Mengenal Social Entrepreneur
Social enterprise adalah sebuah konsep usaha dengan visi sosial yang dijalankan menggunakan prinsip-prinsip bisnis etis, profesional, dan dilakukan dengan mempertimbangkan kelestarian dan keberlanjutan. Usaha ini diarahkan untuk menghasilkan profit agar mampu mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain dalam melakukan misi sosiainya. Profit tersebut disalurkan pada dua tujuan utama, yakni diinvestasikan kembali pada bisnis profesionalnya dan digunakan sebagai sumber pembiayaan kegiatan pemberdayaan objek sosial penerima manfaatnya.
Usaha sosial ini memiliki penerima manfaat. Ketika penerima manfaat menemukan ide dan mulai mengeksekusi idenya, proses pengaplikasiannya tersebut didampingi dengan beragam input dan proses strategi pemberdayaan. Dengan begitu, forum ini membawa dampak berupa perubahan dan perluasan kemajuan hingga penerima manfaat mampu melakukan replikasi di lingkungannya.
Sociopreneur atau usaha sosia! selalu memiliki visi menghadirkan solusi bagi objek sosialnya. Untuk menjadi sociopreneur dapat dimulai dengan berbagai tingkatan kapasitas, mulai dari kegiatan sosial, berusaha mengembangkannya, hingga individu yang memiliki unit usaha yang memiliki kemampuan menyeimbangkan profit, people, dan planet untuk keberlanjutan usaha sosialnya dalam mencapai tujuan sosialnya.
Wirausaha sosial berbeda dari wirausaha konvensional pada umumnya. Tingkat tantangan dan visi usaha yang dibangun lebih tinggi. Entitas bisnis yang dibangun harus benar-benar mampu mengonversi potensi menjadi sumber daya pemantik kemajuan, uang adalah salah satunya.
Wirausaha sosial menjadi menantang karena memang ini murni bisnis, berbeda dengan filantropi yang memang mengarah pada aktivitas sosial saja. Mengonversi potensi menjadi sebuah valuasi, membangkitkan keuntungan kemudian memilah dengan cermat agar bagian-bagiannya dapat dikembalikan pada tujuan utama sosialnya serta kepastian keberlanjutannya.
Wirausaha sosial juga bukan sekadar crowd funding karena pada umumnya bertujuan untuk memandirikan. Penting bagi pemberdayaannya memegang prinsip: sebelum memandirikan objek sosialnya dirinya sendiri yang harus mandiri terlebih dahulu. Jika ingin memandirikan yang lain, bertanya dulu pada diri sendiri, seberapa besar tingkatan kemandirian kita, seberapa besar tingkat kesungguhan dalam belajar memperbesar kapasitas kemandirian, sebelum memaksa orang lain untuk menjadi mandiri dengan bungkus tujuan mulia.
Wirausaha atau entrepreneur sangat hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Di kalangan anak muda saat ini, ada kebutuhan dan kebanggaan jika berwirausaha. Tren sudah mulai bergeser dari mengejar profesi tertentu menjadi seseorang yang mengambil peran dengan berwirausaha. Beragam usaha bermunculan dengan model bisnis yang bervariasi. Mulai dari bisnis produksi, pelayanan atau teknologi yang melayani kebutuhan sehari-hari. Ide-ide yang muncul semakin inovatif dan menjadikan kondisi wirausaha Indonesia riuh oleh energi anak mudanya.
Satu hal yang harus diketahui, tidak semua orang yang membuka usaha sendiri dapat dikatakan sebagai seorang entrepreneur. la adalah seorang yang berusaha dengan keberanian dan kegigihan sehingga usahanya mengalami pertumbuhan. Jika stagnan, tidak ada perubahan dari waktu ke waktu, dikerjakan tanpa merencanakan kemajuan sama sekali maka itu hanyalah kegiatan berdagang.
Kewirausahaan adalah jiwa. Meskipun ada orang yang tidak memiliki usaha, jika ia memiliki jiwa untuk menggerakkan, berkontribusi aktif, dan selalu memberikan hal positif kepada masyarakat, sebenarnya dia telah memenuhi panggilan jiwanya sebagai seorang wirausaha. Jiwa wirausaha bisa melekat pada beragam profesi, misalnya pendidik, pekerja sosial, seniman, wartawan, atau penulis, Ke depannya, bentuk wirausaha tradisional akan berubah menjadi era wirausaha yang memiliki dampak bagi masyarakat. Ini bisa diwadahi melalui model bisnis sosial (social enterprise) yang pelakunya disebut sebagai social entrepreneur (sociopreneur).
The Local Enablers adalah contoh konkret Sebuah komunitas yang menghasilkan para social entrepreneur. Di sana, anak-anak muda ‘dididik’ untuk menumbuhkan rasa peduli, mengaplikasikan ilmu, mengembangkan teknologi, dan memberikan sebanyak mungkin manfaat kepada masyarakat. Mereka kemudian berproses menjadi seorang pemberdaya bagi lingkungan sekitarnya. Apa yang mereka lakukan saat ini mematahkan anggapan bahwa menjadi seorang social entrepreneur haruslah orang-orang yang kehidupan perekonomiannya sudah mapan atau berasal dari kalangan menengah atas. Justru mereka dapat belajar untuk memulainya sejak mereka masih harus berjuang memenuhi kebutuhan primernya.
TIP PRAKTIS MEMULAI USAHA SOSIAL
1. Bangunlah visi sosial yang memberikan dampak bagi masyarakat dalam bidang yang diminati.
2. Terjemahkan visi menjadi sebuah bisnis model yang utuh dengan menentukan parameter keberhasilan yang jelas. Perlu diingat, parameter tidak hanya pada ukuran ekonomi dan finansial, tetapi juga pada dampak yang diberikan.
3. Bisnis sosial mengandung dua kata berbeda, bisnis dan sosial. Perlu ditekankan bahwa tidak semata-mata sosial, ada proses bisnis yang dijalankan. Terdapat profit yang harus diperoleh, ini menjadi penting. Profit akan menjadi pertimbangan utama untuk menjamin keberlanjutannya. Buatlah strategi mendapatkan profit dari bisnis yang akan dibuat.
4. Memegang visi sosial akan menjadi pegangan utama untuk membangun proses bisnisnya. Walau pada tahapan pertama profit menjadi fundamental utama tidak menjadi masalah, Untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat, pemilik binis sosial juga perlu memiliki kecukupan finansial yang diperolehnya, untuk kemudian mengembangkan tujuan sosialnya.
5. Lakukan secara bertahap, tidak bisa dilakukan secara langsung, kecuali dalam perjalananya kemudian mendapatkan impact investor. Biasanya mereka akan hadir jika proses bisnis kita sudah berjalan baik, sehingga dari berbagai proses literasinya menghasilkan inovasi yang lebih baik.
6. Untuk menghindari energi yang terkuras dalam mewujudkan mimpinya, para socioentrepreneur perlu menuangkan rencananya dengan baik dan terukur. Carilah mentor berpengalaman yang dapat memberikan arahan, evaluasi serta parameter yang baik.
7. Bergabunglah dengan komunitas-komunitas yang dapat memberikan energi baru dan dapat saling menguatkan.
Penasaran dengan kelanjutan? Tenang, Kamu bisa mendapatkannya di Jakarta Book Review Store. Untuk pembelian bisa klik di sini.
Jakarta Book Review memiliki banyak koleksi buku bermutu lain yang tentunya dengan harga terjangkau, penuh diskon, penuh promo, dan yang jelas ada hadiah menariknya. Tidak percaya? Buktikan saja.