Sabtu, 24 Mei 2025
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
Jakarta Book Review (JBR)

Cinta Tak Pernah Mati

Empat kata bisa menggambarkan perasaanku tentang buku ini: indah, asyik, mendalam, dan meaningful/penuh makna.

Oleh Suratno Muchoeri
23 Desember 2024
di Resensi
A A

Sore yang temaram. Aku larut. Membaca baris demi baris, lembar demi lembar, buku catatan perjalanan Cinta Tak Pernah Mati Di Kota Rumi. Ditulis guruku dan idolaku: Buya Kiai Husein Muhammad. Ada empat kata yang bisa menggambarkan perasaanku untuk catatan itu. Buku yang (1) indah, (2) asyik, (3) mendalam/detail dan (4) meaningful/penuh makna.

Indah karena ditulis dengan cita rasa “sastrawi” yang tinggi. Menurutku, Buya Husein, penulisnya, bukan saja ulama dan aktivis-pejuang, tapi juga sastrawan. Untaian dan goresan kata-katanya, apa pun itu, selalu saja  memunculkan keindahan.

Tidak hanya dari judul buku, tapi dari isinya sudah bisa terasa. Bab 1 “Awal Mula Perjalanan Cinta Ke Gerbang Seribu Budaya”. Bab 2 “Ke Makam Rumi: Siapa Kira Cinta Tanpa Kata & Suara Lebih Kencang Dentumannya”. Bab 3 “Bahasa Cinta Para Bijak Bestari: Dari Masjid Syams at-Tabrizi ke Makam Shadruddin al-Qunawi”. Bab 4 “Pulang Adalah Senandung Serupa Cinta Tanpa Nada”.

Cinta Tak Pernah Mati juga buku yang mengasyikkan. Sebuah catatan apa adanya. Ditulis berdasar pengalaman nyata. Aku yang belum pernah mengunjungi Kota Konya menjadi terbuai. Terbawa dua hal: seperti ikut berada di sana tapi sekaligus ada ghirah/semangat untuk meniru melakukannya. Dorongan alamiah dari keasyikan membaca catatan perjalanan selalu seperti itu.

Buku ini juga mendalam. Ini tak perlu kujelaskan. Penulisnya adalah pakar. Pun tentang sufisme dan sufi Jalaluddin Rumi yang menjadi ide utama dan tokoh sentral. Hasilnya, aku seperti tidak hanya sedang membaca catatan perjalanan, tapi juga ikut kuliah lapangan mata kuliah sufisme.

BACA JUGA:

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

Terakhir dan paling penting adalah buku ini penuh makna. Tangkapan yang subjektif tapi menurutku itu sudah seharusnya. Buku yang indah, asyik, dan mendalam seperti tak ada guna kalau kita merasa itu tak bermakna. Cinta Tak Pernah Mati sebaliknya. Mungkin tidak seperti testimoni seorang tokoh yang pernah bilang, “Baca buku-buku Cak Nur, seperti ada iman saya yang terselamatkan.” Buku ini juga. Menurutku bukan sekadar menyelamatkan, tapi menambah keimanan.

Tesekkur Ederim. Danke schoen

Topik: Cinta RumiJalaluddin RamiKiai Husein Muhammad
SendShareTweetShare
Sebelumnya

Saya dan Kuntoro Mangkusubroto

Selanjutnya

Memuluskan Jalan Pertobatan di Gang Dolly

Suratno Muchoeri

Suratno Muchoeri

Pengajar dan Chairman The Lead Institute, Universitas Paramadina, meraih Ph.D di Goethe-Universität Frankfurt.

TULISAN TERKAIT

Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025
CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

CINTAI DIRI KITA SENDIRI: UBAH TITIK NADIR MENJADI TITIK BANGKIT

15 April 2025
Selanjutnya
Selanjutnya
Memuluskan Jalan Pertobatan di Gang Dolly

Memuluskan Jalan Pertobatan di Gang Dolly

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Terbaru

Mengenang Harry Wibowo: Jejak Langkah Aktivis-Pemikir yang Tak Pernah Mundur

Mengenang Harry Wibowo: Jejak Langkah Aktivis-Pemikir yang Tak Pernah Mundur

19 Mei 2025
Mengupayakan Keadilan di Bumi  [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

Mengupayakan Keadilan di Bumi [Timbangan atas Buku “Just Earth” Tony Juniper ]

23 April 2025
Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

Paus Fransiskus: Antara Keberanian, Kasih, dan Visi Masa Depan

22 April 2025
Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

Perginya Pengusung Agama yang Ekologis Penuh Kasih [Obituari Paus Fransiskus]

22 April 2025
PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

PELAN TAPI SUKSES; FILOSOFI KUNGKANG MIRIP “OJO KESUSU”

21 April 2025
menemukan cinta

PELUKAN HANGAT BAGI YANG “TERSESAT”, PENAT, DAN INGIN MENEMUKAN CINTA

21 April 2025

© 2024 Jakarta Book Review (JBR) | Kurator Buku Bermutu

  • Tentang
  • Redaksi
  • Iklan
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak
Tidak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Masuk
  • Beranda
  • Resensi
  • Berita
    • Berita Utama
    • Berita Buku
  • Kolom
  • Pegiat Buku
  • Ringkasan
  • Kirim Resensi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In