Tak seperti kitab atau buku pada umumnya yang mencantumkan judul dan penulis di halaman sampul. Majmu’ Syarif – begitu nama kitab tersebut – tak mencantumkan nama pengarang atau penyusunnya. Jadi, penulis kitab ini sulit diketahui siapa orangnya, sampai kiamat nanti. Misterius.
Hal ini dapat dimaklumi, sebab sebagian ulama dahulu tidak mau mencantumkan namanya di buku yang ditulisnya. Menurut mereka, biarkan saja nama tak tertulis, yang penting isinya adalah pesan takwa dan ilmu yang bermanfaat. Bahkan ada ulama atau wali tertentu yang sengaja menyusun buku, kemudian ditinggalkan di tempat umum. Kemudian orang membacanya, lalu mendakwahkan isinya kepada khalayak.
Bukan tidak mau bertanggung jawab. Ulama yang seperti itu ingin melepaskan diri dari belenggu popularitas. Mereka sengaja tak ingin dikenal, ingin tetap mastur, seperti para waliyullah yang tersembunyi di pedalaman, yang jauh dari ingar bingar dan gemerlap kehidupan kota, tapi begitu sibuk dan asyik menikmati kedekatan dengan Allah SWT. Mereka ingin tetap ikhlas berkhidmah untuk Islam dengan menyampaikan ilmu dalam lembaran tulisan, tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan dari jerih payahnya. Kitab Majmu’ Syarif adalah salah satu karya ulama semacam itu.
Ini adalah kitab yang asyik dibaca di tengah Hiruk pikuk kehidupan duniawi. Isinya adalah doa-doa yang menyejukkan hati untuk dibaca di tengah orang-orang ambisius yang menghalalkan banyak cara demi mendapatkan segudang keuntungan materi. Doa-doa itu berupa rayuan, puja puji hamba yang ditujukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Dengan membacanya, seorang ‘abid berharap kedekatan dengan-Nya, hidayah, barakah, rizki, dan ridha-Nya.
Kitab misterius ini terbilang unik. Selain tak diketahui siapa pengarangnya, buku ini menjadi pegangan Muslim di Nusantara sejak puluhan tahun silam. Sejak abad ke-20, banyak Muslim membaca buku ini dan mendawamkan berbagai zikir yang ada di dalamnya.
Dengan membaca Majmu’ Syarif, seseorang dapat memilih, apakah ingin membaca surat Alquran pilihan, berdoa, bershalawat, berdzikir, atau mempelajari perawatan jenazah. Buku ini tidak membahas hal keduniaan. Isinya adalah tentang bermunajat berdasarkan tradisi Rasulullah dan ulama. Dan yang terakhir adalah tentang kematian, seperti bagaimana memandikan dan mengafani jenazah. Kemudian ada tuntunan bagaimana kita yang masih hidup mendoakan mereka yang sudah wafat. Dari sini dapat diketahui, bahwa Majmu’ Syarif adalah kitab persiapan setiap orang untuk menghimpun bekal menghadapi kematian.
Kitab ini terdiri dari empat bagian. Pertama adalah surat – surat Alquran pilihan. Kebanyakan adalah surat Makkiyah yang pendek, seperti Yasin. Sebagian Muslim kerap membaca surat ini pada malam jumat atau ketika berziarah kubur. Mereka berniat membaca surat Yasin yang pahalanya dihadiahkan kepada mereka yang sudah tutup usia. Khusus tentang Surat Yasin, Kitab Majmu’ Syarif mencantumkan doa yang biasa dibaca setelah membaca surat tersebut.
Selain Yasin, terdapat pula Surat Al-Waqiah. Ini adalah surat yang memiliki fadilah tersendiri. Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki (1944-2004) pernah menjelaskan bahwa dengan membaca dan mentadaburkan surat ini akan memudahkan seseorang mendapatkan rezeki. Berdasarkan riwayat, Sayyid Muhammad mengungkapkan, para sahabat Rasulullah kerap menganjurkan keluarganya untuk membaca surat ini pada malam hari.
Lainnya terdapat surat Ar-Rahman. Ini adalah surat yang menyentuh hati pembacanya tentang pentingnya bersyukur. Kalimat fabi ayyi alai rabbikuma tukadziban (فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ/ nikmat mana lagi yang engkau dustakan) sering diulang. Ayat ini menjadi pengingat dan ajakan kepada siapa pun untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah anugerahkan di dunia ini.
