Uang bukan bagian inheren dalam diri manusia, tetapi ia dapat mengambil kendali pada sikap mental dan perilaku pemiliknya. Dalam dunia nyata, kekayaan cenderung memengaruhi pikiran dan tindakan dengan dampak tak terduga.
Buku Psichology of Money ini termasuk 10 buku terlaris di Amerika Serikat versi Amazon dan telah diterjemahkan ke dalam 26 bahasa. Isinya mengisahkan hubungan psikologis rumit antara uang dengan pemiliknya, yang menghasilkan persimpangan terbuka antara kebahagiaan atau ketamakan.
Melalui buku Psychology of Money ini Morgan Housel ingin memberikan nasehat tentang bagaimana menjalin hubungan harmonis dengan uang, dalam kaitannya dengan meraih kesejahteraan jangka panjang.
Saat menjadi mahasiswa, Housel bekerja paruh waktu sebagai petugas valet parking di salah satu hotel terbaik di Los Angels. Ia mengenal seorang tamu langganan, pria ahli teknologi informasi sukses. Orang ini dikenalnya suka pamer kekayaannya secara terbuka.
Pria kaya ini datang pada suatu hari membawa segepok uang seratusan dolar dan menunjukkannya kepada siapapun yang ditemuinya. Di hari lain ia memberikan uang kepada kawan Housel dan berkata, “Pergi ke toko perhaisan dan belikan aku koin emas $1.000,”. Sejam kemudian si kaya dan kawan-kawannya berkumpul di dermaga, lalu melempar koin-koin itu ke laut dengan teknik membuatnya memantul-mantul. Mereka tertawa-tawa sambil meributkan siapa pelempar terjauh hari itu.
Beberapa hari kemudian Housel melihatnya memecahkan lampu hotel. Manajer hotel memberi tahu lampu itu berharga $500. “Kamu mau 500 dolar?” kata si kaya sembari merogoh sejumlah uang lalu memberikannya kepada di manajer. “Sekarang pergi sana, dan jangan pernah hina aku seperti itu lagi,”.
Ini adalah contoh paling ekstrim bahwa seorang jenius pun dapat kehilangan kendali emosinya karena ada banyak uang di dompetnya. Sebaliknya orang biasa tanpa pendidikan dapat lebih baik mengatasi gejolak psikologinya karena itu.
Kekayaan dan Kemerdekaan Melakukan Sesuatu
Housel menerangkan, bentuk tertinggi kekayaan adalah bisa melakukan apapun yang diinginkan. Itu artinya kemerdekaan mendefinisikan diri dan menentukan apa yang ingin dikerjakan, meliputi kapan melakukannya, dengan siapa, dan selama apa. Namun setelah kebebasan itu diambil, orang kaya akan menjadi labil dan pada akhirnya menjadi miskin secara substantif.
Kekayaan membawa dampak psikologi yang akut. Memiliki mobil mewah adalah dambaan semua orang. Ketika menaikinya orang ingin terkesan sukses, pintar, dan berselera. Penampilan demikian diyakini dapat mengirim sinyal pada semua orang bahwa dia benar-benar hebat.
Tetapi kalau orang melihat itu belum tentu mengaguminya. Kebanyakan malah terpaku pada kehebatan mobil itu dan berpikir akan menikmatinya suatu saat nanti. Itu berarti orang-orang menggunakan aksi tersebut sebagai patokan untuk hasrat mereka sendiri, dan tak ingin membahas tentang Anda.
Banyak orang kaya yang hakekatnya miskin. Sewaktu menjadi petugas valet parking Housel suka memarkir kendaraan hebat berbagai merek, sehingga lama-lama mengenal sebagian pemiliknya.
Di antara para penunggang super car itu adalah orang yang hanya sukses sedikit dan menghabiskan sebagian besar jerih payahnya hanya untuk mobil. Sementara bagian hidupnya yang lain terbiarkan miskin. Kisah lainnya adalah tentang orang kaya baru yang menikmati euforia dompet tebal sesaat dan tak lama kemudian tampil bangkrut.
Menurut Housel, aset kekayaan yang sebenarnya adalah sumberdaya keuangan yang belum dibelanjakan dalam bentuk apapun. Orang yang membelanjakan sejuta dolar bukan berati lebih kaya satu juta dolar, tetapi lebih miskin sejumlah itu.
Maka si kaya yang sesungguhnya adalah mereka yang berhasil mengatasi dirinya dengan rasa cukup. Seperti kata investor Bill Mann, “Cara menjadi kaya adalah membelanjakan uang yang anda miliki dan tak membelanjakan yang tidak anda miliki. Sebenarnya sesederhana itu,”.
Kekayaan dan Kesejahteraan
Orang-orang berpenghasilan besar secara umum adalah orang kaya dibanding rata-rata orang pada umumnya. Tetapi banyak dari mereka mengalami masalah “lebih besar pasak daripada tiang”. Peristiwanya sama seperti orang diet. Setelah melakukan workout biasanya pediet merasa telah membuang kalori yang jumlahnya biasa dilebih-lebihkan. Dengan demikian ia merasa nyaman mengkonsumsi kalori lagi yang besarnya melebihi apa yang sudah dibakar.
Di buku ini dikisahkan 19 kasus menarik yang diceritakan dengan mengeksplorasi cara-cara aneh orang berlaku dengan uang. Cerita ini menjadi bukti bahwa setiap orang memiliki perspektif berbeda tentang uang dan cara mereka mengaitkannya dengan kebahagiaan juga berbeda.
Maka hati-hatilah dengan perbedaan tipis antara kaya (rich) dan sejahtera (wealthy). Dua hal ini bicara mengenai dua fokus berbeda, yaitu mendapatkan uang (making money) dan menjaga uang (keeping money). Kekayaan pada umumnya membuat orang tak pernah merasa cukup, tetapi kesejahteraan membuat pemiliknya merasa cukup dan itu mendatangkan bahagia.
Judul: The Psychology of Money
Pelajaran abadi mengenai kekayaan, ketamakan, dan kebahagiaan
Genre : Psikologi
Penulis: Morgan Housel
Edisi : Cetakan I, Mei 2021
Penerbit: BACA
Buku Psychology of Money ini diresensi Oleh Jakarta Book Review