Menjelang pelantikan presiden terpilih, ReneTuros pada Jumat (18/10) menggelar acara bedah buku “Strategi Indonesia 2040” karya pakar strategi, Dr. Rahmat Mulyana, di kawasan Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Buku ini menyajikan strategi pembangunan jangka panjang Indonesia.
“Tanpa tata kelola yang efisien dan strategi yang jelas,” kata Yudi Latif membuka, “Indonesia bisa kehilangan momentum emas yang penting dalam 25 tahun ke depan. Momentum ini ada di tangan pemerintahan baru. Namun, tantangan terbesar adalah kabinet baru yang gemuk, hal ini berpotensi memperlambat proses akselerasi di dua tahun pertama pemerintahan,” jelas mantan kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.
Yudi Latif menyoroti bahwa pembangunan bangsa harus mencakup tiga aspek penting: mental kultural, tata kelola kelembagaan sosial-politik, dan tata sejahtera (ekonomi). Menurut Yudi, ketiga aspek ini harus berjalan secara inklusif dan bersinergi jika Indonesia ingin mencapai pembangunan yang utuh.
Penulis buku “Negara Paripurna” ini menyayangkan bahwa masih banyak pemimpin di negeri ini, bahkan sekelas presiden, yang tidak klir dalam mendefinisikan pembangunan. Pada akhirnya yang dilakukan adalah bukan membangun tapi malah merusak. Baginya, pembangunan adalah gerak berkelanjutan untuk meningkatkan mutu manusia dan peradaban, baik aspek lahir maupun batin.
“Pemerintah tidak boleh hanya fokus pada pembangunan fisik seperti Ibu Kota Negara (IKN), tetapi juga harus membangun mentalitas dan jiwa bangsa,” pungkas doktor sosiologi politik jebolan Australian National University (ANU).
Yudi juga menggarisbawahi pentingnya buku ini dalam menghubungkan visi kebangsaan dengan strategi yang realistis. “Para pemimpin sering berhenti pada mimpi. Namun, mimpi tanpa strategi hanya menjadi angan-angan alias omon-omon. Buku ini mengajak kita membangun strategi yang terukur, menghubungkan antara mimpi dan eksekusi nyata,” jelasnya.