Selain itu, masih ada Surat Al-Fatihah atau Ummul Quran, Al-Kahfi, Sajadah, Al-Fath, Al-Mulk (Tabarak), Nuh, Al-Muzzammil, An-Naba (‘Amma Yatasaalun), Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Kemudian ada juga ayat pilihan, seperti Ayat Kursi, Ayat lima, Ayat Tujuh, dan Ayat Lima Belas.
Bagian kedua kitab Majmu’ Syarif berisikan tujuh ayat pilihan yang menarik untuk dihayati maknanya. Si pengarang yang tidak diketahui siapa orangnya menyebut masing-masing dari tujuh bagian ayat ini dengan haykal (هيكل). Haykal pertama adalah ayat kursi atau Surat Al-Baqarah ayat 255. Ini adalah ayat paling agung dalam Alquran. Ayat ini meliputi makna tauhid, kebesaran, dan luasnya sifat Allah. Dia adalah Allah yang memiliki segala makna-makna ketuhanan, dan tidak ada yang berhak bercitra ketuhanan dan peribadahan kecuali hanya Dia.
Haykal kedua adalah Surat Ali Imran ayat 35. Ini adalah ayat tentang keluarg Imran yang dikenal taat kepada Allah. Di dalam ayat ini terdapat doa Imran berikut ini:
رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Ali Imran ayat 35).
Pada Haykal kedua ini juga terdapat potongan Surat Al Isra ayat 77-80:
سُنَّةَ مَن قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِن رُّسُلِنَا ۖ وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Artinya:
(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.
Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) Subuh. Sungguh, shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.
Dan katakanlah (Muhammad), wahai Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-(Ku).
Haykal ketiga adalah dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah. Ini adalah ayat yang biasa dibaca untuk doa kepada Allah agar Yang Mahakuasa melimpahkan ampunan kepada hamba-Nya yang lupa atau bersalah. Juga agar Allah memberikan cobaan yang tidak melebihi kemampuan si hamba.
Haykal keempat adalah Surat Al Isra ayat 81-85. Ayat ini berisikan kebenaran datang melenyapkan kebatilan dan kedudukan Alquran sebagai penyembuh dan kasih sayang untuk orang beriman. Juga ada penjelasan tentang ruh yang merupakan urusan Allah semata. Sedangkan manusia hanya diberikan sedikit pengetahuan mengenai hal tersebut.
Haykal kelima adalah Surat Maryam ayat 4-6. Ayat ini menceritakan doa Maryam yang berdoa kepada Allah untuk dikaruniakan keturunan seorang putra yang menjadi pewarisnya.
Pada bagian ini juga terdapat Surat Al-Fath ayat 27 yang menceritakan pembebasan Kota Makkah yang menjadi kebanggaan umat Islam. Ketika itu mereka memasuki Masjid al-Haram dengan bahagia.
Haykal keenam terdiri dari Surat al-Jinn ayat 1-4. Dalam ayat ini Allah menceritakan adanya bangsa jin yang mengagumi Alquran sehingga mereka beriman kepada Allah.
Haykal keenam adalah tentang Surat Al-Qalam ayat 51-52. Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati menghadapi orang kafir. Sebab mereka menganggap Rasulullah Muhammad SAW sebagai orang gila.
Selain itu juga terdapat zikir harian, seperti Ratib Al-Haddad. Ini adalah kumpulan zikir yang disusun oleh Habib Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad (1634-1720) asal tarim Hadhramaut Yaman. Beliau terkenal sebagai ulama yang pandai melunakkan hati yang keras (Haddatul qulub).
Selain Ratib Al-Haddad, bagian kedua dari Majmu’ Syarif juga memuat sejumlah shalawat, seperti Nariyah, Shalawat Nur, Thibbul Qulub, Munjiyat, dan lainnya. Juga ada sejumlah zikir dan doa.
Bagian ketiga Majmu’ Syarif berisikan pembahasan jenazah, termasuk menguburkan dan mendoakannya. Di sini juga terdapat doa tahlil yang biasa dibaca setelah Surat Yasin.
