Bicara itu bukan hanya tentang membunyikan kata-kata. Tetapi bagaimana membuat orang lain mengerti dan menangkap pesan yang disampaikan. Yang paling fundamental dari semua itu, cara bicara menunjukkan siapa Anda dan akan menentukan hasil dari apa yang diperjuangkan. Dalam buku “Bicara itu ada Seninya”, pakar komunikasi Oh Su Hyang menunjukkan teknik bicara di depan umum yang efektif. Narasinya tidak saja mudah dipahami dan menarik perhatian, tetapi juga menggetarkan hati.
Menurut Oh Sung Hyang kebanyakan orang tidak mengerti cara berkomunikasi dengan baik. Orang selalu mengira, lawan bicaranya dapat memahami apa yang mereka katakan sebagaimana mereka memahami apa yang mereka katakan. Padahal orang lain tidak mungkin dapat menangkap inti pembicaraan, pesan, dan situasi yang anda ceritakan sebelum Anda mengatakannya dengan jelas, rinci, dan penuh intonasi.
Kemampuan bicara di depan umum biasanya tidak given. Memang ada orang-orang yang terlahir sebagai orator ulung, bicaranya penuh ekspresi, temponya pas, dan gayanya agitatif. Namun kebanyakan tokoh terkemuka tidak begitu. Mereka menguasai public speaking dengan baik karena latihan. Raja Goerge VI bertakhta di kerajaan Inggris pada saat perang dunia kedua pecah. Saat berpidato pertama kali, ia tak berhasil menancapkan pesan kuat bahkan tidak begitu digubris rakyatnya. Kata-katanya cenderung gagap dan tak jelas.
Namun setelah berlatih dengan rajin, ia mampu membalikkan keadaan. Saat mendeklarasikan perang dengan Jerman, artikulasinya fasih, pesannya jelas, intonasinya tepat, sangat menjiwai, dan menancapkan kesan kuat. Seluruh rakyat tergetar hatinya dan bersatu padu mendukung kebijakannya.
Sebenarnya buku ini tidak hanya tentang pidato dan teknik bicara di depan publik. Seni bicara juga menyangkut interaksi interpersonal dan pergaulan sehari-hari, bahkan sampai pada soal karier dan pekerjaan. Menurut survei, persentase sebuah perusahaan memilih pegawai baru ditentukan oleh kesan pertama dengan frekuensi mencapai 60 persen. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk menentukan kesan pertama secara pandangan mata adalah 1 menit dan 5 menit, dan kesan saat kontak bicara terjadi dalam 3 menit dan 10 menit.
Maka ucapan singkat merupakan faktor yang sangat penting dalam menancapkan pesona pertama kali. Pertemuan awal adalah ruang impresi yang membawa ke pertemuan berikutnya. Asumsi bahwa kesan pertama yang buruk dapat diperbaiki pada pertemuan berikutnya adalah keliru, karena pertemuan berikutnya tak akan terjadi apabila pertemuan pertama gagal.
Memang ada faktor lain seperti paras, dandanan, gaya rambut dan lainnya. Tetapi interaksi bicara adalah yang utama, terutama untuk pekerjaan dan hubungan bisnis. Dalam hal ini paras tidak begitu penting, kecuali dalam hubungan percintaan.
Ucapan adalah sarana penting menilai seseorang secara keseluruhan bukan hanya fisik tetapi mental, ilmu, dan wawasan. Melalui ucapan, audiens menyerap kesan baik dari lawan bicara dan dapat melihat sisi paling menarik dalam jiwanya.
Banyak error dalam komunikasi menurut Oh Su Hyang. Di antaranya tak ada alasan pada sebuah kalimat usulan. Misalnya: “Izinkan aku untuk backpacking ke Eropa selama seminggu”. Hal ini tidaklah kuat, sebelum ada kalimat susulan yang menunjukkan urgensinya. Misalnya, “Di era global seperti ini pengalaman ke luar penting untuk memperluas pengatahuan, dan itu dibutuhkan dalam dunia kerja,”.
Terkadang terjadi lompatan logika. Seperti pepatah Jepang, “Jika angin berembus, maka toko bak akan laris”. Alur logikanya, saat angin berembus kuat, akan ada banyak debu beterbangan sehingga membuat gerah dan kotor. Ini memicu orang-orang pergi mandi ke pemandian umum. Tetapi karena kolam pemandian umum sedikit, maka pesanan bak mandi akan banyak.
Hubungan antara angin berembus dan pesanan bak mandi di toko sangatlah jauh. Membuat premis seperti ini, meskipun korelatif tidak akan dapat dengan mudah merebut perhatian orang. Dan biasanya kata-kata sederhana akan lebih diminati daripada kata-kata asing dan penjelasan yang rumit.
Bila Anda menginginkan skill bicara yang tak tertandingi, buku ini membeberkan teknik bicara di depan umum dengan panjang lebar. Termasuk pula tertang persiapannya, cara membuang rasa takut, mengatasi trauma bicara, dan menguasai materi. Gaya tubuh atau gesture juga penting, termasuk intonasi, cara mengambil napas, dan sebagainya.
Albert Mehrabian, seorang psikolog dan pakar komunikasi asal Amerika Serikat menyebut, suara dan gerak tubuh merupakan unsur yang terpenting saat berbicara. Ia merinci, kekuatan ucapan ternyata hanya sedikit dipengaruhi oleh isi atau substansi, yaitu hanya sebesar 7 persen. Yang lebih berpengaruh adalah suara, yaitu 38 persen suara, dan gerak tubuh sebesar 55 persen. Suara dan gerak tubuh dapat membuat perbedaan besar terhadap isi ucapan yang sama.
Oh Su Hyang adalah dosen dan pakar komunikasi asal Korea Selatan. Buku ini merupakan kristalisasi pengalamannya meningkatkan kemampuan berbicara yang baik dan efektif. Dahulu ia sama sekali tak berbakat bicara di depan publik. Tetapi saat ini hampir semua komunikasinya tercapai dengan persuasi dan negosiasi yang baik.
Kepercayaan diri bicara di depan umum mulai dimilikinya semenjak dipuji oleh guru bahasa SMA-nya. Setelah itu, ia lebih giat berlatih dan semakin lama mendapatkan hasil yang lebih baik daripada sebelumnya. Lalu Ia menjadi reporter, kemudian berlanjut menapaki jalan sebagai pembawa acara, pengajar, pengisi suara dan bahkan menyanyi.
Jud:ul Bicara Itu Ada Seninya: Rahasia Komunikasi yang Efektif
Penulis : Oh Su Hyang
Penerbit: BIP Kelompok Gramedia
Genre: Self Improvement
Edisi: Cetakan 4, April 2022
Tebal: 235 halaman
ISBN: 978-623-040-430-6