit, di pagi musim dingin yang menusuk. Namun jika harus bangun pagi-pagi seumur hidup, saya tidak akan mempunyai waktu untuk bersenang-senang. Harap diperhatikan, jika kalian hanya menambah jam kerja satu jam per hari, berarti 360 jam per tahun, atau tambahan tiga minggu dalam kondisi terjaga dibandingkan rata-rata orang. Saya pribadi pernah menjalani hidup tiga belas bulan setahun, alih-alih dua belas. Sebagian orang menambah waktu ekstra di ujung hari, ketika tubuh dan pikiran lelah. Tidak ada yang lebih baik dari waktu pagi untuk menyelesaikan pekerjaan. Seseorang yang bangga dengan pekerjaannya akal memperoleh kesenangan dalam menjalankannya.
Saya pernah berbicara dengan seorang insinyur muda, yang tetap bekerja saat ada pemogokan. Saya bertanya apa alasannya, dan ia menjawab dengan nada banggza, “Lihatlah pekerjaan ini. Bukankah keren? Saya tidak bisa melepaskannya.” la tidak bisa meninggalkan pekerjaan karena sangat mencintainya. Kalau kita mencintai pekerjaan, apa pun akan dilakukan. Satu-satunya bahaya bagi pencinta kerja adalah menjadi budak pekerjaannya. la tidak memberi hak eagi dirinya sendiri untuk berekreasi dan rehat.
Rehat di sini bukan berarti menganggur, melainkan mengubah kegiatan. Perubahan yang saya buat sendiri cukup bervariasi. Sebagai contoh, dulu saya berkubang di sungai berlumpur untuk membersihkan ganggang yang tumbuh di sana. Pekerjaan ini menarik bagi saya, tetapi lebih menarik lagi bagi pengangguran yang duduk di dinding jembatan sambil merokok. Tampaknya, ia sangat menikmati kegiatannyamenonton saya bekerja.
Kalian tentu pernah melihat kerumunan orang di jalanan London yang sibuk. Mereka menonton petugas memperbaiki jalan dengan semacam cokelat panas. Nah, pengangguran di jembatan itu seperti mereka. Pada akhirnya rasa penasaran mengalahkan kepuasannya. “Pekerjaan kotor kelihatannya,” gumamnya. Saya sependapat. Namun kalau tidak membenamkan diri di lumpur, dari wajah hingga kaki, pekerjaan ini tidak akan selesai.
“Kau dapat berapa dari pekerjaan ini, sobat?”
“Oh, tidak sampai enam pence per jam,” jawab saya.
“Astaga! Saya pasti bodoh jika melakukannya!”
Dan ucapannya memang benar.
Kebugaran Fisik Membantu Pengendalian Diri
Saya pernah memerintahkan pasukan untuk tidak membawa peralatan yang biasa menyertai para prajurit. Sebut saja botol minuman. Perintah ini kedengarannya kejam, dan pada mulanya mereka pun berpikiran begitu. Namun ketika sudah terbiasa, mereka merasa tidak membutuhkan air lagi. Mereka juga terbebas dari beban berat yang biasanya menggantung di pinggang. Dan mereka bisa berjalan tiga kali lebih cepat dan pasukan lain.
Lebih jauh lagi, mereka tidak terkena diare atau tifus sepett orang lain. Alasannya, orang yang membawa botol minuman biasanya akan menenggaknya sampai habis dalam satu jam berjalan. Setelah minum banyak seperti ini, mereka menjadi lebih haus lagi dibandingkan sebelumnya. Karena itu mereka segera mengisi botol dari kolam atau sungai pertama yang mereka jumpai. Dari sinilah mereka terkena penyakit.
Cairan apa pun, terutama alkohol, bersifat buruk jika dikonsumsi di antara dua makan besar. Tidak ada orang yang sedang berlatih lari atau tinju, yang bisa memiliki tubuh bugar jika menenggak alkohol. Kecuali dalam jumlah kecil dan pada saat makan, setelah itu tidaklah baik. Salah satu tanda bahwa tubuh kalian “bugar” adalah rasa haus yang kadang muncul. Seseorang menjadikan tubuhnya cocok untuk bermain sepak bola atau atletik, yang kalau tidak, mereka tidak mungkin melakukannya. Namun sepertinya mereka lupa minum ketika sibuk dengan pekerjaan yang menentukan gaji dan kenaikan posisinya. Jika ia menjaga tubuhnya selalu bugar, ia akan menjalankan pekerjaan dan menikmati waktu bersenang-senang dengan lebih baik. la akan menahan diri untuk menenggak minuman keras, dan akan memiliki umur panjang.
Paman John Shell
“Tahun lalu, ‘Paman’ John Shell mendapati istrinya wafat ketika ia pulang. Sejumlah kerabat mengurus pemakamannya, dan memutuskan untuk merawat putra kecilnya yang berusia tujuh tahun. Paman John dengan tegas menolak. Namun mereka tetap ingin memboyong putranya. Karena itulah Paman John bergegas masuk ke dalam rumah dan mengambil senapan tua yang ia buat sendiri. Kemudian ia mengejar mereka dengan menunggang keledai. la berhasil menjegal ayah mertuanya di tengah jalan dan memaksanya menyerahkan sang putra di bawah todongan senapan.”
“Usianya seratus tiga puluh dua tahun—dan masih beringas!”
