Bicara tentang kepanduan atau pramuka, buku Scouting For Boys ini tak ubahnya kitab suci. Analogi ini berangkat dari pengandaian seumpama pramuka adalah agama dan Lord Baden Powell adalah nabinya. Buku setebal 400 halaman ini ditulis langsung oleh pendiri gerakan kepanduan dunia Robert Stephenson Smyth Baden Powell yang lebih dikenal dengan Lord Baden Powell (1857-1941).
Buku yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Renebook Jakarta ini menjadi manual kepramukaan paling berpengaruh sejak diterbitkan sampai saat ini. Pertama kali dicetak pada tahun 1908, buku ini langsung mendapatkan impresi publik. Menurut Amazon, buku ini adalah jenis koleksi berbahasa Inggris sepanjang masa yang paling laris kedua setelah Alkitab.
Hal itu karena isinya merupakan cetak biru kepramukaan yang menjadi acuan gerakan kepramukaan di seluruh dunia. Buku kepanduan paling otoritatif di dunia ini telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa.
Secara umum bab-bab yang dicakup di dalamnya dapat menjadi sumber awal yang historis sesuai gagasan awal platform gerakan pramuka ketika didirikan. Baden Powel mengajari sejumlah nilai-nilai moral fundamental, seperti kebermanfaatan, hidup bahagia, dan beberapa keterampilan dasar untuk anak remaja.
Selain itu juga menguraikan topik-topik intrinsik kehidupan pramuka, seperti pelacakan atau mencari jejak, permainan, tali temali, kerajinan kayu, kehidupan kamp, survival atau daya tahan, patriotisme, dan lain-lain. Ada pula berbagai desain games dan kompetisi yang diadaptasi dari model latihan pasukan kavaleri di angkatan bersenjata Inggris, tempat Baden Powell terakhir berdinas.
Sebelum buku itu diterbitkan, Baden Powell mengadakan kamp percobaan di Pulau Brownsea di lepas pantai Inggris selatan di mana ia mempraktikkan banyak macam latihan yang saat itu masih ditujukan hanya untuk anak laki-laki karena terlalu heavy dengan aktifitas fisik.
Di balik latihan-latihan itu sebenarnya terkandung maksud menanamkan beberapa aspek penting sebagai modal remaja dalam masa perkembangan dan pencarian jati diri, seperti kerjasama, saling membantu, dan berbuat baik, meskipun sedikit.
“Kebajikan tidak harus sesuatu yang besar. Memasukkan uang koin ke kotak sumbangan, membantu wanita tua menyeberangi jalan, merapikan ruangan sebelum kedatangan seseorang, memberikan air untuk kuda yang kehausan, atau menyingkirkan kulit pisang dari trotoar, semuanya adalah kebajikan. Namun harus ada satu yang dilakukan setiap hari. Perbuatan itu hanya dihitung apabila kalian tidak menerima imbalan apapun,” (h.22).
Buku ini memiliki kontribusi besar dan terkait erat dengan berdirinya kepanduan di Inggris tahun 1908. Lord Baden Powell, yang merupakan Letnan Jenderal Angkatan Perang Kerajaan Inggris mencurahkan ide-idenya tentang The Boy Scout Movement di sini.
Meskipun di masa-masa awal, kepanduan hanya ditujukan untuk anak laki-laki usia 11 sampai 15 tahun, namun dalam perkembangannya meluas hingga usia di bawah dan di atasnya. Di awal abad 20, scouting menjadi sangat populer di Eropa dan buku ini menjadi semacam bacaan pokok bagi remaja. Kurikulum yang didesain Baden Powell ini kemudian menjadi cikal bakal kepanduan dunia atau World Organization of the Scout Movement tahun 1920. Di Indonesia, scouting secara resmi baru berdiri pada tahun 1961 dan terus berkembang hingga kini menjadi organisasi Gerakan Pramuka dengan anggota terbanyak di dunia.
Tujuan Scouting
Berbagai kegiatan kepramukaan diarahkan untuk membantu para remaja mengembangkan keterampilan akademik, kepercayaan diri, etika, kepemimpinan, nasionalisme, dan mencintai alam semesta beserta seluruh isinya.
“Pramuka harus banyak tidur di alam terbuka. Anak yang terbiasa hidup dengan jendela kamar tertutup, kemungkinan akan menderita flu ketika tidur di alam terbuka untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, tidurlah dengan jendela kamar yang terbuka, baik musim panas maupun musim dingin. Sehingga kalian tidak mudah pilek,” tandas Powell.
“Olahraga sebentar setiap pagi dan malam sangat penting untuk menjaga kebugaran. Tidak perlu hingga membuat tubuh kalian berotot, yang terpenting semua organ dalam berfungsi dengan baik dan peredaran darah kalian lancar,” tambah tokoh kelahiran 22 Februari 1857 ini.
Satu hal yang jarang diketahui, Lord Baden Powell adalah seorang relijius. Mungkin ini didapatnya dari ayahnya, Baden Powell, seorang profesor Geometri Savilian di Universitas Oxford yang juga pendeta gereja Inggris.
Buku ini mengutip surat wasiat Baden Powell yang isinya cukup kontemplatif. “Hidup saya sangat bahagia dan saya harap kehidupan kalian juga demikian. Saya percaya bahwa Tuhan menciptakan kita di dunia ini untuk menikmati hidup”.
“Kebahagiaan tidak didapat dari kekayaan, jabatan tinggi, atau kesenangan pribadi. Cara sesungguhnya mencapai kebahagiaan adalah dengan membahagiakan orang lain. Berusahalah kalian dengan sebaik-baiknya agar saat meninggalkan dunia ini nanti kalian lebih baik daripada saat hidup. Mati dengan bahagia adalah ketika kalian tidak menyia-nyiakan hidup”.
Judul: Scouting for Boys
Penulis: Lord Baden Powell
Penerbit: Renebook, Jakarta
Genre: Pendidikan
Tebal: 405 halaman
Edisi: Cetakan II, September 2018
ISBN: 978-602-1201-42-8