Bagian keempat Majmu’ Syarif berisikan adab membaca Alquran, adab berdoa, dan asmaul husna.
Desain elegan
TUROS PUSTAKA menerbitkan Majmu’ Syarif dengan desain elegan. Halaman sampul dibuat keras (hard cover) dengan paduan warna yang indah. Dengan warna dasar biru dongker, halaman sampul depan dan belakang dihiasi dengan ornamen indah. Bagian tengah pinggir kiri dan kanan dihiasi tulisan Allah dan Muhammad yang tertulis tebal dengan Khat Kufi. Bagian tengah sampul berupa segi empat putih berisikan judul buku dan kata kunci isi buku.
Tampilan seperti itu membuat siapa pun yang membawanya tampil elegan dan berwibawa. Cocok untuk dibawa ke mana pun dan dalam momentum apa pun.
Khat Arab di dalamnya ditulis dengan gaya Naskhi berukuran besar lengkap dengan harakat dan bacaan latin. Desain full warna tak hanya di sampul, tapi juga dalam buku. Beberapa huruf dengan hukum tajwid tertentu diwarnai merah, hijau, dan lainnya, sehingga memudahkan pembaca memahami cara dan hukum bacaan. Jadi dengan membaca buku ini, seseorang akan mendapatkan doa, juga ilmu tajwid yang hukum penerapannya dalam membaca Alquran adalah fardhu ain.
Bagi yang kurang menguasai Bahasa Arab, tapi ingin berdoa, maka cocok banget memiliki dan membaca Majmu’ Syarif terbitan Turos Pustaka ini. Insya Allah dengan membaca Majmu’ Syarif ini, kemampuan bahasa Arab seseorang akan meningkat.
Tak seperti buku lain, buku ini menggunakan kertas HVS, sehingga warna lembaran lebih tahan lama, tidak cepat usang.
Judul Kitab : Majmu’ Syarif Edisi Eksklusif
Ukuran : 14 x 20,5 cm
Tebal : 324 Halaman
Penerbit : Turos Pustaka
Genre : Spiritual/ Religi
Telpon : 085100573324
Tak seperti kitab atau buku pada umumnya yang mencantumkan judul dan penulis di halaman sampul. Majmu’ Syarif – begitu nama kitab tersebut – tak mencantumkan nama pengarang atau penyusunnya. Jadi, penulis kitab ini sulit diketahui siapa orangnya, sampai kiamat nanti. Misterius.
Hal ini dapat dimaklumi, sebab sebagian ulama dahulu tidak mau mencantumkan namanya di buku yang ditulisnya. Menurut mereka, biarkan saja nama tak tertulis, yang penting isinya adalah pesan takwa dan ilmu yang bermanfaat. Bahkan ada ulama atau wali tertentu yang sengaja menyusun buku, kemudian ditinggalkan di tempat umum. Kemudian orang membacanya, lalu mendakwahkan isinya kepada khalayak.
Bukan tidak mau bertanggung jawab. Ulama yang seperti itu ingin melepaskan diri dari belenggu popularitas. Mereka sengaja tak ingin dikenal, ingin tetap mastur, seperti para waliyullah yang tersembunyi di pedalaman, yang jauh dari ingar bingar dan gemerlap kehidupan kota, tapi begitu sibuk dan asyik menikmati kedekatan dengan Allah SWT. Mereka ingin tetap ikhlas berkhidmah untuk Islam dengan menyampaikan ilmu dalam lembaran tulisan, tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan dari jerih payahnya. Kitab Majmu’ Syarif adalah salah satu karya ulama semacam itu.
Ini adalah kitab yang asyik dibaca di tengah Hiruk pikuk kehidupan duniawi. Isinya adalah doa-doa yang menyejukkan hati untuk dibaca di tengah orang-orang ambisius yang menghalalkan banyak cara demi mendapatkan segudang keuntungan materi. Doa-doa itu berupa rayuan, puja puji hamba yang ditujukan kepada Allah ‘azza wa jalla. Dengan membacanya, seorang ‘abid berharap kedekatan dengan-Nya, hidayah, barakah, rizki, dan ridha-Nya.
Kitab misterius ini terbilang unik. Selain tak diketahui siapa pengarangnya, buku ini menjadi pegangan Muslim di Nusantara sejak puluhan tahun silam. Sejak abad ke-20, banyak Muslim membaca buku ini dan mendawamkan berbagai zikir yang ada di dalamnya.
