Alikisah, homo sapiens adalah makhluk paling cerdas di alam raya ini. Dialah yang memberi makna dan warna-warna yang indah pada alam semesta yang kosong dan sunyi. Homo sapiens, yang tak lain adalah manusia moderen, sejauh ini telah berhasil membawa bumi ke era digital yang ajaib.
Sang manusia pintar itu tidak pernah berhenti. Mereka menilai kebebasan individunya begitu tinggi dan absolut. Keputusan melakukan atau tidak melakukan sesuatu bagi mereka tidak bersifat determenistik dan tidak dibatasi oleh dependensi tertentu. Dengan teknologinya yang telah melampaui imajinasi, manusia jadi semakin yakin bahwa kehendak mereka yang bebas telah mengilhamkan makna pada alam semesta.
Buku Homo Deus yang ditulis oleh Yuval Noah Harari, dosen sejarah di Universitas Hebrew Yerusalem, ini memberi early warning kepada manusia tentang sikapnya yang maju tetapi kebablasan.
Noah Harari menelaah secara pintar bagaimana evolusi dan seleksi alam yang selama ini berjalan harmonis telah digusur oleh teknologi baru tingkat dewa, seperti kecerdasan buatan dan rekayasa genetika.
Pada akhirnya manusia menghadapi bahaya tingkat tinggi, yaitu kehilangan eksistensi dan kemusnahan. Semuanya digantikan oleh mesin yang bekerja dengan algoritma yang mengandalkan data-data kuantitatif tanpa human sense.
Buku ini memaparkan potensi di depan mata, bahwa homo sapiens telah kehilangan kendali atas dirinya karena mengesampingkan norma dan etika. Manusia dengan segala kemajuan ilmu pengetahuannya menjadi sombong dan mendominasi dunia, bahkan merasa lebih adidaya dibanding Tuhan. Ia mampu memberi bukti, doa dan puja-puji kepada Tuhan tidak mampu memberikan kecukupan materil dibanding ilmu pengetahuan dan teknologi yang bekerja lebih kongkrit dan cepat.
Jika ilmu kedokteran abad ke-20 bertujuan menyembuhkan orang sakit, kedokteran abad ke-21 bertujuan memperbarui orang sehat. Ada suplemen yang membuat anak menjadi jenius, teknologi penghambat penuaan, bahkan teknologi keabadian. Intinya, manusia berlomba-lomba menjadi yang terbaik, terhebat, teratas, terdepan, bukan berbasis persoalan akan tetapi imajinasi dan khayalan.
Sementara itu mesin-mesin yang manusia ciptakan telah menemukan cara kerjanya sendiri. Google bisa memantau apa saja yang terjadi hanya dalam hitungan menit. Demi big data, pengguna internet harus mengikhlaskan semua pesan pribadinya dapat dibaca, bahkan membagikannya untuk kepentingan tertentu.
Anne Wojcicki, mantan istri salah satu pendiri google, Sergey Brin, telah membuka layanan menakjubkan. Jika anda ingin tahu siapa diri anda, cukup hubungi 23andMe dan mentransfer sejumlah US$ 99. Maka mereka akan mengirimkan sebuah tabung kecil tempat anda harus meludah. Anda lalu menyegelnya kembali dan mengirimnya ke Mountain View, Kaliformnia.
23andMe akan mengirim hasil analisa DNA anda dan semua kecenderungan anda, mulai potensi penyakit jantung, alzheimer, hingga kebotakan. Sekali lagi, mesin akan menentukan anda harus melakukan apa untuk ‘kebaikan’ anda sendiri.
Saat ini banyak di antara kita dengan senang hati menyerahkan keputusan pada sistem seperti ini. Setidaknya orang berkonsultasi dengan mesin sebelum menonton film, ke mana pergi berlibur, tawaran pekerjaan, dan bahkan dengan siapa berkencan dan menikah.
Teknologi juga memberikan kemungkinan tak terbatas pada pengembangan Artificial Inteligence (AI). Padahal teknologi seperti AI adalah pedang bermata dua yang membangun tetapi berpotensi menghilangkan humanity.
Seperti buku Megatrends 2000 karya John Naisbitt yang pernah fenomenal, buku Homo Deus ini cara kerjanya mirip. Ia menebak dengan pasti arah kehidupan manusia dalam rentang yang panjang mulai kelahiran Adam hingga masa berakhirnya peradaban.
Homo Deus: A Brief History of Tomorrow (2016) adalah buku kedua dari trilogi Sapiens karya Yuval Noah Harari. Harari membahas evolusi manusia homo sapiens melalui tiga revolusi, diawali revolusi kognitif (70.000 tahun lalu), revolusi agrikultural (12.000 tahun lalu) dan revolusi sains (diawali sejak 500 tahun lalu).
Judul : Homo Deus, Masa Depan Umat Manusia
Pengarang : Yuval Noah Harari
Penerbit : Pustaka Alvabet
Genre : Sejarah
Tebal : 510 Halaman
Edisi : Cetakan Kelima Juli 2019
ISBN : 978-602-6577-33-7