Novel ini boleh dibilang semacam memorabilia perjalanan Paulo Coelho dimulai dari Spanyol. Tapi trip yang dilakukan penulis Brazil ini bukan sembarang pengembaraan. Melainkan peziarahan rohaninya menuju Katedral Santiago de Compostela, berdasar pada pengalaman pribadi yang mengantarkan pada proses transformasi penulisnya.
Seperti halnya Islam yang mewajibkan umatnya mengikuti jejak Rasulullah yang berziarah dari Mekah ke Madinah setidaknya sekali seumur hidup, umat Kristiani pada abad pertama juga diharapkan menempuh tiga rute peziarahan suci. Nah, The Pilgrimage atau Ziarah menjelaskan setiap rute memiliki berkah dan keuntungan tersendiri bagi mereka bagi mereka yang menempuhnya.
Jalan pertama menuju pusara Santo Petrus do Roma. Mereka yang menempuh rute ini disebut pengembara menjadikan salib sebagai simbol. Kemudian, jalan kedua adalah menuju Makam Suci Kristus di Yerusalem. Orang-orang yang menempuh jalan ini dipanggil sebagai para pembawa daun palem. Mengapa? Karena mereka menggunakan simbol daun palem yang mereka gunakan untuk menyambut Yesus saat dia memasuki Yerusalem.
Lalu, yang ketiga adalah peziarahan menuju jasad salah seorang murid Yesus, San Tiago–dikenal sebagai Saint James di Inggris, Jacques di Prancis, Giacomo di Italia, atau Jacob dalam bahasa Latin.
Perjalanan Paulo Coelho
Paulo menempuh perjalanan sejauh hampir 850 kilometer. Bermula dari Saint-Jean-Pied-de-Port, di wilayah Pegunungan Pyreness di kawasan Prancis, desa kecil di Navarre, bagian utara Spanyol, menuju Santiago de Compostela, di bagian barat laut Semenanjung Iberia. Bagi Coelho, perjalanan ini membantunya menemukan dirinya sendiri.
Compostela merupakan lapangan berbintang dan saat ini berdiri kota yang mengundang banyak orang Kristiani dari seluruh dunia. Orang yang menempuh jalan ini disebut peziarah dan mereka mengambil simbol kulit kerang.
Berkat jasa pastor Prancis, Aymeric Picaud, yang berziarah ke Katedral Compostela pada tahun 1123, rute para peziarah sekarang persis dengan sama dengan jalan kuno yang sang Karel Agung tempuh, Santo Fransiskus dari Assisi, Isabella dari Castile, dan yang terakhir : Paus Johannes Paulus XXIII.
Paulo menguntai kisahnya dengan sangat indah. Ia tidak hanya bercerita. Tapi mengajak pembaca untuk membangun imajinasi yang mengajak berkelana, berjalan jauh, dan sesekali berhenti untuk menemukan makna dari tanda-tanda alam yang mereka temui di sepanjang perjalanan.
Penulis yang menelurkan novel Alchemist ini dalam perjalanannya disertai pemandu yang menjadi teman perjalanan misteriusnya bernama Petrus. Paulo menempuh tujuh hari perjalanan menyusuri pegunungan Pyreness. Mereka mendaki, dan menuruni tebing-tebing, kemudian tiap sore menjelang matahari terbenam, Petrus membimbing Paulo melakukan Latihan Benih.
Latihan Benih
Ini merupakan salah satu dari latihan RAM (Regnum, Agnus dan Mundi) bagi siapa pun yang mau berusaha memahami dengan kesabaran dan pengetahuan yang hidup ajarkan kepada kita.
Kata Petrus kepada Paulo, latihan RAM pertama akan membantu mencapai kelahiran kembali. Latihan itu harus ia lakukan selama tujuh hari berturut-turut. Melalui latihan itu, Paulo harus bisa mengalami sensasi kali pertama bersentuhan dengan kehidupan dengan cara-cara berbeda.
Praktiknya, berlutut di atas tanah. Kemudian duduk di atas kedua tumit dan mencondongkan tubuh hingga wajah menyentuh lutut. Lalu, tarik lengan ke belakang sehingga posisi tubuh seperti janin. Ketika tubuh merasakan rileks, maka lepaskan. Di saat itu, tubuh terasa menjadi benih kecil, jauh tertanam di kedalaman bumi yang nyaman.
Paulo bertutur merasakan sensasi terhebat dalam hidupnya, tatkala ia menjalani malam pertama yang tak terlupakan di Jalan menuju Santiago. Ia merasakan udara dingin, meskipun saat itu musim panas, tapi dia merasakan kehangatan karena anggur yang Petrus bawa. Saat ia menatap langit gugusan Bima Sakti, ia merasakan keagungan yang justru baginya menjadi ketakutan akan kegagalan melakukan tugas agung.
Filosofis
Membaca The Pilgrimage ini, pembaca akan menemukan banyak kalimat-kalimat filosofis yang bisa kita renungkan maknanya dengan sungguh-sungguh.
Contohnya; Kita tidak boleh berhenti bermimpi. Impian menyediakan nutrisi bagi jiwa, seperti makanan bagi tubuh. Ada banyak momen dalam kehidupan kita saat impian tercerai dan harapan tak sampai, tapi kita harus terus bermimpi. Jika kita berhenti bermimpi, jiwa kita akan mati, dan agape takkan pernah dapat mencapainya.
Pertempuran untuk kebaikan adalah pertempuran yang diminta hati kita. Pertempuran untuk kebaikan adalah pertempuran mewujudkan impian.
Buku setebal 264 halaman ini layak kita jadikan literatur perjalanan sekaligus sebagai asupan bagi jiwa untuk menemukan kebijaksanaan dalam hidup.
Identitas Buku
Judul Buku | The Pilgrimage |
Penulis | Paulo Coelho |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama |
Terbitan | Februari, 2023 |
---|---|
Halaman | 264 |
ISBN | 9786020668765 |
Peresensi | Yeti Kartikasari |