Referensi Israiliyyat
Kitab Kejadian berbicara panjang lebar tentang sejarah hidup Nabi Ibrahim as. Kitab ini menegaskan bahwa Ibrahim lahir di Ur, Chaldea. Silsilah ke atas bersambung ke Sam bin Nuh, yaitu: Ibrahim as. bin Tarah bin Nahur bin Saruj bin Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin (Nabi) Nuh.
Di dalam Kitab Kejadian juga disebutkan bahwa Tarah memiliki 3 anak, yaitu: Ibram (Nabi Ibrahim), Nahur, dan Haran. Haran mempunyai putra Luth, yang meninggal sebelum ayahnya di tanah kelahirannya, Ur, Chaldea. Ibram dan Nahur masing-masing mempunyai istri, yaitu Sarai (Sarah), dan Malika binti Haran. Sarai adalah putri Tarab dari istrinya yang lain, sebagaimana disebutkan pada Fasal ke-20, berdasarkan pengakuan Ibrahim, “Sebenarnya, ia memang saudaraku. Ia anak ayahku, hanya saja bukan anak ibuku, lalu ia pun menjadi istriku.”
Pada Fasal ke-11 ditegaskan, “Tarah membawa anaknya, Ibram, dan Luth anak Haran, serta menantunya, Sarai, istri Ibram. Mereka keluar bersama-sama dari Ur, Kaldan, untuk pergi ke Tanah Kana’an.” Ketika mereka sampai di Haran,” mereka pun tinggal di sana. Tarah mencapai umur 205 tahun, dan meninggal di Haran.”
Kemudian, pada Fasal ke-12, Tuhan berkata pada Ibram, “Pergilah dari negerimu, dari keluargamu, dari rumah ayahmu ke negeri yang akan Ku-tunjukkan padamu. Aku akan menjadikanmu bangsa yang besar, dan Aku akan memberkatimu, membuat namamu besar. Engkau akan menjadi berkah. Aku akan memberkahi orang-orang yang memohonkan berkah bagimu, dan Aku akan mengutuk orang-orang yang mengutukmu. Melalui dirimu, semua suku bangsa di bumi akan memperoleh keberkahan.” Maka, Ibram pun pergi bersama Luth, seperti difirmankan Allah kepadanya.
Saat keluar dari Haran, usia Ibram telah mencapai usia 75 tahun. Ia pergi dari Haran menuju daerah Kan’an bersama Dzakha’ir, Ubaid, dan Masyiyah. Ibram berjalan menjelajahi negeri itu sampai suatu tempat di Sikhem, tepatnya di Balluchat Mamre, di mana orang-orang Kan’an tinggal di negeri tersebut.
Allah pun menampakkan diri kepada Ibram seraya berfirman, “Kepada keturunanmu, Aku akan mengaruniakan negeri ini. Maka, Ibram pun membangun sebuah tempat pengorbanan untuk Allah yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia menuju ke gunung dan mendirikan sebuah tenda di sebelah timur Beit-El dari arah barat dan Lumay dari arah timur. Setelah itu, Ibram melanjutkan perjalanannya dan berangkat menuju ke Tanah Negev.
Kemudian, terjadilah bencana kelaparan di negeri itu, lalu Ibram pun segera pergi ke Mesir. Ketika telah mendekati Mesir, ia berkata pada istrinya, Sarai, “Sungguh, aku tahu bahwa engkau adalah seorang wanita yang mempunyai paras yang cantik, sehingga orang-orang Mesir melihatmu dan menyangka dirimu adalah istriku. Lalu mereka akan membunuhku dan membiarkanmu hidup. Karena itu, katakanlah bahwa engkau saudariku supaya aku diperlakukan dengan baik karenamu, dan nyawaku selamat karena kemuliaanmu.”
Pada saat Ibram memasuki Mesir, orang-orang Mesir memandangi Sarai yang sangat cantik. Para pembesar Firaun pun memujinya. Akhirnya, perempuan itu dijemput ke istana Firaun. Firaun pun memperlakukan Ibram dengan baik karena perempuan tersebut. Ibram mendapatkan seekor domba, sapi, keledai jantan dan betina, unta, juga budak laki-laki dan perempuan yang kuat dan rupawan.
Akan tetapi, Tuhan mengazab Firaun dan istananya dengan petaka yang dahsyat. Lalu, Firaun memanggil Ibram dan berkata, “Apa yang kau perbuat padaku? Mengapa tidak kau beritahukan bahwa ia adalah istrimu? Mengapa engkau mengatakan, ‘ia saudariku,’ sehingga aku hendak mengambilnya untuk kujadikan istriku? Karena itu, ambillah dan pergilah!” Kemudian Firaun menyuruh orang-orang mengantarkannya keluar istana.”
