Tanda Mengenali Diri
Ketahuilah, kimia lahiriah itu tidak terdapat dalam gudang orang-orang awam, melainkan hanya ditemukan dalam gudang-gudang orang yang mulia. Demikian pula kimia kebahagiaan tidak bisa ditemukan, kecuali dalam gudang-gudang Allah swt. Di langit terdapat dzat para malaikat. Di bumi ada hati para wali yang makrifat. Oleh karena itu, setiap orang yang mencari kimia ini bukan dari (risalah) kenabian, berarti telah meniti jalan yang salah, dan amalnya bagaikan uang palsu. Ia menyangka dirinya adalah orang yang kaya raya, padahal di hari kiamat kelak ia akan rugi dan celaka. Hal ini sebagaimana firman Allah swt.,
“Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, hingga penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaf [50]: 22)
Salah satu bentuk kasih sayang Allah swt. terhadap para hamba-Nya, adalah dengan mengutus kepada mereka sebanyak 124.000 Nabi untuk mengajarkan kepada umat manusia mengenai “naskah kimia” dan mengajarkan kepada mereka cara menempatkan hati dalam bingkai mujahadah. Cara menyucikan hati dari berbagai perangai tercela dan cara mereka mengarahkan hati ke jalan yang jernih. Dalam hal ini, Allah swt. berfirman,
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka kitab (al-Quran) dan hikmah.” (QS. al-Jumu’ah [62]: 2)
Dalam arti, bagaimana Rasul menyucikan manusia dari perangai tercela dan sifat-sifat kebinatangan, serta bagaimana Rasul menjadikan sifat-sifat malaikat sebagai pakaian dan perhiasannya.
Maksud dari kimia ialah menanggalkan segala kekurangan dan mengenakan segala sifat kesempurnaan. Salah satunya adalah hendaknya engkau kembali dari dunia ini menuju Allah swt., sebagaimana firman-Nya dalam al-Quran,
“Dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (QS. al-Muzammil [73]: 8)
Oleh karena itu, keutamaan kimia ini cukup panjang untuk diuraikan.
Mengenali Diri Sendiri
Ketahuilah, kunci untuk mengenali Allah (makrifatullah) adalah mengenali diri, sebagaimana firman Allah swt.,
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tandatanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah kebenaran bagimu.” (QS. Fushshilat [41]: 53)
Sejalan dengan firman Allah di atas, Rasulullah saw. bersabda,
“Siapa yang mengenal dirinya, maka ia telah mengenal Tuhannya.”
Tak ada satu pun yang lebih dekat denganmu daripada dirimu sendiri. Jika kau tak mengenal dirimu, bagaimana mungkin kau akan mengenal Tuhanmu?
Jika kau berkata, “Sesungguhnya aku mengenal diriku,” yang kau ketahui hanya jasad lahiriah berupa tangan, kaki, kepala, dan badan. Engkau tidak mengetahui apa yang ada di dalam batinmu, seperti hal-hal yang memicu pertikaian ketika marah dan keinginan untuk menikah ketika bersyahwat. Jika lapar, kau akan mencari makanan; jika haus, kau akan mencari minuman. Binatang pun melakukan tindakan yang sama dalam segala hal, sehingga yang menjadi kewajibanmu adalah menge- tahui dirimu dengan sungguh-sungguh sampai kau mengetahui siapa dirimu? Dari manakah kau sebelum datang ke tempat ini? Untuk apa kau diciptakan? Dengan apa kau meraih kebahagiaan? Dan apa yang menyebabkanmu mendapatkan kesengsaraan?
Pada hakikatnya, di dalam batinmu terdapat berbagai sifat, Ada sifat-sifat binatang ternak, sifat-sifat binatang buas, dan sifat-sifat malaikat. Ruh adalah inti dari esensimu, sedangkan yang lainnya merupakan benda-benda asing dan pinjaman yang ada padamu. Oleh karena itu, kewajibanmu adalah mengetahui perkara ini dan mengenali bahwa masing-masing sifat itu memiliki kebutuhan makanan dan kebahagiaannya masing-masing.
Kebahagiaan binatang ternak terletak di dalam makan, minum, tidur, dan kawin. Jika kau bagian dari mereka, berusahalah dengan sungguh-sungguh dalam mengurus perut dan kemaluan. Kebahagiaan binatang buas terletak dalam menyerang dan merusak, sedangkan kebahagiaan setan ada dalam tindakan tipu daya, kejahatan, dan rekayasa. Jika kau termasuk dari mereka, sibukkanlah dirimu dengan memuaskan perut dan kelamin.