Dengan membaca Majmu’ Syarif, seseorang dapat memilih, apakah ingin membaca surat Alquran pilihan, berdoa, bershalawat, berdzikir, atau mempelajari perawatan jenazah. Buku ini tidak membahas hal keduniaan. Isinya adalah tentang bermunajat berdasarkan tradisi Rasulullah dan ulama. Dan yang terakhir adalah tentang kematian, seperti bagaimana memandikan dan mengafani jenazah. Kemudian ada tuntunan bagaimana kita yang masih hidup mendoakan mereka yang sudah wafat. Dari sini dapat diketahui, bahwa Majmu’ Syarif adalah kitab persiapan setiap orang untuk menghimpun bekal menghadapi kematian.
Kitab ini terdiri dari empat bagian. Pertama adalah surat – surat Alquran pilihan. Kebanyakan adalah surat Makkiyah yang pendek, seperti Yasin. Sebagian Muslim kerap membaca surat ini pada malam jumat atau ketika berziarah kubur. Mereka berniat membaca surat Yasin yang pahalanya dihadiahkan kepada mereka yang sudah tutup usia. Khusus tentang Surat Yasin, Kitab Majmu’ Syarif mencantumkan doa yang biasa dibaca setelah membaca surat tersebut.
Selain Yasin, terdapat pula Surat Al-Waqiah. Ini adalah surat yang memiliki fadilah tersendiri. Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki (1944-2004) pernah menjelaskan bahwa dengan membaca dan mentadaburkan surat ini akan memudahkan seseorang mendapatkan rezeki. Berdasarkan riwayat, Sayyid Muhammad mengungkapkan, para sahabat Rasulullah kerap menganjurkan keluarganya untuk membaca surat ini pada malam hari.
Lainnya terdapat surat Ar-Rahman. Ini adalah surat yang menyentuh hati pembacanya tentang pentingnya bersyukur. Kalimat fabi ayyi alai rabbikuma tukadziban (فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ/ nikmat mana lagi yang engkau dustakan) sering diulang. Ayat ini menjadi pengingat dan ajakan kepada siapa pun untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah anugerahkan di dunia ini.
Selain itu, masih ada Surat Al-Fatihah atau Ummul Quran, Al-Kahfi, Sajadah, Al-Fath, Al-Mulk (Tabarak), Nuh, Al-Muzzammil, An-Naba (‘Amma Yatasaalun), Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Kemudian ada juga ayat pilihan, seperti Ayat Kursi, Ayat lima, Ayat Tujuh, dan Ayat Lima Belas.
Bagian kedua kitab Majmu’ Syarif berisikan tujuh ayat pilihan yang menarik untuk dihayati maknanya. Si pengarang yang tidak diketahui siapa orangnya menyebut masing-masing dari tujuh bagian ayat ini dengan haykal (هيكل). Haykal pertama adalah ayat kursi atau Surat Al-Baqarah ayat 255. Ini adalah ayat paling agung dalam Alquran. Ayat ini meliputi makna tauhid, kebesaran, dan luasnya sifat Allah. Dia adalah Allah yang memiliki segala makna-makna ketuhanan, dan tidak ada yang berhak bercitra ketuhanan dan peribadahan kecuali hanya Dia.
Haykal kedua adalah Surat Ali Imran ayat 35. Ini adalah ayat tentang keluarg Imran yang dikenal taat kepada Allah. Di dalam ayat ini terdapat doa Imran berikut ini:
رَبِّ إِنِّى نَذَرْتُ لَكَ مَا فِى بَطْنِى مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
Artinya: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Ali Imran ayat 35).
Pada Haykal kedua ini juga terdapat potongan Surat Al Isra ayat 77-80:
سُنَّةَ مَن قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِن رُّسُلِنَا ۖ وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
Artinya:
(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami.
Laksanakanlah shalat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula shalat) Subuh. Sungguh, shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.
Dan katakanlah (Muhammad), wahai Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-(Ku).
Haykal ketiga adalah dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah. Ini adalah ayat yang biasa dibaca untuk doa kepada Allah agar Yang Mahakuasa melimpahkan ampunan kepada hamba-Nya yang lupa atau bersalah. Juga agar Allah memberikan cobaan yang tidak melebihi kemampuan si hamba.
