Novel Yoshimoto Banana. Hidup itu penuh dinamika, ada susah, senang, marah, kecewa hingga duka. Setiap orang pasti pernah merasakan berbagai dinamika ini. Dan uniknya setiap orang memiliki cara masing-masing dalam mengekspresikan serta menghadapinya.
Keunikan ini menjadi latar belakang penulisan novel Kitchen karya Yoshimoto Banana. Dalam novel ini ia mengekplorasi satu dinamika kehidupan yang bernama duka.
Novel debutan Yoshimoto Banana ini berisi dua cerita, yaitu Kitchen dan Moonlight Shadow. Masing-masing karakter dalam cerita ini sama-sama mengalami pergulatan batin setelah kehilangan orang tercinta, mulai dari orangtua, kakek, nenek, hingga kekasih. Dan uniknya setiap karakter memiliki caranya sendiri untuk mengisi “ruang kosong” yang muncul setelah kehilangan sosok terkasih.
Kitchen
Cerita pertama, “Kitchen” mengisahkan seorang perempuan muda yatim piatu bernama Mikage Sakurai yang tengah berduka akibat kematian neneknya. Semenjak kematian sang nenek ia tinggal sendirian. Hingga suatu sore datanglah Tanabe Yuichi, juniornya di kampus. Ia mengajak Mikage tinggal di rumahnya. Di rumah itu, Yuichi tinggal bersama ibunya yang seorang transgender.
Mikage pun mengiyakan ajakan Yuichi. Alasan utamanya karena karena keluarga itu memiliki dapur yang cantik. Di dapur yang tidak terlalu luas itu tetata rapi segala peralatan memasak. Meski sudah tua namun justru terlihat sangat anggun di mata Mikage.
Mikage yang sebelumnya menggunakan dapur sebagai tempat tidur, kini mulai melakukan aktivitas semestinya di sana. Suara denting alat masak yang saling beradu, suara kulkas yang terdengar bak melodi lagu, aroma bumbu semerbak ke udara seakan menjadi obat penenang baginya. Tanpa sadar ia mulai terhanyut dan menjadikan dapur sebagai tempat yang mampu mendatangkan ketenangan baginya. Aktivitas memasak pun menjadi pelarian duka mendalam yang tersemat di hatinya.
Dapur, merupakan hal sederhana yang biasa kita lihat setiap hari. Dapur beserta aktivitas di dalamnya yang biasa dianggap membuat lelah, ternyata bagi sebagian orang mampu menjadi Self healing yang ampuh. Dengan melakukan aktivitas yang disukai mampu membuat perasaan seseorang menjadi lebih tenang.
Moonlight Shadow
Berpindah ke “Moonlight Shadow”. Bagian ini menceritakan tentang Satsuki seorang perempuan yang berduka akibat kematian sang kekasih, Hitoshi dalam sebuah kecelakaan. Selain itu juga ada pemuda bernama Hiiragi, adik dari Hitoshi yang juga kehilangan kekasihnya, Yumiko akibat kecelakaan yang sama.
Dalam kisah ini masing-masing karakter memiliki caranya sendiri dalam menghadapi rasa duka. Satsuki dengan jogging di pagi buta, dan Hiiragi memakai seragam pelaut yang sering Yumiko pakai semasa hidup hingga membuat teman-temannya merasa prihatin. Meskipun terbilang aneh, tapi hal yang tidak wajar ini mampu memberikan ketenangan bagi pelakunya.
Review
Novel terjemahan terbitan Haru pada 2021 ini menawarkan perspektif lain tentang duka dan perasaan para manusia yang mengalaminya. Tak heran jika novel ini memiliki banyak peminat. Hal ini tak lepas dari kepiawain Yoshimoto Banana dalam merangkai kata-kata. Yoshimoto Banana merupakan seorang penulis berkebangsaan Jepang. Ia memilih nama pena Banana sebagai bentuk kecintaannya terhadap bunga pisang. Ia mulai belajar menulis sejak umur lima tahun karena terinspirasi oleh kreativitas dan bakat menggambar kakak perempuannya yang seorang seniman manga.
Novel yang mengambil tema tidak biasa ini mampu mengantarkan Yoshimoto Banana meraih penghargaan Kaien Newcomer Writers Prize ke-6, Umitsubame First Novel Prize, dan Izumi Kyoka Literary Prize ke-16. Kemudian, bersama dengan Utakata/Sankuchuari, novel Kitchen membawa Yoshimoto meraih Best Newcomer Artists Recommended Prize edisi ke-39 dari Menteri Pendidikan.
Novel Yoshimoto Banana ini mengajak pembaca memahami dan menghadapi pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi. Hal ini terlihat oleh masing-masing karakter yang memilih caranya masing-masing dalam menghadapi rasa duka. Self healing dari rasa duka bisa dalam bentuk apa saja. Tidak harus dengan bepergian, mencari suasana baru. Namun hal-hal yang dianggap sederhana pun bisa memunculkan kenyamanan dan ketenangan. Tidak masalah bagaimana bentuknya, tapi output yang didapat itu yang lebih penting.
Kalimat yang ditulis apa adanya dengan gaya bahasa yang ringan, serta pemilihan diksi yang tepat, membuat isi buku ini mudah dipahami, bahkan pesan yang terkandung pun mampu tersampaikan. Kepiawaian Yoshimoto mengemas kejadian yang umum terjadi dalam kehidupan menjadi sebuah kisah yang sarat makna, mampu menarik perhatian Kim Namjoon, salah satu anggota boyband ternama asal Korea Selatan, BTS membaca novel ini. Dan alhasil novel yang pertama kali rilis pada tahun 1988 ini pun kembali melejit.
Pada intinya kita semua pasti memiliki “ruang” yang paling membuat nyaman. “Ruang” yang mampu menghadirkan rasa nyaman, aman, dan terlindungi. Meski kehidupan terus berubah, orang datang dan pergi silih berganti, kita selalu bisa mengupayakan untuk menghadirkan dan menemukan ruang ternyaman di dalam diri. Karena hidup harus terus berjalan meski ada duka yang tersemat dalam hati.
Judul: Kitchen
Penulis: Yoshimoto Banana
Penerbit: Haru
Genre: Novel
Tebal: 224 halaman
Edisi: Cet 1, April 2021
ISBN: 978-623-7351-68-9