Belajar agama Islam itu harus dimulai dari prinsip dasarnya. Sayangnya aspek-aspek fundamental semacam ini malah jarang disampaikan dalam ceramah-ceramah agama. Logika dan narasi yang dibangun dalam diskusi agama sering jauh masuk ke wilayah penafsiran dan tak jarang berujung klaim bid’ah atau kafir. Imam Nawawi al-Bantani menyajikan prinsip dasar agama Islam dalam sebuah kitab berjudul Nuruzh Zhalam. Kitab yang diusung dalam bahasa Indonesia oleh Wali Pustaka setebal 300 halaman ini berisi dasar ideologi agama Islam kalangan Sunni yang berbasis “Aqaid khamsin” atau 50 dasar aqidah.
Kitab ini merupakan penjelas (syarah) dari kitab Aqidatul Awam (akidah orang awam) karya guru Imam Nawawi, yaitu Syekh Ahmad Al-Marzuqi Al-Maliki. Dalam Aqidatul Awam, fondasi agama Islam diekstraksi dalam 57 bait syair yang menjadi panduan keimanan menurut ahlussunnah waljamaah. Syair-syair yang dirangkai Syekh Ahmad Marzuqi itu konon didapatnya dari Rasulullah saw melalui mimpi. Kisahnya ditulis dalam pengantar buku ini.
Agama Islam itu bagaikan mutiara yang berkilau dilihat dari berbagai sudut. Meskipun memiliki banyak spektrum, sebenarnya Islam itu hanya satu, yang turun melalui risalah Muhammad saw. Dalam keindahan Islam, perilaku muslim sering tidak mencerminkan substansi agamanya. Oleh sebab itu cara pandang orang umum terhadap agama Islam sering mispersepsi antara substansi ajaran dan perilaku penganutnya.
Karena memuat ajaran paling inti agama Islam, kitab ini dapat menjadi guidance bagi muslim agar berpemahaman lurus tanpa melenceng dari faham tauhid yang diajarkan Rasulullah saw, dan juga sebagai alat ukur untuk melihat apakah sebuah ideologi masih dalam bingkai akidah Islam atau tidak.
Basis utama agama Islam adalah keyakinan yang dibuktikan dengan kesaksian (syahadat). Dengan keyakinan yang benar, status muslim dapat dicapai meskipun seseorang tak menjalankan ritual wajib. Kunci terpenting memahami Islam adalah mengenal Allah dan Rasulnya. Pemahaman mengenai dua realitas ini diekstraksi dalam akidah 50, yang terdiri dari 20 sifat Allah, 4 sifat rasulullah, serta kebalikannya (jadi 48), ditambah satu sifat umum (jail) bagi Allah dan satu sifat jaiz bagi rasulullah.
Islam bukan hanya sekedar menjunjung tinggi nilai, tetapi juga menekankan pemahaman teologi yang benar. Maka dari itu mengenal Allah menjadi prasyarat beragama, tidak cukup hanya berbuat baik atau bermanfaat bagi kemanusiaan. Allah itu eksis, kekal, tunggal, berdiri sendiri, berkuasa penuh, independen, maha awal, maha akhir, dan secara prinsipil berbeda dengan segala sesuatu yang pernah ada (mukhalafutuhu lilkhawadis). Allah juga secara otoritatif memiliki hak prerogatif melakukan hal-hal yang diinginkan (Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu).
Dalam prinsip dasar agama Islam, selain mengenal Allah dalam 20 sifat juga diwajibkan mengenal empat sifat rasul: yaitu selalu benar (sidiq), amanah (amanah), komunikatif (tabligh), dan cerdas (fathanan). Empat hal ini cukup untuk mengidentifikasi apakah seorang rasul itu benar-benar pembawa ajaran ataukah pembawa kesesatan.
Yang terakhir adalah sifat jaiz rasul yaitu al-A’rad al-Basyariyah, atau bersifat kemanusiaan. Rasul itu manusia sepenuhnya dengan sifat insan seutuhnya. Bisa lapar, haus, sakit, sedih, lelah, dan sifat humanistik lainnya. Rasul bukan anak Tuhan dan tak ada hubungan biologis dengan Tuhan. Ia hanya manusia terpilih yang bertugas membawa pesan dengan diberi sifat-sifat utama dan dijaga (maksum).
Prinsip dasar agama Islam ala Nuruzh Zhalam ini bertumpu pada aspek keyakinan monotheisme eksklusif. Enam rukun iman dijelaskan pada bait-bait terpisah dan diberi penjelasan. Iman itu adalah keyakinan kepada Allah, rasul-rasulnya, al-Qur’an, hari akhir, qadha-qadar, dan alam gaib.
Iman itu bersemayam dalam hati, dan diturunkan melalui pikiran. Maka kitab ini tak memberi porsi pada amaliyah apapun, bahkan tak menyebut tentang rukun Islam. Ini semata-mata tentang teologi, sehingga hanya bergerak di ranah keyakinan. Pandangan ini, meskipun hanya bersifat perseptif, bila tak ada dalam batin seseorang, ia tak layak disebut mukmin. Sebaliknya, bila ada orang yang meyakini eksistensi Allah dan rasul sebagaimana figurasi di atas, ia adalah orang beriman. Tak peduli apakah ia tak pernah salat, zakat, puasa, dan haji. Meski berdosa, ia tak berhak disebut kafir.
Di dalam kitab ini Imam Nawawi juga memberi suplemen beberapa hal, di antaranya tentang para malaikat Allah, kitab-kitab samawi, seputar hari akhir, Nabi Khidir, dan silsilah Rasulullah serta sekelumit kisahnya.
Imam Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani (1813-1897 M) adalah salah seorang ulama besar asal Indonesia yang menjadi Imam di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi. Nama al-Bantani adalah nisbah bagi tanah kelahirannya, Banten, Indonesia. Syekh Nawawi merupakan seorang sufi alim yang sangat produktif menulis kitab dengan jumlah karya tak kurang dari 115 judul, meliputi bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Sebagaimana termaktub dalam kata pengantar kitab ini, Imam Nawawi menulis naskah ini hanya dalam waktu sebelas hari saja.
Judul: Nuruzh Zhalam
Penulis: Imam Nawawi al-Bantani
Judul Asli: Nur al-zhalam fi syarhi manzhumah aqidah al-awam
Penerbit: Wali Pustaka
Genre: Spiritual Islam
Edisi: jet 1 juni 2022
Tebal: 300 halaman
ISBN: 978-623-7325-284