Haykal keempat adalah Surat Al Isra ayat 81-85. Ayat ini berisikan kebenaran datang melenyapkan kebatilan dan kedudukan Alquran sebagai penyembuh dan kasih sayang untuk orang beriman. Juga ada penjelasan tentang ruh yang merupakan urusan Allah semata. Sedangkan manusia hanya diberikan sedikit pengetahuan mengenai hal tersebut.
Haykal kelima adalah Surat Maryam ayat 4-6. Ayat ini menceritakan doa Maryam yang berdoa kepada Allah untuk dikaruniakan keturunan seorang putra yang menjadi pewarisnya.
Pada bagian ini juga terdapat Surat Al-Fath ayat 27 yang menceritakan pembebasan Kota Makkah yang menjadi kebanggaan umat Islam. Ketika itu mereka memasuki Masjid al-Haram dengan bahagia.
Haykal keenam terdiri dari Surat al-Jinn ayat 1-4. Dalam ayat ini Allah menceritakan adanya bangsa jin yang mengagumi Alquran sehingga mereka beriman kepada Allah.
Haykal keenam adalah tentang Surat Al-Qalam ayat 51-52. Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati menghadapi orang kafir. Sebab mereka menganggap Rasulullah Muhammad SAW sebagai orang gila.
Selain itu juga terdapat zikir harian, seperti Ratib Al-Haddad. Ini adalah kumpulan zikir yang disusun oleh Habib Abdullah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad (1634-1720) asal tarim Hadhramaut Yaman. Beliau terkenal sebagai ulama yang pandai melunakkan hati yang keras (Haddatul qulub).
Selain Ratib Al-Haddad, bagian kedua dari Majmu’ Syarif juga memuat sejumlah shalawat, seperti Nariyah, Shalawat Nur, Thibbul Qulub, Munjiyat, dan lainnya. Juga ada sejumlah zikir dan doa.
Bagian ketiga Majmu’ Syarif berisikan pembahasan jenazah, termasuk menguburkan dan mendoakannya. Di sini juga terdapat doa tahlil yang biasa dibaca setelah Surat Yasin.
Bagian keempat Majmu’ Syarif berisikan adab membaca Alquran, adab berdoa, dan asmaul husna.
Desain elegan
TUROS PUSTAKA menerbitkan Majmu’ Syarif dengan desain elegan. Halaman sampul dibuat keras (hard cover) dengan paduan warna yang indah. Dengan warna dasar biru dongker, halaman sampul depan dan belakang dihiasi dengan ornamen indah. Bagian tengah pinggir kiri dan kanan dihiasi tulisan Allah dan Muhammad yang tertulis tebal dengan Khat Kufi. Bagian tengah sampul berupa segi empat putih berisikan judul buku dan kata kunci isi buku.
Tampilan seperti itu membuat siapa pun yang membawanya tampil elegan dan berwibawa. Cocok untuk dibawa ke mana pun dan dalam momentum apa pun.
Khat Arab di dalamnya ditulis dengan gaya Naskhi berukuran besar lengkap dengan harakat dan bacaan latin. Desain full warna tak hanya di sampul, tapi juga dalam buku. Beberapa huruf dengan hukum tajwid tertentu diwarnai merah, hijau, dan lainnya, sehingga memudahkan pembaca memahami cara dan hukum bacaan. Jadi dengan membaca buku ini, seseorang akan mendapatkan doa, juga ilmu tajwid yang hukum penerapannya dalam membaca Alquran adalah fardhu ain.
Bagi yang kurang menguasai Bahasa Arab, tapi ingin berdoa, maka cocok banget memiliki dan membaca Majmu’ Syarif terbitan Turos Pustaka ini. Insya Allah dengan membaca Majmu’ Syarif ini, kemampuan bahasa Arab seseorang akan meningkat. Tak seperti buku lain, buku ini menggunakan kertas HVS, sehingga warna lembaran lebih tahan lama, tidak cepat usang.Judul Kitab : Majmu’ Syarif Edisi EksklusifUkuran : 14 x 20,5 cm
Tebal : 324 HalamanPenerbit : Turos Pustaka
Genre : Spiritual/ ReligiISBN : 978-623-7327-60-8