Sayidina Ali Zainal Abidin, cicit Rasulullah Muhammad Saw pernah berjalan bersama salah seorang sahabatnya di sekitar ka’bah. Sahabatnya itu membanggakan suasana ka’bah yang ramai oleh orang-orang yang thawaf mengagungkan asma Allah.
Tiba-tiba Sayidina Ali Zainal Abidin mengusap wajah sahabatnya itu. Usai diusap, sontak apa yang dilihatnya jadi berbeda. Orang-orang yang berthawaf di sekeliling ka’bah tampak sebagai rombongan binatang.
Sang sahabat tersentak, apa yang dilihatnya itu mengejutkan dan membuat hatinya miris. Ternyata banyak orang yang secara geografis amat dekat dengan ka’bah, namun hatinya tidak dekat dengan Allah.
Tak sedikit orang yang pergi haji atau umrah hanya untuk pencitraan, mencari popularitas, atau kebanggaan di antara manusia. Di sisi lain, ada orang yang tidak pergi ke ka’bah di bulan haji, tetapi ia diganjar sebagai haji mabrur karena Tuhan telah ada di hatinya.
Seorang ulama besar bernama Abu Abdurrahman Abdullah ibn Al-Mubarak Al-Hanzhali Al-Marwazi bercerita. Pada saat naik haji, ia sempat tertdiur di masjidil haram, lalu bermimpi. Dalam mimpinya itu ia mendengar dua malaikat mengobrol. “Berapa yang haji tahun ini?” tanya malaikat pertama. “600 ribu” jawab malaikat lainnya.
“Berapa yang hajinya diterima?”
“Tidak satupun,” jawab malaikat kedua.
“Namun ada seorang lelaki di Damsyiq bernama Ali bin Al-Muwafiq yang hajinya diterima, padahal ia tidak berhaji,” lanjut malaikat kedua tadi. “Tetapi Allah menghitungnya sebagai haji mabrur. Bahkan kerenanya Allah memabrurkan haji 600 ribu orang yang tadinya tidak diterima hajinya”.
Abdullan bin Mubarak kaget hingga terbangun. Ia sangat penasaran dengan pria Damsyiq yang dibahas malaikat dalam mimpinya itu. Usai musim haji, Abdullah pergi ke Damsyiq dan berhasil menemui pria itu, yang ternyata tukang sol sepatu.
Abdullah bertanya, amalan apa yang ia lakukan mengiringi bulan haji lalu. Si tukang sol bercerita, ia telah menabung selama 30 tahun dan berhasil mengumpulkan 350 dirham. Ia yakin akan mampu menggenapkan 400 dirham dan berencana pergi haji tahun itu.
Namun tiba-tiba ada seorang janda dengan beberapa anak kecil yang kelaparan. Ia kemudian menginfakkan 350 dirham kepada janda itu untuk membiayai hidupnya. Dengan demikian rencana naik haji yang sudah diimpikannya terpaksa batal.
***
Cerita yang dikutip penulis Husein Ja’far Al-Hadar dalam bukunya “Tuhan Ada di Hatimu” ini dimaksudkan untuk memberi bukti penjelas, bahwa Tuhan telah ada di hati manusia, apabila manusia menghadirkan Tuhan dalam kehidupannya. Keberadaan Allah bukan soal geografis, akan tetapi kedekatan secara spiritual.
Habib Ja’far mengajak pembacanya melihat hal-hal yang berada di sekitar kita sebagai tanda-tanda kehadiran dan kebesaran-Nya. Bumi ini sejatinya adalah masjid, dimanapun orang bersujud dan menyebut nama-Nya di situlah Tuhan berada.
Husein Ja’far mengingatkan, dakwah Islam harus sarat dengan cinta, kasih, dan dilakukan dengan lemah lembut. “Muslim jangan sontoloyo, apalagi khawarij,” semprotnya pada halaman 29.
Ia memperingatkan soal hijrah. Sebagai muslim seharusnya bisa menyerap sejuknya Islam dalam pemikiran dan perbuatan. Dalam berhijrah, hindari menghujat dan mencela kepada mereka yang belum berhijrah.
Buku terbitan Noura setebal 207 halaman ini bisa dinikmati semua kalangan. Gaya bahasanya lebih mengena untuk anak muda, namun tetap enak dimakan oleh generasi di atasnya. Secara konten, penulisnya sangat menguasai materi dan memiliki cara pandang yang populis.
Buku ini penting dibaca oleh para newbie pembelajar agama. Euforia menemukan Islam sering menyeret orang ke arus pemikiran revolusioner yang justru menjauhkannya dari substansi agama. Di antara konten menariknya, penulis menjelaskan bahwa agama islam itu endingnya harus akhlaqul karimah. Salah besar bagi yang memahami Islam sebagai agama perang. Logika-logika yang dibangun cukup kuat disertai kisah-kisah yang relevan.
Habib Husein Ja’far Al Hadar, adalah magister Tafsir Qur’an dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pria kelahiran Jakarta tahun 1988 ini memiliki jam terbang yang lama dalam penulisan yang memiliki konsen kuat dalam hal penyebaran paham islam cinta kasih. Saat ini ia duduk sebagai Direktur Akademi Kebudayaan Islam Jakarta, dan aktivis Gerakan Islam Cinta.
Judul Buku : Tuhan Ada Di Hatimu
Tidak di Ka’bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan
Penulis : Husein Ja’far Al-Hadar
Penerbit : Noura
Tebal : 207 Halaman
ISBN 9786232421479