Ibarat belajar gitar, buku ini mengajak kita langsung memainkan lagu tanpa harus menguasai semua kunci-kunci terlebih dahulu. Alih-alih mulai belajar “ilmu alat”, Ustadz Ahmad Huseno mengajak pembaca buku ini menerjemahkan Al-Qur’an dari teksnya langsung. Dengan trial yang terarah, pembelajar diharapkan mengenali pola-pola teks dan memiliki kemampuan memahami Al-Qur’an otodidak.
Seperti diketahui, untuk bisa memahami Bahasa Arab, apalagi Al-Qur’an, perangkatnya cukup banyak. Selain mufrodat atau kosa kata, setidaknya harus menguasai dua ilmu alat, yaitu nahwu dan sharaf. Secara teori, memahami Al-Qur’an memang memerlukan energi yang amat besar. Jangankan paham Al-Qur’an, mempelajari ilmu tata bahasa sendiri sudah sulit dan mengandung pranata kompleks. Lalu kalau ingin memahami pesan-pesan Al-Qur’an dari teksnya, apakah harus linier dan gradual seperti itu?
Ahmad Huseno memperkenalkan metode 3 in 1, yaitu teknik memahami Al-Qur’an otodidak dengan memadukan tiga aspek: mempelajari asal kata-kata, memahami makna, dan tata bahasa (nahwu & sharaf). Dengan cara ini, kalimat-kalimat dibaca dengan pengamatan mendalam. Kalimat yang terpadu dipotong-potong per part, dan diurai kata per kata serta artinya berdasarkan makna asli bagian-bagian itu.
Misalnya kalimat قِيلَ لَهُمْ memiliki arti “dikatakan kepada mereka”. Kalimat itu diurai menjadi قِيلَ, لَ, هُمْ. “Qila” berarti dikatakan, “la” berarti kepada, “hum” berarti mereka. Nah bagian per bagian itu dijelaskan detail, dari asal kata apa, dan mengapa bisa berbentuk seperti itu. Qila misalnya, berasal dari kata Qala.
Bila qala artinya mengatakan, qila adalah bentuk pasif (mabni majhul) dari qala yang obyeknya tidak disebut. Jadi ia bentuk perubahan dari qala menjadi qila (mengatakan menjadi dikatakan). Lam dalam lahum adalah amilah jarrah yang berarti “bagi”. Sedangkan hum adalah kata ganti orang ketiga jamak, yang artinye mereka semua.
Dengan cara seperti ini, pembelajar dapat mengenali kalimat-kalimat yang seolah-olah menyatu tetapi sejatinya terdiri dari partikel-partikel. Dengan mengenali partikel-partikel itu, ia akan dapat mengidentifikasi perubahannya dan mengetahui maknanya.
Dalam sebuah kalimat sempurna (mufid) terdapat kata asal, konjungsi, dan kata-kata yang berubah sesuai posisinya dan pengaruh dari kata lain yang mengefek terhadapnya. Dengan cara ini, perlahan-lahan siswa dapat mengenali perilaku kata dan kalimat, tanpa harus mengisi kepala terlebih dahulu dengan kaidah nahwu-sharaf yang jumlahnya seabrek.
Seperti anak kecil yang belajar bicara, begitulah pada dasarnya cara kerja buku ini. Tak perlu teori muluk-muluk di awal, tak perlu ilmu-ilmu dasar, dan tak perlu mengoleksi ribuan diksi. Prinsipnya adalah learning by doing. Siswa menerjemahkan teks, dan dengan demikian ia dapat mengenali gerak-gerik kata dan kalimat di Al-Qur’an, yang pada dasarnya memiliki kesamaan besar.
Buku ini melatih siswa memahami Al-Qur’an otodidak melalui identifikasi every single word, dalam kolom-kolom berwarna biru dan merah. Kalimat asli dari Al-Qur’an ditaruh di kolom biru di bagian paling kanan, lalu versi terurainya di sebelah kirinya. Kemudian di kolom kiri yang berwarna merah adalah artinya.
Metode ini memerlukan kekuatan pikiran, ingatan, dan analisis, sehingga tidak cocok untuk anak-anak. Ia sangat tepat untuk orang dewasa yang terlalu telat untuk belajar nahwu-sharaf secara bertahap sebagaimana anak ibtida’iyyah. Lagipula teknik otodidak memang hanya untuk orang dewasa.
Buku ini dirancang untuk tidak membuat otak pembelajarnya meledak. Misalnya ayat-ayat yang dipilih cenderung mirip, untuk menghindari banyaknya kosa kata baru yang harus ditanggung pembelajar. Di pertengahan, temponya sedikit naik dengan kata-kata yang lebih bervariasi dan susunan yang lebih kompleks. Begitu seterusnya sampai tahap terakhir.
Ustadz Ahmad Huseno, S.S. adalah seorang praktisi Bahasa Arab yang telah berpengalaman mengajar terjemah al-Quran selama 18 tahun. Beberapa metode pengajaran bahasa Arab yang telah ditemukannya adalah metode “al-Huda” dan memahami Al-Qur’an otodidak metode 3 in 1. Huseno merupakan alumni Pondok Pesantren Babussalam dan Darussalam, keduanya ada di Ponorogo, Jawa Timur.
Di pesantren Gontor itu, ia mempelajari bahasa Arab secara intens, sebelum kemudian memperdalamnya di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ia berharap buku dapat membantu pembelajar untuk mengembangkan diri secara otodidak tetapi tidak liar. Ia telah mempersiapkan agar buku ini memberikan guidance praktis, agar pemahaman pembelajar terhadap teks Al-Qur’an tidak liar. Walaupun otodidak sejatinya tetap berada dalam koridor ilmu nahwu-sharaf yang diberikan setahap demi setahap sesuai pencapaian.
Namun pada akhirnya secanggih apapun metode yang dibuat dan dipakai, semua itu tidak akan maksimal apabila tidak dilatih terus menerus. Peribahasa mengatakan, “bisa karena biasa”. Maka pembelajar diharapkan tidak lelah terus berlatih.
Judul: Cara Mudah Memahami Al-Quran Otodidak Metode 3 In 1 (Jilid 1)
Penulis: Ustadz Ahmad Huseno, S.S.
Penerbit: Rene Islam
Genre: Bahasa/ Sastra
Tebal: 304 halaman
Edisi: Cet 1, November 2021
ISBN: 978-623-7327-18-5