Dalam hidup itu banyak sekali kata-kata yang tak pernah terucapkan. Sebuah kalimat bisa mengendap bertahun-tahun, terpendam, dan tidak terungkapkan hingga menjadi penyesalan pada suatu ketika. Terkadang sebuah perasaan begitu sulit diformulasikan dalam kalimat hingga harus dikatakan dengan benda, misalnya bunga.
Hati manusia itu selalu bicara, tetapi pikiran dan mulut tak selalu sejalan. Ada kalanya karena situasinya memang sulit, takut menyakiti, atau timingnya tidak memungkinkan. Padahal sebuah perasaan harus terucapkan supaya orang bisa paham dan tidak menimbulkan beban jiwa yang berkepanjangan.
Sesuatu yang sifatnya subyektif seperti feeling, sense, atau judgement tidak mungkin dapat dibaca orang lain kecuali kita sendiri mengungkapkannya. Untuk mewakili perasaan-perasaan yang terpendam inilah Iain S. Thomas menulis buku Every Word You Cannot Say yang diusung ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Renebook.
Isinya rangkaian kata-kata yang mewakili perasaan kebanyakan orang tentang cinta, optimisme, harapan, dan konfigurasi batin lainnya. Formatnya mirip puisi, tetapi menurut saya bukan. Itu hanya sebuah romansa yang ditata indah dan di antaranya ada kata-kata mutiara. Puisi biasanya cukup disiplin dengan rima dan memperhatikan susunan baris dalam satu untaian, misalnya sektet, septima, oktav, atau soneta, sedangkan ini tidak.
Tetapi rangkaian kata-katanya hampir sekaya aspek-aspek puisi. Setiap judul ada unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Selain diksinya indah, terdapat imajinasi yang bagus, dan kaya gaya bahasa. Ekstrinsiknya juga cukup beragam, menyentuh aspek psikologis, filsafat, hingga religius. Iain S. Thomas banyak menyebut Tuhan, doa, dan takdir.
Bila anda ingin menjanjikan harapan yang indah, sementara kenyataan faktualnya tidak seperti itu, Thomas memberi anda tawaran seperti ini:
Kita bisa melakukan banyak hal
Ketika kita menahan napas dan menyelam ke bawah lapisan bersama-sama,
Kita bisa melangkah jauh jika kamu percaya padaku
Kita bisa menjadikannya indah pada suatu titik
Iain S. Thomas adalah penyair dan penulis asal Afrika Selatan. Pada awalnya ia populer melalui blognya, “I Wrote This For You,” yang kemudian dibukukan. Kecantikan tutur bahasanya bahkan membuat para pesohor ikut mengutip, seperti Kourtney Kardashian, Steven Spielberg, dan Ariana Huffington.
Tetapi saya tidak tahu, apakah versi terjemahnya masih sehebat itu atau tidak, anda bacalah sendiri.
Bila dilihat secara umum, rangkaian kata-kata Thomas tidak hanya indah mempesona tetapi juga lembut menyentuh batin. Mungkin ciri khas ini yang membuatnya pernah masuk dalam nominator Goodreads Choice Award untuk puisi terbaik. Ia pernah pula duduk sebagai direktur kreatif di beberapa brand besar seperti Nike dan Levi’s.
Sepanjang hidupnya ia menerbitkan 10 buku dan 2 puisi pendek. Di antaranya “I Wrote This For You (2011)”, “25 Love Poems to NSA”, dan “Who You Were Before You Were You”. Karya-karyanya, termasuk Every Word You Cannot Say ini masuk dalam daftar eksklusif Barnes & Noble.
Seperti harapan Thomas, ia ingin buku ini menemukan orang yang terwakili dan pembacanya menemukan setiap kata yang tak muncul ke ujung lidah sampai saat buku ini dibaca. Buku dengan model unik seperti ini bukan tanpa alasan ditulisnya.
Beberapa tahun silam, Thomas memiliki teman kecil yang tiba-tiba mengakhiri hidupnya sendiri. Semua sahabatnya terkejut tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Thomas ternyata memiliki banyak kata yang tak sempat tersampaikan semasa hidup sahabatnya itu. Ia berharap bisa menyampaikan apa yang dahulu tak pernah tersampaikan, dan mulai menulis kalimat-kalimat indah yang pada kehidupan nyata cukup rumit disampaikan.
“Tulisan ini aku buat karena aku berdiri sendiri di ruang ramai. Dan meski tak saling kenal, ada yang ingin aku ungkapkan untukmu. Dan demikian pula aku ingin kamu belajar mengatakannya kepada dirimu sendiri”.
Thomas percaya, kata-kata yang terpendam itu menyakitkan, sampai seseorang mengucapkannya. Dan bagi orang yang seharusnya menerima kata-kata itu, ia akan terluka sampai ia mendengarnya. Manusia membutuhkan eksistensi untuk saling menunjukkan siapa kita sebenarnya, dan bagaimana kita mencintai.
Buku ini bisa jadi teman, bahkan menjadi mulut dan lidah anda agar anda tak merasa sendiri dan bisu. Walaupun hanya kertas, buku ini mampu membaca pikiran dan mewakili apa yang dipikirkan dan dirasakan pembacanya.
Judul: Ever Word You Cannot Say
Penulis: Iain S. Thomas
Penerbit: Renebook
Genre: Fiksi
Tebal : 227 halaman
ISBN: 978-623-6083-30-7