Soal tidur terdengar cukup sepele untuk dijadikan tema buku, apalagi dibahas hingga 500 halaman. Tetapi tulisan Matthew Walker menawarkan perspektif menarik dan mendalam tentang aktifitas yang suka diidentikkan dengan kemalasan ini.
Walker adalah profesor ilmu neurologi dan psikologi di Universitas Berkeley yang kini menjabat sebagai direktur University of California Barkeley Sleep and Neuroimaging Laboratorium. Berdasarkan hasil riset dan penelitian yang panjang, ia menyimpulkan, tidur adalah aktifitas kalibrasi ekstensif dan pemulihan memori pada otak secara alamiah. Maka dari itu eksistensi, kualitas, dan kuatitasnya memiliki implikasi signifikan pada tubuh manusia dalam jangka pendek maupun panjang.
Semua orang tahu, tidur adalah mekanisme tubuh mengistirahatkan diri. Namun tak banyak yang paham betapa rumitnya mekanisme yang terjadi saat itu.
Setia makhluk hidup memiliki siklus harian 24 jam yang sama, tetapi memiliki kinerja tidur berbeda beda. Manusia membutuhkan waktu lelap 7-9 jam sehari. Gajah, meskipun besar, hanya membutuhkan separuh waktu tidur manusia. Macan dan singa perlu 15 jam waktu tidur per hari, sedangkan kelelawar coklat menjadi yang terlama, 19 jam tidur per hari.
Pusat kalibrasi otak manusia ada di bagian nucleus suprachiasmatic. Di sinilah dilakukan scanning terstruktur yang mengkonsolidasikan penempatan file-file yang direkam sebelumnya ke dalam bagian-bagian penyimpanan yang rapi.
Tidur yang cukup meningkatkan kemampuan itu, serta mengerek performa belajar, menghafal, membuat keputusan logis, dan menajamkan ingatan. Dalam tidur otak memprogram kembali sistem kekebalan, metabolisme, hingga mengatur nafsu makan.
Tidur yang lelap (deep sleep) dalam jumlah cukup dapat meminimalisir risiko penyakit berbahaya seperti demensia, diabetes, serangan jantung, stroke, bahkan kanker.
Dalam tidur biasanya ada mimpi. Hal itu berfungsi memastikan fungsi-fungsi saraf dan otak bekerja dengan baik sembari menciptakan ruang realitas maya. Di ruang itu otak menggabungkan pengetahuan masa lalu dan masa kini untuk menunjang kreativitas.
Manusia tak memiliki kontrol pada otaknya saat tidur, tetapi uniknya di sana terdapat potensi problem solving. Banyak tokoh hebat dunia mendapatkan inspirasi ketika tidur atau bermimpi. Salah satunya Thomas Alva Edison, penemu listrik.
Eksperimen Manusia
Matthew Walker memiliki jam terbang lama melakukan berbagai penelitian dan eksperimen. Salah satunya adalah percobaan dengan sejumlah orang dewasa sehat dan berapasitas otak baik.
Sejumlah relawan itu dibagi dalam dua kelompok yang sama-sama diberi sesi pembelajaran ketat, yaitu permainan mencocokkan 100 nama dengan 100 foto. Aktifitas ini diasumsikan dapat membebani bagian otak yang memproses memori spasial.
Siang hari, setelah sesi berakhir, kedua kelompok itu dites. Hasilnya imbang, kedua grup menunjukkan kinerja yang sama baik. Setelah itu satu kelompok diberikan tidur 90 menit, dan kelompok lainnya dibolehkan istirahat selain tidur.
Pada pukul 6 sore, kedua grup ini diberikan sesi belajar lanjutan. Kedua pihak tampak memiliki daya konsentrasi yang sama stabil, dibuktikan dengan uji atensi dan uji respon. Namun setelah diuji hafalan, kelompok tidur 90 menit terbukti dapat memperbaiki pemrosesan dalam memori dengan porsi 20 persen lebih baik. Disimpulkan, saat tidur terjadi mekanisme “transfer file”, dari penyimpanan sementara ke penyimpanan jangka panjang.
Ternyata tidur bukanlah perjalanan datar, grafiknya naik turun. Secara umum ada dua fase tidur, yaitu REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement). Fase REM, yaitu ketika orang mulai tidur, mata bagian dalam masih bergerak dan di dalam otak terjadi gelombang tidak sinkron, bahkan kacau.
Tahap selanjutnya adalah fase nyenyak atau deep sleep yang secara medik disebut NREM (dibagi dalam fase 1 sampai 4). Di sana bagian otak yang bernama hipokampus menghubungkan berbagai informasi yang terjaring pada hari itu dan memindahkannya ke memori penyimpanan mendalam.
Penyebab Gangguan Tidur
Kualitas tidur yang baik seharusnya dapat dimiliki setiap orang, apabila tidak memiliki masalah kesehatan atau traumatik tertentu. Waktu pencapaian tidur berkaitan erat dengan hormon penyebab tidur, yaitu melatonin. Biasanya kadar hormon ini meningkat ketika gelap, sehingga disarankan mematikan lampu ketika mulai tidur.
Namun terdapat aspek-aspek eksternal yang dapat mendegradasi kualitas tidur, seperti alkohol.
Waspadai pula penggunaan gawai sebelum tidur karena cahaya yang bersumber dari gawai dapat menurunkan kadar hormon melatonin sampai 50 persen. Dengan fakta-fakta ini, janganlah begadang kalau tiada artinya.
Judul : Why We Sleep: Mengapa Kita Tidur
Penulis : Matthew Walker Ph. D
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Genre : Sains
Tebal : 500 Halaman
Edisi : Cetakan ke-2, Maret 2021
ISBN : 978-602-06-3861-4
Diresensi oleh Jakarta Book Review
Izin meralat soal penemu listrik bang. Harusnya Benjamin Franklin. CMIIW