Ya, saya tidak salah tulis. Menurut riwayat otentik yang diterbitkan dalam Landmark pada 1920, John Shell lahir Knoxville pada 3 September 1788. Di usianya yang renta, ia masih sehat. Putra yang disebut dalam kisah ini, masih , tujuh tahun. Namun kakak sulungnya berusia lebih dari Sembilan puluh tahun. Adiknya berjumlah tiga puluh delapa, orang. Sang kakek tua membeberkan resep usia panjangnya:
“Kerja keras, tetapi jangan berlesihan. Terlalu banyak bekerja sama buruknya dengan terlalu sedikit bekerja. Makan dan tidurlah sesuai kebutuhan tubuh. Di samping itu, bersenang-senanglah sedikit setiap hari.” Namun, ia tidak pernah menenggak minuman apa pun yang lebih keras dari air putih.
Hiburan
Salah satu bentuk “kesenangan” yang kadang saya nikmati setelah bekerja seharian di kantor atau dalam komitedemi Tuhan, jangan sampaikan ke yang lain, ya!—adalah mengunjungi pertunjukan musik atau ke bioskop.
Saya tahu, orang-orang terhormat akan berpendapat kegiatan ini memalukan. Saya tidak bisa menahan diri. Tidak ada manusia yang sempurna. Sebelumnya saya menyebutkan bahwa perubahan kegiatan secara aktif adalah rekreasi terbaik. Saya tidak bisa berdalih untuk kesenangan yang kadang-kadang saya nikmati ini, ketika saya secara pasif menerima hiburan dari orang lain.
Di bioskop, saya bisa masuk ke kondisi setengah tertidur, kondisi rehat, dengan cerita terpampang di hadapan mata. Seandainya ceritanya buruk, seperti yang sering kali terjadi, saya perlahan-lahan akan tertidur. Namun sulitnya, jenis fil yang ada sekarang ini tidak memungkinkan penontonnya tertidur karena para aktornya terlalu banyak bicara.
Mengenai pertunjukan di gedung musik, saya memilih hiburan yang disertai akrobat bersepeda, jagoan pemecah piring, atau aktor yang memakai dasi musim semi. Pertunjukan yang sarat dengan tawa ini bagaikan penyegaran otak bagi saya. Namun harus diakui, saya menjadi sangat bosan ketika pertunjukan telah berjalan 75 persen. Karena setelah itu adalah waktunya penyanyi perempuan setengah telanjang yang bersuara parau dan lelucon basi tentang ikan busuk dan ibu mertua yang gemar minum-minum. Kadang-kadang sang aktor mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk memancing tawa penonton, karena ia tidak bisa mengandalkan kemampuannya sebagai pelawak. Saya yakin, jika semua itu dihilangkan, penonton akan lebih terhibur. Pihak manajemen pun akan menerima bayaran yang lebih baik.
Memang, sekarang kaum wanita boleh mengunjungi gedung musik. Beberapa tahun lalu, ini tidak mungkin terjadi, lantaran lagu-lagu yang tidak pantas dan ucapan tidak senonoh dalam pertunjukan. Kaum pria zaman sekarang berpikiran lebih jernih ketimbang dulu. Jadi, keputusan ada di tangan kalian, para generasi muda. Akankah kalian melanjutkan kemajuan ini atau tidak, sekalipun demi kehormatan kalian sendiri?
Masih banyak jenis kelemahan dan keterlenaan lain yang belum saya sebutkan. Namun, semua itu bisa kalian temukan sendiri dengan menelaah karakter dan kebiasaan kalian dengan cermat. Banyak di antaranya yang mungkin tidak disadari hingga kini. Namun begitu kalian menemukannya, alih-alih menuding orang lainlah yang melakukannya, kalian bisa mengenalinya sebagai jalan untuk memperbaikinya. Saya menyebutkan sebagian kelemahan ini dalam bab terakhir, berikut cara mengatasinya.
Memutari Batu
Kalian sudah tahu bahwa batu yang dijuluki “Minuman Keras” yang muncul dalam perjalanan kalian ini sebenarnya adalah bentuk keterlenaan. Maksud saya, karena kalian membiarkan kecenderungan itu mengendalikan diri kalian. Entah itu minum-minum, merokok, dan makan yang berlebihan, atau bentuk kemewahan lain. Keterlenaan bisa menghancurkan individu dan membahayakan masyarakat. Ini diakibatkan pergaulan dengan kelompok di sekeliling kalian, sehingga kalian terancam bahaya. Namun dengan mengarahkan mata jurus ke depan dan mendayung kano kalian sendiri dengan penuh kendali-diri, kalian bisa meluncur dengan aman ke sisi batu yang terang. Dengan begitu, kepribadian kalian akan semakin kuat sehingga kalian aman dari godaan lainnya yané bisa mengakibatkan kelemahan. Cara ini akan membantu kalian menuju kesuksesan.
Penasaran dengan kelanjutan filosofi dari Bapak Pramuka dunia? Tenang, Kamu bisa mendapatkannya di Jakarta Book Review Store. Untuk pembelian bisa klik di sini.
Jakarta Book Review memiliki banyak koleksi buku bermutu lain yang tentunya dengan harga terjangkau, penuh diskon, penuh promo, dan yang jelas ada hadiah menariknya. Tidak percaya? Buktikan saja.