Adapun kebahagiaan malaikat terletak pada musyahadah (persaksian) kepada keindahan hadirat rububiyah Tuhan. Mereka tidak memiliki amarah ataupun syahwat. Jika kau ada lah bagian dari elemen malaikat, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengetahui asalmu sehingga kau mengetahul jalan menuju ke hadirat Tuhan, mencapai tingkat musyahadah (persaksian) terhadap keagungan dan keindahan, melepaskan dirimu dari belenggu amarah, serta engkau mengetahui untuk apa sifat-sifat ini disematkan di dalam dirimu.
Allah swt. menciptakan semua sifat ini bukan untuk menjadikanmu sebagai tawanan, melainkan semua sifat ini menjadi fawananmu dan kau kendalikan untuk perjalanan di depanmu. salah satunya kau jadikan sebagai kendaraanmu dan yang satu jagi sebagai senjatamu sehingga keduanya dapat kau gunakan yntuk mengejar kebahagiaanmu.
Jika kau telah sampai pada tujuanmu, pertahankanlah semuanya di bawah telapak kakimu dan kembalilah ke tempat kebahagiaanmu. Tempat itu adalah kediaman orang-orang khusus yang mencapai hadirat Tuhan. Sementara tempat tinggal orang awam adalah tangga-tangga surga. Oleh karena itu, kau perlu mengetahui konsep-konsep ini agar dapat mengetahui perihal ini dari dirimu, meski sedikit. Semua orang yang tidak mengetahui konsep-konsep ini, mereka akan memperoleh permukaannya saja karena kebenaran masih terhalang darinya.
Hati (Qalb), Jiwa (Nafs), dan Ruh (Rûh)
Jika kau ingin mengetahui dirimu, pahamilah bahwa dirimu terdiri dari hati, jiwa dan ruh. Jiwa adalah hati yang bisa kau kenali melalui mata batin dan merupakan hakikat dirimu yang paling dalam. Jasad merupakan permulaan dan yang menjadi akhir. Sementara jiwa sebaliknya, akhir yang menjadi awal, disebut juga dengan hati. Akan tetapi, yang dimaksud dengan hati bukanlah potongan daging yang ada di rongga dada sebelah kiri. Karena bagian ini ada juga pada binatang, bahkan mayat sekalipun.
Segala sesuatu yang bisa kau lihat dengan mata lahir disebut alam syahadah (realitas). Sementara hakikat hati tidak tergolong dalam alam syahadah, tapi termasuk alam gaib dan menjadi asing di alam syahadah ini. Potongan daging ini Res menjadi kendaraanya, anggota tubuh sebagai bala tentaranya dan Dia-lah Sang Raja. Makrifatullah dan penyaksian keindahan hadirat ketuhanan merupakan ciri-cirinya, beban syariat (taklif) yang ditujukan kepadanya, dan firman (khithab) dimaksudkan untuknya. Dia berhak menerima pahala dan mendapatkan siksa. Adapun kebahagiaan dan kesengsaraan melekat padanya sedangkan ruh hewani mengikuti dan selalu bersamanya dalam segala hal.
Pengetahuan terhadap hakikat dan sifat-sifat hati menjadi kunci untuk mengenal Allah swt. Jadi, kau harus bersungguh. sungguh (mujahadah) hingga kau mampu mengenalinya karena ia merupakan anasir mulia dari anasir malaikat yang berasa} dari hadirat ketuhanan. Dari tempat itulah ia datang dan menuju ke tempat itu pula ia akan kembali.
Berkaitan dengan pertanyaanmu, “Apa hakikat hati itu?” Syariat tidak menyebutkan jawaban yang melampaui firman Allah swt. berikut,
“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku.’” (QS. al-Isra’ [17]: 85)
Sebab ruh merupakan bagian dari kekuasaan Allah sekaligus tergolong dalam urusan atau wewenang-Nya (alam al-amar).
Allah swt. berfirman,
“Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.” (QS. al-A’raf [7]: 54)
Di satu sisi, manusia tergolong alam penciptaan (alam al-khalq). Akan tetapi, di sisi lain ia juga termasuk dalam alam wewenang Tuhan (alam al-amr). Segala sesuatu yang mungkin memiliki jarak, ukuran, dan kualitas maka ia tergolong alam penciptaan. Sementara itu, hati tidak memiliki luas atau ukuran sehingga ia tidak dapat dibagi. Andaikan hati bisa dibagi, ia termasuk alam penciptaan. Dari sisi ketidaktahuan, ia menjadi bodoh, dan dari sisi pengetahuan, ia menjadi pandai. Segala sesuatu yang memiliki ilmu sekaligus kebodohan adalah mustahil.