Ibram pun kembali ke Beit-El tempat ia mendirikan kemahnya sebelum pergi ke Mesir. Negeri itu tidak muat untuk tempat tinggal Ibram, Luth, para pelayan, dan hewan ternak. Namun tak lama berselang, rakyat negeri itu pun semakin maju di bawah kepemimpinan keduanya. Di antara mereka adalah kaum Kan’an dan Farizi.
Ibram berkata kepada anak saudaranya, Luth, “Aku mohon, janganlah terjadi perselisihan antara aku dan engkau, juga antara pengikutku dan pengikutmu karena kita ini bersaudara. Bukankah seluruh negeri ini ada di hadapanmu? Pergilah ke mana kau suka. Jika engkau ke kiri, maka aku pergi ke kanan.” Akhirnya Luth pun meluaskan pandangannya, dan melihat negeri di hadapannya yang subur seperti Mesir. Ia pun memilih daerah Yordan dan pergi ke timur, lalu memindahkan kemahnya ke Sodom, yang mana orang-orang di sana memiliki perilaku yang buruk.
Sementara itu, Ibram tinggal di Kan’an, lalu Tuhan berkata kepadanya, “Layangkanlah pandanganmu dari tempatmu berdiri. Tengoklah ke utara, selatan, timur, dan barat. Karena seluruh negeri yang kau lihat itu akan Ku anugerahkan kepadamu dan keturunanmu selama-lamanya. Aku akan menjadikan keturunanmu layaknya debu yang tak terhitung, kecuali ada orang yang dapat menghitungnya. Mereka akan tinggal di sepanjang dan seluas wilayah yang kau mau.”
Ibram pun memindahkan kemahnya, dan mendirikan di Balluthat Mamre, di wilayah Jebron atau Hebron (saat ini masuk wilayah Israel). Di sana ia membangun sebuah mazbah atau tempat pengorbanan untuk Allah. Akhirnya, pecahlah pertempuran antara pemimpin kaum Badia atau Badui (warga pedesaan) dan pemimpin kaum Hadhar (masyarakat perkotaan) di Beka. “Maka, keluarlah Raja Sodom, Raja Gomora, Raja Adma, Raja Zeboim, dan Raja Bela, yang tak lain adalah Zoar. Mereka mengatur siasat perangnya di Lembah Sidim, melawan Kedorlaomer, Raja Elam, Tideal, Raja Goyim, Amrafel, Raja Sinear, Raja Ariokh, dan Raja Elasar. Empat raja melawan lima raja.
Lembah Sidim adalah tempat yang dipenuhi kerak merah. Ketika raja-raja Sodom dan Gomora melarikan diri, sebagian mereka terperosok ke dalamnya, sedangkan yang masih hidup melarikan diri ke pegunungan. Musuh-musuh merampas semua harta benda dan segala jenis bahan makanan milik Sodom dan Gomora, lalu pergi begitu saja.
Mereka juga menyandera Luth, anak saudara Ibram yang tinggal di Sodom, lalu pergi. Salah seorang Ibrani yang berhasil lolos datang menghadap Ibram dan memberitahu hal itu kepadanya. Saat itu Ibram tinggal di dekat orang-orang Amori atau Amurah, di Balluthat Mamre. Ia adalah saudara Eskol dan Aner, yang juga teman-teman Ibram.
Ketika Ibram mendengar bahwa saudaranya tertawan, ia segera mengerahkan semua orangnya yang terlatih. Mereka adalah orang-orang yang lahir di rumahnya (para budaknya). Mereka berjumlah 318 orang, Lalu melakukan pengejaran sampai kawasan Dan. Ibram dan para budak tersebut berbagi pasukan untuk menyerang musuh pada malam hari. Mereka pun mengalahkan musuh dan mengejarnya sampai ke Hoba, di sebelah utara Damaskus. Akhirnya, semua harta bendanya dikembalikan, termasuk Luth serta para lelaki dan perempuan yang ikut ditawan.
Setelah Ibram kembali dari mengalahkan Kedorlaomer dan raja-raja yang menyertainya, Raja Sodom pun keluar menyambutnya. Kemudian, Melkisedek, Raja Salem, keluar dengan membawa roti dan anggur. Ia adalah pendeta Allah Yang Mahatinggi. Ia memohonkan berkah bagi Ibram seraya berkata, “Ibram telah diberkahi oleh Allah Yang Mahatinggi, Pemilik langit dan bumi. Segala puji bagi Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuh-musuhmu ke tanganmu.” Lalu, Ibram memberikan sepersepuluh dari harta rampasan itu kepadanya.