Dengan kata lain, hati tergolong alam wewenang (alam al-amr) karena alam ini merupakan sesuatu yang tidak memiliki jarak atau ukuran. Sebagian orang menganggap, ruh itu qadim (terdahulu), tapi anggapan ini salah. Sekelompok orang juga mengatakan bahwa ruh adalah gejala (‘aradh), ini pun keliru karena gejala itu tak bisa berdiri sendiri dan selalu menempel pada selainnya. Ruh adalah asal manusia, sedangkan kulit (wujud luar) manusia berasal darinya, lantas bagaimana mungkin ruh merupakan gejala? Bahkan sebagian lain mengatakan bahwa ruh adalah materi atau benda (jisim), itu juga salah karena materi itu bisa dibagi. Dengan demikian, ruh yang kita sebut sebagai hati dan menjadi tempat makrifatullah bukanlah materi atau pun gejala, tetapi sejenis malaikat.
Mengenal ruh sangatlah sulit karena di dalam agama tidak pernah disebutkan cara untuk mengetahuinya. Sejauh ini pengetahuan mengenai ruh tak diperlukan, karena agama adalah mujahadah, sedangankan pengetahuan termasuk tanda hidayah, sebagaimana firman Allah swt.,
“Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. al-Ankabit [29]: 69)
Siapa yang tidak berusaha secara sungguh-sungguh, ia tak diizinkan berbicara dengan-Nya perihal pengetahuan hakikat ruh ini. Jadi, manusia harus mengenal dasar mujahadah untuk mengetahuinya. Adapun dasar mujahadah yang pertama, hendaknya kau mengetahui bala tentara hati. Jika manusia tidak mengenal bala tentaranya sendiri, ia tak layak melakukan jihad.
Ketahuilah, nafsu adalah kendaraan hati, sedangkan hati mempunyai bala tentara, seperti firman Allah swt.,
“Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.” (QS. al-Muddatstsir [74]: 31)
Hati diciptakan untuk meraih amal akhirat sekaligus mencari kebahagiaan. Kebahagiaan hati adalah dengan mengenal Tuhannya (makrifatullah). Makrifatullah bisa diraih melalui tindakan-Nya (shan’illah) dan hati ini termasuk bagian dari alam Ilahi. Hati tak akan bisa mencapai pengenalan berbagai keajaiban alam, kecuali melalui indra. Indra berasal dari hati dan tubuh Jahiriah sebagai kendaraannya.
Di samping itu, hati juga harus mengetahui buruan dan perangkapnya. Tubuh lahiriah tidak akan dapat berdiri, kecuali dengan makanan, minuman, suhu panas, dan dingin. Tubuh ini sangat lemah sehingga terancam oleh kelaparan dan kehausan dari dalam, sedangkan dari lahir ia rentan terancam oleh air dan api. Ia juga menghadapi musuh yang banyak.
Dalam hal ini, engkau perlu mengenal dua pasukan. Pertama, pasukan lahir, yaitu syahwat dan amarah yang bersemayam di dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga, dan seluruh anggota tubuh. Kedua, pasukan batin yang bersemayam di dalam otak, kekuatan imajinasi, daya pikir, daya hafal, daya ingat, dan angan-angan. Masing-masing potensi ini memiliki pekerjaan tertentu. Jika salah satu dari mereka melemah, kondisi manusia di dunia atau akhirat juga akan melemah.
Berkumpulnya kedua pasukan ini ada di dalam hati, dan hatilah sebagai pemimpinnya. Jika hati memerintahkan lidah untuk berdzikir, lidah pun berdzikir. Jika ia memerintahkan tangan untuk menampar, tangan pun menampar. Jika hati memerintahkan kaki untuk berjalan, kaki pun akan berjalan. Pun dengan pancaindra sehingga masing-masing dari mereka bisa menjaga dirinya untuk menyiapkan bekal menuju akhirat. Hati pun mampu menangkap buruan sehingga terjadilah perdagangan dan mengumpulkan benih-benih kebahagiaan. Seluruh anggota tubuh ini mematuhi perintah hati, sebagaimana para malaikat yang patuh kepada Allah dan tak pernah membangkang terhadap perintah-Nya.