Maka berkatalah Raja Sodom kepada Ibram, “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah semua harta rampasan itu.” Akan cetapi, Ibram menimpalinya, “Aku telah bersumpah kepada Allah Yang Mahatinggi, Pemilik langit dan bumi, bahwasanya aku tidak akan mengambil selembar benang atau sandal sisian (berbeda antara kanan dan kiri) pun dari semua yang ada padamu. Sehingga engkau tak akan pernah mengatakan, ‘Aku telah membuat Ibram kaya.”
Ibram melanjutkan, “Aku tak akan mengambil apa pun, kecuali apa yang telah dimakan atau dipakai oleh para pemuda yang pergi bersamaku, yaitu Aner, Eskol, dan Mamre. Biarlah mereka mengambil bagian mereka masing-masing.”
Sesudah peristiwa itu, turunlah firman Allah kepada Ibram dalam mimpi, “Jangan takut, Ibram, Akulah perisaimu, dan pahalamu sangat besar.” Ibram menjawab, “Ya Allah, Ya Rabbi, apakah yang hendak Engkau karuniakan padaku? Sampai saat ini aku masih belum mempunyai anak (mandul), sedangkan yang akan mewarisi rumahku adalah Eliezer (al Ya’zar),” orang Damaskus itu.” Ibram juga berkata, “Sesungguhnya Engkau belum mengaruniakan keturunan padaku, sehingga budak yang lahir di rumahkulah yang akan menjadi ahli warisku.”
Kemudian turunlah firman Allah kepadanya, “Bukan. Bukanlah orang itu yang akan menjadi abli warismu, melainkan anak kandungmulah yang akan menjadi ahli warismu.” Lantas, Dia membawa Ibram keluar seraya berfirman, “Menengadalah ke langit, dan hitunglah bintang-bintang jika engkau sanggup menghitungnya. Seperti itulah banyaknya keturunanmu kelak.”
Ibram pun percaya kepada Allah, dan hal iru dianggapnya sebagai kebaikan. Tuhan berfirman kepadanya, “Akulah Allah, yang membawamu keluar dari Ur, Kaldan untuk memberikan negeri ini kepadamu sebagai peninggalan.” Ibram pun menimpali, “Ya Allah, Ya Rabbi, bagaimaa, aku tahu bahwa aku akan memilikinya?”
Allah berfirman kepadanya, “Ambillah bagi-Ku seekor sapi betina seekor kambing betina, dan seekor domba jantan, masing-masing berumur tiga tahun, juga seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.” Ibram pun segera mengambil semua itu untuk-Nya, lalu membelahnya menjadi dua. Meletakkan belahan yang satu berhadapan dengan yang lain. Tetapi, burung-burung itu tidak dibelah dua.
Ketika burung-burung pemangsa hinggap di atas daging sembelihan itu, Ibram pun menghalaunya. Hingga menjelang matahari terbenam, Ibram tertidur lelap. Tiba-tiba suasana amat sangat gelap dan mencekam. |
Kemudian Allah berfirman kepadanya,: “Ketahuilah, dan camkanlah bahwa keturunanmu akan menjadi pendatang di negeri yang bukan negeri mereka. Mereka akan diperhamba dan ditindas selama empat ratus tahun. Namun, bangsa yang memperhamba mereka akan Aku hukum, dan setelah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Sementara engkau akan pergi menuju nenek moyangmu dengan sejahtera. Engkau akan dimakamkan pada usia yang sangat tua. Lalu, keturunanmu dari generasi keempat akan kembali ke sini, arena kejahatan orang-orang Amori belum selesai.”
Setelah matahari terbenam dan hari menjadi gelap,. tiba-tiba tampaklah sebuah perapian yang mengepulkan asap dan obor yang menyala melalui celah potongan-potongan daging itu. Pada hari itu juga Allah mengikat perjanjian (gath’ ar-rabb) dengan Ibram seraya berfirman, “Kuberikan negeri ini kepada keturunanmu, mulai dari sungai Mesir (Nil) sampai ke sungai besar, yaitu Sungai Eufrat. Mereka adalah bangsa Kenyan (Kenite), Qanizi (Kenizzite), Kadmon, Het (Hittites), Faris (Persia), Amori (Amurah), Rephaim,* Kan’an, Jerjasyi, Yebus.
Buku ini telah dinukil oleh Jakarta Book Review